241-240-1-pb(1)

12
 Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Vo lume 1, No.1, Juli 2006 43  ANAL ISIS FA KT OR-FAKT OR Y ANG BE RPENGARUH TERHADAP K EJA DIAN PLEBITIS DI RSUD PURBAL INGGA  A s r in 1 , Endang Triyanto 2 , Arif Setyo Upoyo 3  Program Sarjana Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto INTISARI Latar Belakang. Terapi intravena (IV) adalah salah satu teknologi yang paling sering digunakan dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang masuk ke rumah sakit mendapat terapi melalui IV. Berkaitan dengan terapi IV ini, maka telah diidentifikasi suatu masalah keperawatan yang sering dijumpai yaitu terjadinya plebitis dan ekstravasasi vena. Untuk meminimalkan resiko infeksi, perawat perlu menyadari dan mengenali lebih jauh faktor-faktor apa saja yang dominan berkontribusi terhadap kejadian plebitis. Tujuan Penelitian. Tujuam penelitian ini adalah untuk membuktikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian plebitis, untuk membuktikan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian plebitis dan untuk mengetahui jumlah (prosentase) kejadian plebitis di RSUD Purbalingga. Metode Penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survei. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang dilakukan tindakan terapi IV. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling  selama 3 bulan dengan kriteria inklusi : pasien dewasa, minimal 3 hari perawatan. Pasien tersebut akan diobservasi secara prospektif dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan. Data dianalisa dengan uji chi square  untuk melihat kontribusi dari faktor pendukung terjadinya plebitis, dilanjutkan uji regresi logistik  untuk mengetahui faktor yang berkontribusi paling dominan terhadap kejadian plebitis. Hasil Penelitian. Data yang didapat adalah 74 pasien dengan 17 pasien mengalami plebitis (22,9%). Hasil uji c hi squere  didapatkan angka signifikan (p<0.05) adalah kateter plastik tanpa sayap(p=0.01), bahan vialon (p<0.04), ukuran kateter no 18 (p=0.01), lama pemasangan 120 jam dan 144 jam (p=0.01), tempat insersi vena fossa kubiti dan vena di kaki (p=0.03), penutup luar (p=0.03), cairan hipertonis (p=0.01), obat parenteral ph asam (p=0.02) dan perawatan terapi intravena setiap 72 jam (p=0.03). Hasil uji regeresi logistik dengan CI 95% didapatkan Odd Rasio tertinggi adalah lama pemasangan kateter 144 jam. Kesimpulan. Hasil penelitian ini disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plebitis adalah jenis, ukuran dan bahan kateter; lama waktu pemasangan; pemilihan tempat insersi; jenis penutup tempat penusukan (dressing); teknik insersi/penusukan; sterilitas perawatan terapi intravena; cairan intravena; obat parenteral; dan frekuensi perawatan terapi intravena. Sedangkan faktor paling dominan adalah lama pemasangan kateter. Kata Kunci : plebitis, terapi intravena

Upload: aditya-pratama

Post on 20-Jul-2015

358 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 1/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

43

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN

PLEBITIS DI RSUD PURBALINGGA

 Asrin 1, Endang Triyanto 2, Arif Setyo Upoyo 3 Program Sarjana Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

INTISARI

Latar Belakang. T erapi intravena (IV) adalah salah satu teknologi yang paling seringdigunakan dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yangmasuk ke rumah sakit mendapat terapi melalui IV . Berkaitan dengan terapi IV ini, makatelah diidentifikasi suatu masalah keperawatan yang sering dijumpai yaitu terjadinya

plebitis dan ekstravasasi vena. Untuk meminimalkan resiko infeksi, perawat perlumenyadari dan mengenali lebih jauh faktor-faktor apa saja yang dominan berkontribusiterhadap kejadian plebitis.Tujuan Penelitian. Tujuam penelitian ini adalah untuk membuktikan faktor-faktor yangberpengaruh terhadap kejadian plebitis, untuk membuktikan faktor yang paling dominanberpengaruh terhadap kejadian plebitis dan untuk mengetahui jumlah (prosentase)kejadian plebitis di RSUD Purbalingga.

