20-5-pb (1).pdf

Upload: fery-enasution

Post on 05-Jul-2018

294 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    1/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    2/77

     

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    3/77

    AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN 

    VOL. 2  NO.  1  J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X

    Agrotechbiz merupakan jurnal ilmiah pertanian khususnya di bidang Agroteknologi dan

    Agribisnis yang diterbitkan oleh Fakultas Pertanian. Agrotechbiz diterbitkan berkala

    setiap enam bulan, yaitu bulan Januari dan Juli. Agrotechbiz memuat artikel ilmiah hasil

    penelitian dan/atau kajian analitis-kritis yang berisikan pokok bahasan, baik yang

    terkait dengan aspek pengembangan, kerangka teoritis, implementasi, maupun

    kemungkinan pengembangan pertanian dalam cakupan Ilmu Tanaman secarakeseluruhan. Sebagai media nasional, Agrotechbiz diharapkan mampu mengakomodir

    kebutuhan akan sebuah media untuk menyebarluaskan informasi dan perkembangan

    terbaru bagi para peneliti dan praktisi Ilmu Tanaman di Indonesia. 

    iii

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    4/77

    AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN 

    VOL. 2  NO.  1  J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X

    DEWAN REDAKSI 

    Penanggung Jawab:

    Ir. Mochamad Su’ud, M.P.

    Pemimpin Redaksi:

    Ir. Agus Edi Setiyono, M.P.

    Sekretaris Redaksi:

    Ida Sugeng Suyani, S.P., M.P.

    Penyunting Ahli:

    Sulis Dyah Candra, S.P., M.P.

    Ir. Tumini, M.M.

    Ir. H. A. Suyadi Hidayat, M.M.

    Penyunting Pelaksana:

    Retno Sulistyowati, S.P., M.P.

    Ir. Anton Prihantono

    Ir. Mimik Umi Zuhroh, M.M., M.P.

    Distribusi:

    Ida Sugeng Suyani, S.P., M.P.

    Alamat Redaksi:

    Fakultas Pertanian

    Universitas Panca Marga

    Jl. Yos Sudarso 107, Pabean, Dringu, Probolinggo 67271

    Telp. (+62) 335 422715, 427923, e-mail: [email protected]

    iv

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    5/77

    AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN 

    VOL. 2  NO.  1  J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X

    D AFTAR ISI 

    Pengaruh Varietas Dan Ketebalan Mulsa Jerami Padi Pada Pertumbuhan

    Dan Hasil Tanaman Tomat ( Lycopersicum Esculentum Mill ) .................................................. 1 Agus Hendra Kusuma & Mimik Umi Zuhroh

    Pengaruh Lama Penyimpanan Benih Dan Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT )

    Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah ( Allium Cepa L. ) ....................... 11

    T u m i n i

    Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang Dan Pemangkasan Cabang

    Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat ( Lycopersicum Esculentum Mill  ) ............. 21

    Rr. Setyani Hidayati

    Efektifitas Berbagai Pengolahan Tanah Dan Penyiangan Terhadap Pertumbuhan

    Dan Hasil Kacang Hijau ( Vigna Radiata L. ) di Lahan Kering Muneng ...................................... 37

    Ghalih Aji Widyantoro & Tumini

    Pengaruh Model Jarak Tanam Pada Beberapa Varietas Terhadap Pertumbuhan

    Dan Hasil Kacang Hijau ( Vigna Radiata L. ) ........................................................................... 49

    Mimik Umi Zuhroh

    Pengaruh Umur Dan Dosis Pupuk Kandang Limosin Terhadap Pertumbuhan

    Dan Hasil Tanaman Kacang Panjang ( Vigna Sinensis L. ) ....................................................... 59

     Agus Edi Setiyono 

    v

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    6/77

    AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN 

    VOL. 2  NO.  1  J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X

    Persyaratan Penulisan Artikel/Naskah

    1.  Artikel harus belum pernah diterbitkan pada media lain.

    2. 

    Artikel ditulis dengan bahasa Inggris/Indonesia, spesifikasi sebagai berikut:

    a. 

    ukuran kertas : A4 atau letter

    b.  ketikan : sesuai format (template) yang diberikan redaksi

    c.   jumlah halaman : 5 - 15 halaman

    d.  software : Microsoft Words atau Word Processor  lainnya.

    e.  Setiap artikel disertai dengan abstrak (150-200 kata) dan kata-kata kunci.