Metode Penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survei.Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang dilakukan tindakan terapi IV . Sampelpenelitian diambil secara purposive sampling selama 3 bulan dengan kriteria inklusi :

pasien dewasa, minimal 3 hari perawatan. Pasien tersebut akan diobservasi secaraprospektif dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan. Datadianalisa dengan uji chi square untuk melihat kontribusi dari faktor pendukung terjadinyaplebitis, dilanjutkan uji regresi logistik untuk mengetahui faktor yang berkontribusi palingdominan terhadap kejadian plebitis.

Hasil Penelitian. Data yang didapat adalah 74 pasien dengan 17 pasienmengalami plebitis (22,9%). Hasil uji chi squere  didapatkan angka signifikan (p<0.05)adalah kateter plastik tanpa sayap(p=0.01), bahan vialon (p<0.04), ukuran kateter no 18(p=0.01), lama pemasangan 120 jam dan 144 jam (p=0.01), tempat insersi vena fossakubiti dan vena di kaki (p=0.03), penutup luar (p=0.03), cairan hipertonis (p=0.01), obat

parenteral ph asam (p=0.02) dan perawatan terapi intravena setiap 72 jam (p=0.03). Hasiluji regeresi logistik dengan CI 95% didapatkan Odd Rasio  tertinggi adalah lamapemasangan kateter 144 jam.Kesimpulan. Hasil penelitian ini disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinyaplebitis adalah jenis, ukuran dan bahan kateter; lama waktu pemasangan; pemilihantempat insersi; jenis penutup tempat penusukan (dressing); teknik insersi/penusukan;sterilitas perawatan terapi intravena; cairan intravena; obat parenteral; dan frekuensiperawatan terapi intravena. Sedangkan faktor paling dominan adalah lama pemasangankateter.

Kata Kunci : plebitis, terapi intravena 

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 2/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

44

PENDAHULUAN

Terapi intravena (IV) adalah

salah satu teknologi yang paling seringdigunakan dalam pelayanan kesehatandi seluruh dunia. Lebih dari 60% pasienyang masuk ke rumah sakit mendapatterapi melalui IV (Hindley, 2004). DataMedis Internasional (1995) dikutip olehWidigdo (2003, hal. 7) melaporkan, "lebihdari 300 juta IV kateter yang berupakateter plastik atau Teflon  dan jarumlogam digunakan pada rumah-runahsakit dalam negeri". Berkaitan dengan

terapi IV ini, maka telah diidentifikasisuatu masalah keperawatan yang seringdijumpai yaitu terjadinya plebitis danekstravasasi vena (Wright, 1996).Menurut Josephson (1999) komplikasiyang paling sering terjadi akibat terapi IVadalah plebitis, suatu inflamasi venayang terjadi akibat tidak berhasilnyapenusukan vena, kontaminasi alat IV danpenggunaan cairan hipertonik yang tidakadekuat, yang secara kimiawi bisamengiritasi vena.

Plebitis dapat diklasifikasikandalam 3 tipe : bakterial, kimiawi, danmekanikal (Campbell, 1998). Adapunfaktor-faktor yang berkontribusi terhadapkejadian plebitis ini termasuk : tipe bahankateter, lamanya pemasangan, tempatinsersi, jenis penutup (dressing), cairanintravena yang digunakan, kondisipasien, teknik insersi kateter, dan ukuran

kateter (Oishi, 2001). Nichols, Barstow &Cooper (1983) juga mengidentifikasiperan penting perawat dalamperkembangan plebitis. Merekamenggarisbawahi pengetahuan dankualitas pengkajian keperawatanmerupakan faktor yang penting dalampencegahan dan deteksi dini plebitis.

Banyak pasien yang dilakukanterapi IV, maka perawat mempunyaitugas profesional untuk mengenali dan

mencegah hal-hal yang berhubungan

dengan terjadinya komplikasi. Tindakanselalu dilakukan untuk mencegah dan

meningkatkan kesehatan individu pasiendan klien. Pemasangan kanula danterapi IV merupakan isu penting diIndonesia khususnya di RSUDPurbalingga, dimana perawatbertanggung jawab dalam pemasangandan penanganan terapi IV. Oleh karenaitu untuk meminimalkan resiko infeksi,perawat perlu menyadari dan mengenalilebih jauh faktor-faktor apa saja yangdominan berkontribusi terhadap kejadian

plebitis (Hindley, 2004).Dengan memperhatikan latar 

belakang masalah di atas, dapatdirumuskan pertanyaan penelitiansebagai berikut : "Faktor-faktor apa sajayang berpengaruh terhadap kejadianplebitis di RSUD Purbalingga?" Tujuampenelitian ini adalah untuk membuktikanfaktor-faktor yang berpengaruh terhadapkejadian plebitis, untuk membuktikanfaktor yang paling dominan berpengaruhterhadap kejadian plebitis dan untukmengetahui jumlah (prosentase)kejadian plebitis di RSUD Purbalingga.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Metode penelitian yang akandigunakan adalah penelitian survei.Populasi penelitian ini adalah semuapasien yang dilakukan tindakan infusatau terapi Intra Vena minimal 3 hari di

Rumah Sakit Umum DaerahPurbalingga. Sampel penelitian akandiambil secara purposive sampling  dalam masa pengambilan data selama 3bulan. Pasien tersebut akan diobservasisecara prospektif dengan menggunakanpedoman observasi yang telahdipersiapkan untuk mencari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadianplebitis. Hasil pengumpulan datakemudian akan diolah dengan komputer 

dan dianalisa dengan uji chi square  

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 3/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

45

untuk melihat adanya kontribusi darimasing-masing faktor pendukung

terjadinya plebitis dan dilanjutkandengan uji regresi logistik untukmengetahui faktor yang berkontribusipaling dominan terhadap kejadianplebitis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN

Plebitis adalah suatu inflamasipada pembuluh darah. Hal inididefinisikan sebagai adanya dua atau

lebih tanda dan gejala ; nyeri,kemerahan, bengkak, panas dan vena

terlihat lebih jelas (Karadag dan Gorgulu,2000). Plebitis dapat terjadi selama atausetelah terapi intavena dan dapatdiklasifikasikan menjadi 3 tipe : kimia,mekanik, dan bakterial (Mazzola, 1999).

Pada penelitian ini didapatkanresponden pasien 74 orang yangdilakukan pengambilan data selama 3bulan. Berikut ini hasil pengolahan danpembahasan yang dilakukan olehpeneliti :

 

1.  Karakteristik pasienT abel 1. Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD

Purbalingga Tahun 2006

No Karakteristik Jumlah (N) Persentase (%)

1.2

PriaWanita

4529

6139

T otal 74 100N=74 responden

T abel diatas memperlihatkan bahwadari jenis kelamin pasien yang

menjadi responden penelitian adalahpria sebanyak 61% dan wanita 39%.

2.  Diagnosa MedisT abel 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Diagnosa Medis di RSUD

Purbalingga Tahun 2006

Diagnosa Medis Jumlah (N) Persentase (%)

 Anemia 5 6,76

Thypoid 8 10,81

Klor pulmonar 1 1,35

DM 4 5,41Hipertensi 9 12,16

Fraktur 9 12,16

 Abses 1 1,35

Tumor mamae 1 1,35

Gastritis 4 5,41

Faringitis 1 1,35

Infeksi Saluran kemih 7 9,46

Trauma abdomen 1 1,35

 Appendicsitis 2 2,70

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 4/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

46

T abel 2. continued Hernia 4 5,41

Urolitiasis 5 6,76Illeus 1 1,35

Benigna prostat hipertrofi 4 5,41

Hidronefrosis 1 1,35

Combustio 1 1,35

Cedera kepala 4 5,41

Ganglion 1 1,35

T otal 74 100

N=74 responden

T abel 2 memperlihatkan bahwadistribusi penyakit yang didiagnosisterbanyak adalah fraktur danhipertensi yaitu sebanyak 12,16%dari 74 responden. Hal inimenunjukkan bahwa kasus frekuensi

hipertensi sebagai penyakit yangterjadi di masyarakat masih tinggi.Kasus fraktur yang ditemukanpeneliti banyak diakibatkan olehkecelakaan lalu lintas.