    3. 

    Artikel (hasil penelitian) memuat:a.

     

    Judul

    b.  Nama penulis, alamat e-mail dan afiliasi institusi

    c.  Abstrak dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, serta kata-kata kunci

    d.  Pendahuluan (tanpa subjudul)

    Berisi uraian tentang latar belakang, tinjauan pustaka/teori, masalah, tujuan penelitian

    e. 

    Metodologi

    Berisi uraian tentang teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan dan analisis data, serta

    aspek lain yang relevan.

    f.  Hasil dan Pembahasan (dengan atau tanpa subjudul)

    Berisi uraian tentang temuan penelitian dan pembahasannya.

    g. 

    Penutup (dengan subjudul)Berisi uraian tentang kesimpulan penelitian dan rekomendasi/implikasi.

    h.  Referensi

    Hanya berisi daftar pustaka yang benar-benar dirujuk dalam artikel.

    4. 

    Atau Artikel (kajian analisis-kritis) memuat:

    a. 

    Judul

    b.  Nama Penulis, alamat email dan afiliasi institusi

    c.  Abstrak dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, serta serta kata-kata kunci

    d.  Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, dan

    masalah/tujuan kajian)

    e. 

    Hasil dan Pembahasan kajian analisis-kritis

    f. 

    Simpulan dan Sarang.  Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk  dalam uraian saja)

    5.  Penulisan Daftar Rujukan

    a. 

    Buku: nama belakang, nama depan (inisial). (tahun). Judul . Tempat penerbitan: Penerbit.

    b. 

    Periodicals: nama belakang, nama depan (inisial). (tahun). Judul Naskah. Nama Periodicals, vol

    (nomor), nomor halaman.

    c.  Laman/internet: nama belakang, nama depan (inisial). Judul artikel. http://................ (diakses

    tgl. …..)

    d. 

    Catatan kaki diletakan di belakang naskah, kecuali catatan kaki yang memberikan elaborasi

    dapat diletakan pada halaman yang bersangkutan

    6.  Kirimkan 2 copy manuskrip artikel, dan 1 (CD) softcopy  artikel ke:

    Redaksi AGROTECHBIZ Jurnal Ilmiah PertanianJl. Yos Sudarso 107, Pabean, Dringu, Probolinggo 67271

    vi

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    7/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    8/77

    Pengaruh Varietas & Ketebalan Mulsa Jerami Padi …  Kusuma, A.H., Umi Zuhro, M. 

     perhatian. Mulsa adalah bahan yang dipakai pada

     permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari

    kehilangan air melalui penguapan dan menekan

     pertumbuhan gulma. Pemberian mulsa antara lain

     berpengaruh terhadap kondisi tanah dan iklim mikro.

    Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa

    adalah jerami (Adisarwanto dan Wudianto, 1999 dalam

    Mayun, 2007). Fungsi mulsa jerami adalah untuk

    menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat

    tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi

     permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan

    melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Juga dapat

    membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama

    struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat

    tanah (Thomas et al., 1993 dalam Mayun, 2007).

    Penggunaan mulsa jerami padi pada lahan yang ditanami

    tanaman tomat diharapkan dapat menjaga kelembaban,

    suhu, menekan pertumbuhan gulma dan memperbaiki

    stabilitas agregat tanah sehingga pertumbuhan dan hasil

    tanaman tomat dapat maksimal.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani Tomat

    Taksonomi tomat dalam sistematika tumbuhan

    menurut Wiryanta (2002) adalah sebagai berikut:

    • Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan).

    • Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji).

    • Subdidvisi :  Angiospermae (Berbiji Tertutup).

    • Kelas :  Dicotylodenae (Biji berkeping satu).

    • Ordo : Tubiflorae 

    • Famili : Solanaceae 

    • Genus :  Lycopersicum 

    • Spesies :  Lycopersicum esculentum Mill./Syn;

     Licopersicon licopersicumMill 

    Morfologi Tomat

    Wiryanta (2002) mengemukakan bahwa, morfologi

    tomat terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan

     biji. Akar tanaman tomat berbentuk serabut menebarkesegala arah. Kemampuan menembus lapisan tanah

    sangat terbatas yakni pada kedalaman 30-70 cm. Tomat

    sewaktu masih muda memiliki batang yang berbentuk

     bulat dan teksturnya 1lunak, tapi setelah tua batangnya

     berubah menjadi bersudut dan bertekstur keras berkayu.

    Ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus

    di seluruh permukaannya

    Tomat memiliki daun yang berwarna hijau dan

     berbulu, mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar

    sekitar 15-20 cm. Daun tomat ini tumbuh di dekat ujung

    dahan atau cabang. Sementara itu tangkai daunnya

     berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebal

    0.3-0.5 cm

    Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun

    dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga perdompolan

    atau tergantung varietasnya. Kuntum bunganya terdiri

    dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.

    Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya

    menjadi satu dan membentuk bumbung yang

    mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat

    melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya

     berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup

    kemungkinan terjadi penyerbukan silangan.

    Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat

     pipih, atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau

    muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah

    tua berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuning-

    kuninngan, atau merah kehitaman. Selain warna-warna di

    atas ada juga tomat yang berwarna kuning.

    Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan diselimuti

    daging buah .warna bijinya ada yang putih, putih

    kekuning-kuningan, ada juga yang kecoklatan. Biji inilah

    yang umumnya dipergunakan untuk perbanyakan

    tanaman.

    Syarat Tumbuh Tomat

    Untuk tumbuh dan berkembang, tanaman tomat

    memerlukan persyaratan tumbuh tertentu, antara lain:

    1.  Keadaan Tanah

    Tanah yang gembur dan kaya unsur hara sangatdisukai tanaman tomat untuk pertumbuhan yang optimal.

    Tidak seperti komoditi sayur lainnya yang menyukai

    tanah ber-pH netral, tomat menyukai tanah yang

    tergolong asam dengan pH 5-6.

    2.  Keadaan Iklim

    Tomat adalah sayur yang toleran terhadap ketinggian

    tempat. Dataran tinggi, medium, ataupun rendah dapat

    menjadi tempat hidupnya. Budidaya tomat dapat

    dilakukan dari ketinggian 0 -  1.250 m dpl, dan tumbuh

    optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan

     jenis/varietas yang diusahakan dengan suhu siang hari24°C dan malam hari antara 15°C-20°C. Pada

    temperature tinggi (diatas 32°C) warna buah tomat

    cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang tidak

    tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Temperatur

    ideal antara 24 °C -  28°C. Curah hujan antara 750-125

    mm/tahun, dengan irigasi yang baik.

    Mulsa

    Salah satu teknik konservasi tanah yang mudah

    diterapkan adalah penggunaan sisa tanaman sebagai

    mulsa, karena mulsa dapat diperoleh dari sisa-sisa hasil

    tanaman pertanian seperti sisa pemanenan tanaman padi

    atau jagung.

    2

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    9/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Mulsa secara langsung melindungi permukaan tanah

    dari pukulan butir hujan, sehingga mengurangi energi

     pukulan hujan, volume, kecepatan aliran permukaan,

    meningkatkan aktivitas fauna tanah, dan meningkatkan

     pembentukan agregat tanah. Keunggulan lain dari mulsa

    antara lain dapat mempertahankan atau memperbaiki sifat

    fisik tanah, memperkecil proses dispersi, meningkatkan

    stabilitas agregat tanah, dan memperbaiki struktur tanah

    dan pada gilirannya dapat mempercepat laju infiltrasi.

    Mulsa adalah setiap bahan yang dipakai untuk

    menutupi permukaan tanah yang dapat berfungsi untuk

    menghindari kehilangan air melalui penguapan dan dapat

    menekan pertumbuhan gulma. Bahkan seperti jerami,

    serbuk gergaji, pupuk kandang, dedaunan dan bahan

    tanaman lain yang dapat dianggap sebagai mulsa.

    Penggunaan mulsa dari bahan tanaman dapat berguna

    sebagai pupuk bila telah terurai dengan tanah, setelah

    mengalami proses dekomposisi, hal ini tergantung dari

     bahan tanaman yang digunakan.

    Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya

    yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah,

    mengurangi fluktuasi suhu tanah, menekan pertumbuhan

    gulma yang dapat mengganggu tanaman budidaya, dan

    untuk mencegah buah agar tidak langsung menyentuh

    tanah karena apabila menyentuh tanah buah akan busuk

    sehingga produksi menurun. Serta menekan pertumbuhan

    gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut

    tumbuh dengan baik (Wikipedia, 2011).