3.  Faktor-faktor yang mempengaruhiterjadinya plebitis

Faktor-faktor yangmempengaruhi kejadian plebitis di RSUD

Purbalingga dapat dianalisis dengan ujichi squere seperti pada tabel berikut :

T abel 3. Hasil Uji Chi Squere Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Plebitis diRSUD Purbalingga T ahun 2006

Variabel

Plebitis

2 a idak

Jenis kateter a.  Kateter bersayapR b.  Kateter plastik tanpa sayap

29

.70 .01*Bahan kateter 

a.  SilikonR b.  Teflonc.  Vialon 3 0 .80

.85

.37

.04*Ukuran kateter 

a.  Nomor 22R b.  Nomor 20c.  Nomor 18

7

7.95

.42

.26

.01*

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 5/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

47

 

T abel 3. continued Lama pemasangan kateter 

a.  72 jam R b.  96 jamc.  120 jamd.  144 jam

0

3.43

.54

.65

.32

.01*

.02*Tempat insersi

a.  Vena cefalic lengan bawah R 

b.  Vena metakarpalc.  Vena fossa kubitid.  Vena di kaki

2

2.64

.33

.31

.36

.01*

.03*Pengalaman kerja perawat

a.  Lebih dari atau sama dengan 5 th R b.  Kurang dari 5 th

10

7.54 .64

Sterilitas pemasangana.  Steril R b.  Tidak steril

6 8 .87 .67Penutup luar area insersi

a.  Bahan transparan R b.  Hipavicc.  Plester 

09 .64

.56

.35

.01*

Penutup dalam area insersia.  Kassa antibiotik R b.  Kassa antiseptikc.  Kassa murni 0

7

6.67

.97

.46

.32Cairan intravena

a.  Isotonis R b.  Hipertonis

41

.21 .01*

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 6/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

48

 

T abel 3. continued 

Obat parenterala.  Ph netral R b.  Ph asam

55

2.56 .02*

Perawatan terapi intravenaa.  Setiap 24 jam R b.  Setiap 48 jam

c.  Setiap 72 jam3

7

0

.35

.32

.54

.03*

* signifikan p<0,05. R=referensi. Berdasarkan N=74 responden pasien.Berdasarkan tabel 3 tersebut,

terlihat faktor-faktor yang secarasignifikan mempengaruhi terjadinyaplebitis pada terapi intravena, salahsatunya adalah jenis kateter. Pada tabeltersebut terlihat jenis kateter plastiktanpa sayap mempunyai nilai p=0.01.Hal ini sesuai dengan studi obervasiyang dilakukan Campbell (1998)didapatkan angka plebitis berkembang52% pada jenis kateter tidak bersayap.Kateter bersayap membuat kokohkateter. Prosedur teknik aseptik, seperticuci tangan dan penggunaan sarungtangan sangat penting ketika memasanginsersi IV. Perawat bertanggung jawabuntuk mendeteksi secara dini

berkembangnya plebitis. Pencegahanplebitis merupakan sesuatu yang vitalselama persiapan, pelaksanaan dansetelah terapi IV dilakukan. Persiapanalat, cairan harus sangat diperhatikansebelum dilaksanakan prosedur terapiIV .

Bahan kateter juga ikutmempengaruhi terjadinya plebitis. Daritabel 3 di atas didapatkan p=0.04 padabahan kateter vialon yang berarti

signifikan. Hasil ini sesuai dengan studi

yang didapatkan insidensi plebitisterbesar adalah kateter bahan teflon danvialon  dengan angka signifikanp<0.00003 (Karadag dan Gorgulu, 2000).

Pada tabel 3 juga terlihat ukurankateter nomor 18 mempunyai nlai p=0.01yang berarti signifikan menyebabkanplebitis. Plebitis dengan penyebab inisering disebut plebitis mekanik. Plebitismekanik dapat terjadi ketika pembuluhdarah mengalami trauma akibat kontakfisik dengan kanul intravena organik dananorganik. Penting untukmempertimbangkan ukuran kateter IVuntuk mencegah plebitis. Teknik insersiyang tepat menjadi faktor penting dalamplebitis. Dalam studi obervasi yang

dilakukan Campbell (1998) didapatkanangka plebitis berkembang 52% yangdilakukan oleh perawat yunior, 30% olehperawat senior dan 17% oleh perawatemergensi. Hasil tersebut didapatkanangka signifikan (p<0.05) antara angkaplebitis dengan pengalaman orangmelakukan insersi.