    Berdasarkan asal bahan mulsa dapat dikelompokkanmenjadi dua, yaitu mulsa alami dan mulsa buatan,

    sedangkan bahan mulsa meliputi semua bahan yang tidak

    hidup serta dapat digunakan untuk mempertahankan

    kelestarian tanah dengan cara menghamparkan pada

     permukaan tanah.

    Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang

    mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan

    alang-alang. Mulsa ini memiliki beberapa keunggulan

    yakni dapat diperoleh bebas/gratis, memiliki efek

    menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan

    mengurangi erosi, dapat menghambat pertumbuhantanaman pengganggu, dan dapat menambah bahan

    organik tanah dalam rentan waktu tertentu (Anggi, 2010).

    Selain jerami dan alang-alang dapat digunakan cacahan

     batang dan daun jagung atau rumput-rumputan lainnya.

    Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat

     pemulsaan tersebut akan bergantung pada dosis mulsa

    yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis mulsa

    yang tepat.

    Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis

    yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik

    adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau

    karung.

    Kalau mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit

    ditanam, maka mulsa anorganik dipasang sebelum

    tanaman/bibit ditanam. Kemudian mulsa dilubangi sesuai

    dengan jarak tanam. Hanya saja mulsa ini sekarang

    harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak.

    fungsi mulsa plastik ini dapat memantulkan sinar

    matahari secara tidak langsung untuk menghalau hama

    tungau, thrips dan aphid, selain itu mulsa plastik

    digunakan dengan tujuan menaikkan suhu dan

    menurunkan kelembapan di sekitar tanaman-ini dapat

    menghambat munculnya penyakit yang disebabkan oleh

     bakteri (Wikipedia, 2011).

    Varietas

    Sebelum melaksanakan budidaya tomat perlu

    ditentukan varietas yang akan ditanam. Pemilihan

    varietas yang sesuai akan memberikan kontribusi yang

    menguntungkan disamping pengelolaan budidaya yang

    tepat, karena setiap varietas menunjukan perbedaan yang

    khas baik dalam hal ukuran, bentuk serta warna buah

    (Ashari, 1995).

    Anonym (2009) menyatakan bahwa ada 2 (dua)

     penggolongan varietas yaitu varietas tidak resmi dan

    varietas resmi. Varietas resmi digolongkan atas dasar

     bentuk, tandan, ketebalan daging, dan kadar airnya.

    Varietas tidak resmi digolongkan dengan pembagian

    yaitu tomat ceri, tomat biasa, tomat kentang, tomat apel

    dan tomat keriting. Sedangkan tomat resmi terdapat 2

    istilah yakni determinite  dan indeterminite. Varietasdeterminite mempunyai pertumbuhan yang terhenti

    setelah memasuki pembungaan.

    Untuk varietas indeterminite  tidak mengalami

     pertumbuhan yang terhenti sehingga pertumbuhannya

    lebih tinggi. Penggolongan varietas resmi yang telah

     banyak ditanam petani adalah Intan, Ratna, Berlian,

    Mutiara, Money Maker, Precious F1 Hybrid, Farmers

    209 F1 Hyybrid Sugar.

    Hipotesis

    Hipotesis yang dapat diajukan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Diduga penggunaan varietas tertentu dapat

    meningkatkan hasil tanaman tomat.

    2. Diduga penggunaan mulsa jerami padi dengan

    ketebalan tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman

    tomat.

    3. Diduga terjadi interaksi antara penggunaan varietas

    dengan ketebalan mulsa jerami padi terhadap hasil

    tanaman tomat.

    METODOLOGI

    Tempat Penelitian

    Percobaan dilakukan di Desa Sumber Wetan

    Kecamatan Kademangan diatas lahan sawah, yang

    3

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    10/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    11/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Penyulaman

    Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman

    yang mati, layu, rusak atau kurang baik pertumbuhannya.

    Penyulaman dilakukan seminggu setelah penanaman atau

    sebelumnya manakala ada tanaman yang belum

    seminggu sudah layu, mati atau rusak. Bibit untuk

    menyulam dipilih bibit yang baik dan sehat. Sebelum

    diadakan penyulaman lubang tanam dibersihkan dari sisa

    tanaman terdahulu, tujuannya untuk menghindari dari

    kemungkinan munculnya serangan hama atau penyakit.

    Pemberian Ajir

    Pemberian ajir dilakukan pada saat tanaman berumur tiga

    minggu dari tanam, dengan menggunakan bambu yang

    dibelah selebar lebih kurang 3 cm dan panjang 2 m. Ajir

    ditancapkan disamping tanaman dan diikatkan pada

    tanaman dengan menggunakan tali rafia. Pemberian ajir

    dimaksudkan untuk menopang tanaman buah dan bagian

    tanaman yang lain, serta mendukung tegaknya batang.

    Pemupukan

    Sebelum plot penanaman ditanami semua lubang

    tanam diberi pupuk kandang dengan dosis lebih kurang

    satu kilogram per lubang seminggu sebelum tanam.

    Untuk pupuk buatan yang diberikan adalah Urea 250 Kg,

    TSP 300 Kg, Kcl 200 Kg per hektar. Urea dan Kcl

    diberikan 2 kali.

    Pertama, setengah dosis pada watu tanam. Kedua,

    setengah dosis saat tanaman mulai berbunga, yaitu pada

    umur 20-25 hst. Sedangkan TSP diberikan sekaligus pada

    saat tanam (Nazarrudin,2000). 

    Pemanenan

    Buah dipanen pada tingkat kemasakan “ Ripe”, pada saat

    ini seluruh permukaan buah telah berwarna orange.

    Parameter Pengamatan

    Parameter yang diamati dalam penelitian adalah

    sebagai berikut:

    1.  Tinggi tanaman pada umur 7, 14, dan 21 hst.

    2.  Jumlah daun pada umur 7,14, dan 21 hst.

    3.  Jumlah Tandan Buah

    4.  Bobot per buah (gram)

    5.  Berat buah per plot (kg)

    6. 

    Berat buah saat panen (hst)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tinggi Tanaman

    Pengukuran tinggi tanaman tomat dilakukan pada

    umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam (HST). Berdasarkan

    hasil ANOVA, diketahui bahwa tidak terjadi interaksi

    antara perlakuan varietas dan perlakuan perbedaan tinggi

    mulsa jerami terhadap tinggi tanaman (Tabel 1).

    Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 7, 14 dan 21 HST

    Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%

    Keterangan: * : Berbeda Nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata; ns : Berbeda Tidak Nyata

     

    Tabel 1 Anova perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 7, 14 dan 21 HST

    5

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    12/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    13/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Bobot per BuahBobot per buah dipengaruhi oleh varietas tanaman

    dan ketebalan mulsa jerami padi Berat per buah tomat

    umumnya bersifat genetis (Ibarbia dan Lambeth 1971).

    Varietas Permata dengan ketebalan jerami padi memiliki

     bobot per buah yang paling tinggi 33.63 g, berbeda

    sedikit dengan berat buah pada varietas Santika yaitu

    33.53 g (Tabel 8).

    Bila dilihat dari perlakuan ketebalan mulsa, ketebalan

    mulsa 9 cm memiliki bobot buah tertinggi (33.63 g) bila

    dibandingkan pelakuan lainnya. Hal ini dikarenakan

    mulsa yang digunakan adalah mulsa residu organik yang berasal dari pangkasan jerami. Pangkasan jerami masih

    memiliki sisa-sisa nutrisi yang bisa menghasilkan unsur

    hara dan bisa digunakan oleh tanaman tomat sebagai

    nutrisi tambahan, sehingga bisa menghasikan buah yang

    memiliki bobot yang lebih berat bila dibandingkan

    dengan perlakuan ketebalan mulsa yang lain. Mulsa

    organik dari pengkasan jerami juga menjaga kelembapan

    tanah sebagai media tanam, sehingga bisa meminimalisir

    adanya evaporasi air tanah.