Studi cross sectional yangdilakukan Parras (1994) tentangpengaruh program pendidikan terhadap

pencegahan kolonisasi bakteri pada

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 7/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

49

terapi IV. Studi tersebut didapatkan hasilprogram pendidikan dapat menurunkan

angka kolonisasi bakteri yang dapatmenyebabkan plebitis. Beberapakomplikasi yang berkaitan dengan terapiIV misalnya plebitis dapat dicegahdengan perawatan yang baik terhadappasien sebelum prosedur, menerapkanstandar protokol, menggunakan bahanyang tepat, dan monitoring yang ketatselama pengobatan.(Karadag danGorgulu, 2000). Hal tersebutmemerlukan pengetahuan, ketrampilan

dan kesadaran yang penuh untukmencegah terjadinya plebitis. Pelatihankompetensi yang memadai menjadisangat penting dan diperlukan. (UKCC,1992). T es pengetahuan dan ketrampilanrutin yang terkini merupakan hal yangpenting untuk meyakinkan perawatmampu memberikan perawatan yangbaik. Hadaway (1999) menjelaskanbahwa dalam pelatihan spesifik sebagaipengalaman pembelajaran memberikanpenampilan kerja perawat menjadi lebihbaik dalam mencegah plebitis.

Lama pemasangan kateter dalam terapi intravena akanmempengaruhi terjadinya plebitis. Tabel3, terlihat angka signifikan (p<0.05) padalama pemasangan kateter 120 jam(p=0.01) dan 144 jam (p=0.02). Hal inisesuai penelitian yang dilakukan olehpusat penelitian di Amerika (CDC) yang

merekomendasikan penggantian danpindah tempat insersi dilakukan 48-72 jam pada pasien dewasa (Pearson,1996). Hasil studi observasi Karadag danGorgulu (2000) didapatkan rata-rataplebitis tertinggi terdapat pada pasienyang menggunakan kateter IV setelahhari ke-4 (51,4%). Sedangkan 34,5%pemakaian 1-3 hari. Lama pemasangankateter akan mengakibatkan tumbuhnyabakteri pada area penusukan. Semakin

lama pemasangan tanpa dilakukan

perawatan yang optimal, maka bakteriakan mudah tumbuh dan berkembang.

T empat penusukan sebagaisalah satu faktor penyebab plebitistampak pada tabel 3. Tabel tersebutterlihat angka signifikan (p<0.05) padaVena fossa kubiti (p=0.01) dan Vena dikaki (p=0.03). Riwayat pembedahanyang lalu atau pernah terjadi kecelakaanpada ektremitas dapat meningkatkanresiko plebitis, jika keteter IV dipasangpada ekstremitas tersebut (Hadaway,2001). Campbell (1998b) menemukan

plebitis terjadi pada 39% pasien yangmenggunakan fossa antekubiti  sebagaitempat insersi kateter IV. Hal iniberkaitan dengan lokasi fossa antekubiti  sebagai tempat gerakan fleksi sehinggakanul kateter mudah berubah-ubahposisinya.

Jenis penutup tempat insersiIV juga mempengaruhi terjadinyaplebitis. Pada tabel 3 terlihat p=0.01pada jenis penutup plester. Jenispenutup tempat insersi IV yangtransparan dipercaya sebagai alat yangaman, sebab lembab dan tembus air yang memungkinkan tempat insersiterlihat secara terus menerus danmemerlukan labih sedikit penggantiandibandingkan dengan hypavic danperban/plester (Pearson, 1996). Studiyang dilakukan oleh Madeo dan Nobbs(1997) dengan metode prospektif 

mendapatkan data bahwa tipe penutuptempat insersi yang transparan lebih baikdari tipe hypavic dan plester (p<0.005).Penelitian lain yang dilakukan VandenBosch (1997) menemukan plebitis terjadi(16,7%) pada pasien dengan penutuptempat insersi IV bahan perekat berkaindan (14,9%) perban perekat bukan kain.Workman (1999) merekomendasikan

 jenis penutup tempat insersi IV keringdan steril yang setiap hari dimonitor dan

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 8/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

50

dibersihkan untuk mencegah kolonisasibakteri dan mencegah komplikasi.