    Tabel 5 Anova perlakuan terhadap jumlah tandan buah

    Keterangan: * : Berbeda Nyata;

    ** : Berbeda Sangat Nyata;

    ns : Berbeda Tidak Nyata

    Tabel 6 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah tandan buah

    Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang

    sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%

    Tabel 7 Anova perlakuan terhadap bobot per buah

    Keterangan: * : Berbeda Nyata;

    ** : Berbeda Sangat Nyata;

    ns : Berbeda Tidak Nyata

    Tabel 8 Pengaruh perlakuan terhadap bobot per buah

    Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang

    sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%

    Tabel 9 Annova perlakuan terhadap bobot buah per plot

     pada 7, 14 dan 21 HST

    Keterangan: * : Berbeda Nyata;** : Berbeda Sangat Nyata;

    ns : Berbeda Tidak Nyata

    7

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    14/77

    Pengaruh Varietas & Ketebalan Mulsa Jerami Padi …  Kusuma, A.H., Umi Zuhro, M. 

    Berat Buah per Plot

    Bobot buah per plot dihitung berdasarkan rata-rata

    yang dihasilkan dari masing-masing plot perakuan.

    Berdasarkan hasil Anova, bobot buah per plot dari

    varietas Timothy memiliki persamaan ragam bobot

    dengan varietas Permata dan Santika, namun varietas

    Santika tetap memiliki bobot buah per plot paling tinggi,

    21.39 g (Tabel 10).

    Jika dilihat pengaruh perlakuan ketebalan mulsa,

    sama halnya dengan bobot per buah, ketebalan 9 cm

    memiliki berat buah per plot paling tinggi bila

    dibandingkan dengan ketiga pelakuan lainnya, 27.83 g.

    Berdasarkan rerata total perlakuan, varietas Santika

     pada ketebalan mulsa 9 cm memiliki bobot buah per plot

     paling tinggi bila dibandingkan dengan kombinasi

     perlakuan yang lain.

    Berat Buah Saat Panen

    Tanaman tomat memiliki pola panen 3 harian dari

    awal pertama panen (52 HST). Pada percobaan ini,

    dilakukan 6 kali panen untuk masing-masing perlakuan

    untuk melihat pola panen tanaman dan pengaruh

    kombinasi perlakuan terhadap hasil tanaman tomat.

    Penaatan dilakukan pada saat 52, 55, 58, 61, 64 dan 67

    HST.

    Berdasarkan hasil statistik dapat diketahui bahwa

     panen paling tinggi terjadi dua kali, yaitu pada saat 58

    dan 61 HST, sedangkan menjelang panen ke-5 dan 6

    terjadi penurunan jumlah panen. 

    Tabel 10 Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah per plot

    Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang

    sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%

    Tabel 11 Anova Hasil Panen Umur 52,55,58,61,64 dan 67 HST

    Tabel 12 Tabel Rerata Hasil Panen Umur 52,55,58,61,64 dan 67 HST

    Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%

    8

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    15/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    16/77

    Pengaruh Varietas & Ketebalan Mulsa Jerami Padi …  Kusuma, A.H., Umi Zuhro, M. 

    Dwiyanti, Sita. 2005. Respon Pengaturan Ketebalan

    Mulsa Jerami Padi dan Jumlah Pemberian Air Pada

    Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau.

    Malang. Universitas Brawijaya.

    Hidayat, A.Y., Hilman,N. Nurtika dan Suwandi. 1991.

    Hasil penelitian sayuran dataran rendah. Pros.

    Lokakarya Nasional Sayuran. Litbang Pertanian

    Kismiantini. 2011. Hand Out Rancangan Percobaan.Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

    Mayun, Ida Ayu. 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan

    Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil

    Bawang Merah di Daerah Pesisir. Bali. Universitas

    Udayana.

     Nazarrudin. 2000. Budi Daya dan Pengaturan Panen

    Sayuran Dataran Rendah. Jakarta. Penebar Swadaya.

    Sumiati, E. 1990. Pengaruh mulsa, naungan, dan zat

     pengatur tumbuh terhadap

    hasil buah tomat kultivar Berlian. Buletin Penelitian

    Hortikultura 18(2):18-32.

    Wiryanta, B.T.W. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta. PT

    Agromedia Pustaka.

    10

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    17/77

    ISSN 2355-195X

    PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BENIH DAN ZAT PENGATUR TUMBUH ( ZPT )

    TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH ( ALLIUM CEPA L .)

    T u m i n i 1 

    1 Staf Pengajar, Fakultas Pertanian, Universitas Panca [email protected]

    (diterima: 12.12.2014, direvisi: 24.12.2014)

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan benih dan zat pengatur

    tumpuh. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sumber Suko kecamatan Dringu,

    Kabupaten Probolinggo.

    Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor.

    Faktor pertama adalah lama penyimpanan benih dan Faktor kedua adalah pemberian ZPT.Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Pada percobaan ini digunakan tiga kaliulangan (tiga kelompok). Dengan demikian dalam percobaan ini terdapat 36 satuan percobaan. Petak

    satuan percobaan berukuran 1,5 m x 3 m, dengan jarak tanam (20 cm x 20 cm) sehingga total populasi

    144 tanaman/plot dan lahan yang dibutuhkan seluas 324 m2.

    Berdasarkan hasil analisa uji lanjut menurut Duncan menunjukkan pengaruh kombinasi perlakuan

    lama penyimpanan benih 4 bulan (B2) dengan konsentrasi ZPT 200 ml (Z2) menunjukkan hasil bobot

     basah per ha dan bobot kering per ha memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan

    yang lainnya.

    Kata Kunci: benih, lama penyimpanan, zat pengatur pertumbuhan.

    PENDAHULUAN

    Bawang merah merupakan salah satu komoditas

    sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh

     petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke

    dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang

     berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan

    obat tradisional.

    Produktifitas bawang merah di indonesia pada tahun

    2009 adalah 965.164 Ton dengan luas lahan 104.009 Ha,

     pada tahun 2010 adalah 957 menghasilkan 1.048.934 Ton

    dengan luas lahan 109.634Ha, tahun 2011 dengan luas

    lahan 93.667Ha menghasilkan produksi 893.124 Ton,

    tahun 2012 dengan luas lahan 99.519Ha menghasilkan

     produksi 1.368.343 Ton,dan paa tahun 2013 dengan luas

    lahan 98.937Ha menghasilkan produksi 1.010.773

    Ton.dan Daerah penghasil bawang merah diantaranya

    adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa

    Tengah, DI Yogya, Jawa Timur, Bali, NTB,Gorontalo,

    Maluku,Papua barat, Maluku utara, Sulawesi,dan

    Kalimantan. ( Badan pusat statistik, 2013).

    Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman

     bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga

     penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawangmerah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1,

    Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang merah dilahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur

    atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT budidaya

    tanaman sehat, pengendalian seara fisik/mekanik;

     pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan

     penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian,

    serta (d) bentuk olahan tepung dan bubuk.

    Bawang merah ( Allium cepa L.) merupakan

    komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat

    dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek

     pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah

    diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada

    umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-

    Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan

    harganya berfluktuasi sepanjang tahun.

    Bawang merah merupakan tanaman komoditi

    unggulan didataran rendah terutama di indonesia yang

    memiliki iklim tropis. Di masa mendatang, diperkirakan

     banyak negara akan mengalami bencana kekurangan

     pangan. Menurut Prasetiyo (2002) lebih dari 88 negara di

    dunia mengalami krisis pangan, diantaranya Indonesia.

    Hal ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya

    luas lahan tanaman bawang merah, tenaga kerja semakin

    sedikit, dan ketersediaan air semakin berkurang. Seiring

    dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan

    11

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    18/77

    Pengaruh Lama Penyimpanan Benih …  Tumini

     pangan semakin tinggi, produksi pangan, khususnya

     bawang merah harus ditingkatkan, mengingat bawang

    merah merupakan bahan yang dibutuhkan bagi sebagian

     besar penduduk Indonesia. Ilmu pengetahuan dan

    teknologi diharapkan mampu memberi kontribusi dan

    solusi yang tepat, dalam menghadapi tantangan tersebut.

    Para petani biasanya melakukan peyimpanan benih

    sekitar 3-4 bulan, dan memberikan ZPT dengan dosis

    yang asal-asalan bahkan hingga memberikan ZPT dengan

    dosis yang sangat tinggi. Berkenaan dengan teknologi

    sistim yang masih asal-asalan tersebut perlu diteliti lebih

    dalam lagi tentang umur benih dan pemberian ZPT yang

    tepat agar memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan

    dan hasil tanaman bawang merah. Umur benih

    merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi

    rendahnya hasil suatu pertanaman bawang merah.

    Pengaturan konsentrasi pemberian ZPT dilihat dari

    kesuburan tanah. Penggunaan umur benih yang masih

    muda (1-2 bulan) sangat beresiko karena masih lemah,

    dan bibit masih mengandung banyak getah dan perakaran

    yang belum kuat yang akan menurunkan produksi (Biro

     pusat statistik, 2003).