Cairan intravena yang diberikan juga menjadi salah satu penyebabterjadinya plebitis. Penelitian ini terbuktisecara signifikan yang tampak padatabel 3 dengan angka signifikan p=0.01pada cairan intravena hipertonis. Hal initerjadi akibat cairan tersebut masuk selendotelial sehingga terjadi ruptur. Iritasidapat juga terjadi ketika cairan hipotonikseperti NaCl 0.45% dicampurkan denganair yang dimasukan dalam terapi infus.

Cairan hipertonik seperti D5% dalamNaCl dan D5% dalam RL dapatmenyebabkan plebitis dengan selendotelial terjadi kerusakan yaitumembran pembuluh darah menyusut danterbuka. Kokotis (1998) menyatakanbahwa kedua cairan (hipotonik danhipertonik) dapat mengakibatkan iritasipada pembuluh darah.

Ph obat parenteral terbuktimenyebabkan terjadinya plebitis. Hal initerlihat pada tabel 3 yaitu obat parenteralyang mempunyai ph asam, angkasignifikansinya p=0.02. Plebitis inidisebut plebitis kimia. Plebitis kimiadiakibatkan dari iritasi vena dengancairan yang pHnya rendah, seperti

Vancomycin  (pH 2.4-4.5) danGentamycin Sulfat  (pH 3.0) (Snelling,

and Major, 2001).Selama dilakukan

pemasangan terapi intravena, tempatinsersi harus dimonitor dan dirawat.Penelitian ini terlihat faktor yang secarasignifikan mempengaruhi terjadinyaplebitis yaitu perawatan terapi intravenasetiap 72 jam (p=0.03). Plebitis bakterialdapat berkembang sebagai akibat infeksipada tempat insersi IV , jika frekuensiperawatan terlalu lama. Beberapa

mikroorganisme seperti; Klebsiella,Enterobacterial, Serratia dan Pseudomonas terlihat tumbuh selama 24

 jam pertama pada cairan IV yangterkontaminasi tersebut (Perdue, 1995).). Lamb (1995) merekomendasikanperawat seharusnya mengobservasitempat insersi setiap hari atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Prosedur, tujuan,dan kewajiban pasien selama terapi IVharus dijelaskan oleh perawat terhadappasien yang mendapatkan terapi IV(Josephson, 1999).

Setelah dilakukan uji chi squere , langkah berikutnya adalah ujiregresi logistik dengan hasil sebagaiberikut :

T abel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi KejadianPlebitis di RSUD Purbalingga Tahun 2006

VariabelR

CI 95%

Jenis kateter c.  Kateter bersayapR d.  Kateter plastik tanpa sayap

.002.47-

25.86*Bahan kateter 

a.  SilikonR b.  Teflonc.  Vialon .57

.45

0.15-2.23

1.05-10.71*

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 9/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

51

 

T abel 4. continued 

Ukuran kateter a.  Nomor 22R b.  Nomor 20c.  Nomor 18 .51

.78

0.12-1.26

3.37-17.71*

Lama pemasangan kateter e.  72 jam R f.  96 jam

g.  120 jamh.  144 jam

.34

.75

.89

0.10-

1.121.56-

15.61*3.21-

16.32*Tempat insersi

e.  Vena cefalic lengan bawah R f.  Vena metakarpalg.  Vena fossa kubitih.  Vena di kaki

.22

.56

.12

0.03-2.23

1.23-7.68*

0.23-3.31*

Pengalaman kerja perawatc.  Lebih dari atau sama dengan 5 th R d.  Kurang dari 5 th

.360.23-

4.56Sterilitas pemasangan

c.  Steril R d.  Tidak steril

.760.37-

5.56

Penutup luar area insersid.  Bahan transparan R e.  Hipavicf.  Plester .31

.35

0.24-3.26

1.05-11.73*

Penutup dalam area insersid.  Kassa antibiotik R e.  Kassa antiseptikf.  Kassa murni .28

.50

0.13-2.34

0.32-

2.56

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 10/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

52

 

T abel 4. continued 

Cairan intravenac.  Isotonis R d.  Hipertonis

.981.20-

9.95*Obat parenteral

c.  Ph netral R d.  Ph asam

.230.13-

1.99*Perawatan terapi intravena

d.  Setiap 24 jam R e.  Setiap 48 jamf.  Setiap 72 jam .18

.36

0.14-1.68

1.02-7.35*

* signifikan p<0,05. R=referensi. Berdasarkan N=74 responden pasien.

Dari berbagai faktor yangmempengaruhi kejadian plebitis, dapatdisimpulkan faktor yang paling dominanadalah lama pemasangan kateter 

selama 144 jam dengan angka OR 8.89pada CI 95% (3.21-16.32). Hal ini berartilama pemasangan kateter selama 144

 jam akan meningkatkan 9 kali kejadianplebitis. Faktor yang dominan setelahlama pemasangan kateter adalah ukurankateter dengan nomor kateter 18(OR=8.78, CI95%=3.37-17.71) dancairan intravena yang diberikan yaitucairan hipertonis (OR=7.98,CI95%=1.20-9.95). Hal ini berarti nomor 

kateter 18 dan cairan IV hipertonismeningkatkan resiko plebitis masing-masing 8,78 kali dan 7.98 kali.

Kenyataan diatasdimungkinkan lama pemasangan kateter tanpa perawatan yang baik menjadipenyebab berkembangbiaknya kumandalam area insersi kateter. Penting untukdijadikan protap lama pemasanganmaksimal 3 kali 24 jam. Ukuran kateter nomor 18 adalah ukuran jarum yangcukup besar. Hal ini sangat

memudahkan pembuluh darahbersinggungan secara berlebihansehingga terjadilah plebitis. Sedangkancairan hipertonis akan menyebabkan

ekstravasasi vena dan berakibat terjadiplebitis. Hal ini menuntut kita apabilapemberian terapi intravena dibutuhkancairan hipertonis, maka diperlukanukuran kateter yang besar denganpemantauan yang ketat. Perlakuantersebut untuk meminimalkan kejadianplebitis.

 Apabila sudah terjadi plebitis,maka perawat wajib melapor dan menilaiserta mengambil tindakan. Skala yang

dapat digunakan untuk menilai plebitisadalah Baxter Scale dan INS Phlebitis Scale . Baxter scale yang dimaksudterdiri dari rentang skala 0-5; skala 0tidak ada tanda dan gejala plebitis; skala1 terdapat nyeri pada tempat insersi;skala 2 nyeri dan kemerahan; skala 3nyeri, kemerahan, bengkak dan mungkinindurasi; skala 4 nyeri, kemerahan,bengkak, indurasi dan vena membesar kurang dari 3 inchi di atas tempat insersi;dan skala 5 nyeri, kemerahan, bengkak,

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 11/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

53

indurasi, pembesaran vena lebih dari 3inchi dan trombosis vena.(campbell,

1998b). Intravenous Nurses Society (INS) Phlebitis Scale dibedakan menjadi3 skala yaitu skala 0 tidak ada tanda dangejala; skala 1 kemarahan dengan atautanpa nyeri dan odem; skala 2kemerahan dengan atau tanpa nyeri,edema, bentuk berlapis; skala 3 terdapatsemua tanda dan gejala tersebut di atas.(White, 2001).

Implikasi terhadap praktekperawat dalam mencegah terjadinya

plebitis. Campbell (1998b) menemukanpasien dengan plebitis menjalaniperawatan rumah sakit 2-5 hari lebihlama dibandingkan dengan pasien tanpaplebitis. Bengkak dan nyeri pada plebitismenyebabkan aktivitas pasienterhambat. Komplikasi plebitis yangterberat adalah sepsis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini dapatdisimpulkan faktor-faktor yangmempengaruhi terjadinya plebitis adalah

 jenis, ukuran dan bahan kateter; lamawaktu pemasangan; pemilihan tempatinsersi; jenis penutup tempat penusukan(dressing); teknik insersi/penusukan;sterilitas perawatan terapi intravena;cairan intravena; obat parenteral; danfrekuensi perawatan terapi intravena.

Dari berbagai faktor yang

mempengaruhi, dapat disimpulkan faktor yang paling dominan mempengaruhiterjadinya plebitis adalah lamapemasangan kateter. Oleh karena itupeneliti memberikan saran sebagaiberikut : perawat harus mempunyaipemahaman secara lengkap tentangterapi intravena; perlu adanya protaprumah sakit tentang terapi intravena danperawatannya; penggunaan skalaplebitis menjadi sesuatu yang penting

untuk memonitor dan mencatat plebitis;

pelatihan tentang terapi intravena bagiperawat menjadi salah satu solusi untuk

menurunkan angka plebitis.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, L. (1998b). IV-related plebitis,complications and length of hospitalstay:2. British Journal of Nursing, 7(22), 1364-1370.

Centers for Disease Control andPrevention. (1996). Guidelines For The Prevention Of Intravascular Device Related Infections. Infection

Control And Hospital Epidemiology,17 (7), 438-473

Hadaway, L.C. (1999). Developing anInteractive Intravenous Educationand Training Program. Journal of Intravenous Nursing, 22 (2), 87-93

Hadaway, L.C. (2001). You Role inPreventing Complications of Peripheral I.V Therapy.Springhouse Corporation.

Hindley, G. (2004). Infection control inperipheral cannulae. NursingStandard, 18 (27), 37-40.

Josephson, D.L. (1999). Intravenousinfusion therapy for nurses:Principles and practice. Albany,New Y ork : Delmar Publishers.

Karadag, A., and Gorgulu, S. (2000).Devising an intravenous fluidtherapy protocol and complience of nurses with the protocol. Journal of 

Intravenous Nursing, 23 (4). 232-238.Karadag, A., and Gorgulu, S. (2000).

Effect of two dif ferent shortperipheral catheter materials onphlebitis development. Journal of Intravenous Nursing, 23 (3). 158-166.

Lamb, J. (1995). Peripheral IV therapy.Nursing Standart, 9 (30). 32-38

Lamb, J. (1996). Potential Problems With

The Administration Of Drugs

5/17/2018 241-240-1-PB(1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/241-240-1-pb1 12/12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.1, Juli 2006 

54

Through Venous Lines. Clinicalguidelines workshop. London :

Royal College of PhysicianResearch Unit Problems.

Mazzola, J., Schott, B.D., and Addy, L.(1999). Clinical factors associatedwith the development of phlebitisafter insertion of a peripheralinserted central catheter. Journal of Intravenous Nursing, 22 (1), 36-42.

Modeo, M., Martin, C., and Nobbs, A.,(1997). A Randomized studycomparing IV 3000 (Transparent

polyurethane dressing) to dry gauzedressing for peripheral intravenouscatheter sites. Journal of Intravenous Nursing. 25 (6). 253-256.

Nichols, E.G., Barstow, R.E., & Cooper,D. (1983). Relationship betweenincidence of pblebitis and frequencyof changing IV tubing andpercutaneous site. NursingStandard, 32 (4), 247 - 252.

Oishi, L.A. (2001). The necessity of routinely replacing peripheralintravenous catheters inhospitalized children : A review of literature. Journal of IV Nursing, 24(3), 174 - 179.

Parras, D., et all. (1994). Impact aneducational program for theprevention of colonization of 

intravascular catheters. InfectionControl and Hospital Epidemiology,15 (4). 239-242.

Pearson, M.L. (1996). Guideline for prevention of intravascular device-

related infections. American Journalof Infection Control. 24. 262-293.

Snelling, R., et all. (2001). Centralvenous catheters for infusiontherapy in gastrointestinal cancer :

 A comparative study of tunneledcentrally placed catheters andperipherally inserted eters.Peripherally Inserted Nursing, 24(1). 38-47.

Vanden Bosch, T., Cooch, J., and

Treston, A.J. (1997). Researchutilization : Adhesive bandagedressing regiment for peripheralvenous catheters. American Journalof Infection Control, 25(6), 513-519.

White, S.A. (2001). PeripheralIntravenous therapy-relatedphlebitis rate inan adult population.Journal of Intravenous Nurisng.24(1), 19-24.

Widigdo, D.A.M. (2003). Evaluatingnurses' knowledge of assessment of plebitis in patients with peripheralintravenous therapy in situ. ThesisMaster yang tidak dipublikasikan,The Melbourne University, Australia.

Workman, B. (1999). Peripheralintravenous therapy management.Nursing Standart. 14(4), 53-60,62.

Wright, A. (1996). Reducing infusionfailure : A pharmachologic approach-a

review. Journal of IV Nursing, 19 (2), 89 -97.