    Secara umum umur benih dan pemberian ZPT pada

    tanaman bawang merah diketahui berpengaruh terhadap

     pertumbuhan maupun hasil tanaman bawang merah.

    Walaupun demikian umur benih dan pemberian ZPT

    yang tepat masih belum diketahui dengan tepat, oleh

    karena itu penelitian mengenai yang tepat masih sangat

     penting untuk dilakukan.Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis

    terdorong untuk melaksanakan suatu penelitian tentang

     pengaruh lama peyimpanan benih dan pemberian ZPT

    dengan dosis yang tepat yang juga menjadi faktor

     pendukung peningkatan produksi tanaman bawang

    merah.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Klasifikasi Tanaman Bawang Merah 

    Menurut ilmu tumbuhan (botani), bawang merahdiklasifikasikan sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae 

    Divisi : Spermatophyta 

    Sub divisi : Angiospermae 

    Kelas : Monocotyledonae 

    Ordo : Liliales 

    Family : Liliaceae 

    Genus : Allium 

    Spesies : Allium cepa L. 

    Klasifikasi Budi Samadi; Bambang Cahyono (2005). 

    Syarat Tumbuh

    1)  Iklim

    Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan

     baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m

    (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi

    terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung

    keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32 C dan

    iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%,

    karena bawang merah termasuk tanaman yang

    memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin

    sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju

    fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi

    (BPPT, 2007 ).

    Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap

     pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran

    tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angin

    kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung

    dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Tanaman

     bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi.

    Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman

     bawang merah adalah antara 300-2500 mm/tahun

    (Deptan, 2007 ). Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat

    tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi

    yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban

    udara nisbi antara 80-90 persen. Intensitas sinar matahari

     penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini

    tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan,

    2007 ).

    2)  Tanah

    Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran

    rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-

    1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya

    adalah 0-400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat

    ditanami bawang merah adalah tanah yang bertekstur

    remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran

    matahari minimum 70%. (BPPT, 2007).

    Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur,

    gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan

    dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk

     bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata

    udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada

    genangan (Sudirja, 2007).

    Pemeliharaan

    Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi

     penyiraman, penyiangan dan pembumbunan. Penyiraman

    dilakukan dua hari sekali. Penyiangan di maksudkan

    untuk membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar

    tanaman. Sedangkan pembumbunan dilakukan untuk

    menjaga agar seluruh perakaran bawang merah selalu

    tertutup tanah.

    12

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    19/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Masa Panen

    Tanaman budidaya bawang merah dapat di panen jika

    daun tanaman sudah rebah 60-90% atau setelah tanaman

     berumur 55 hingga 90 hari tergantung varietasnya. Untuk

     budidaya bawang merah yang dilakukan di dataran

    rendah biasanya masa panen pada umur 55-70 hari,

    sedangkan budidaya bawang merah di dataran tinggi

    masa penen pada umur 70-90 hari (Deptan, 2007 ).

    Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan cara

    mencabut keseluruh bagian tanaman dari daun, batang

    hingga umbi dan di ikat menjadi satu kesatuan yang

    terdiri dari 5 hingga 10 umbi. ikatan bawang merah lalu

    di jemur dengan posisi umbi di bagian atas hingga kering.

    Setelah kering, ikatan umbi bawang di bersihkan dari

    tanah dan kotoran.

    Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Diduga terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan

    lama penyimpanan benih terhadap pertumbuhan dan

    hasil tanaman Bawang merah ( Allium cepa L.)

    2. Diduga terdapat pengaruh nyata pada pemberian ZPT

    terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Bawang

    merah ( Allium cepa L.)

    3. Diduga terdapat interaksi antara lama penyimpanan

     benih dan ZPT terhadap pertumbuhan dan hasil

    tanaman Bawang merah ( Allium cepa L.)

    METODOLOGI

    Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi

    Desa Sumber Suko kecamatan Dringu, Kabupaten

    Probolinggo.

    Bahan penelitian

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

     benih bawang merah dengan bebarapa lama penyimpinan

     benih, Pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, Sp-36,

    KCl. Untuk mengendalikan hama digunakan insektisidadengan bahan aktif: Klorfinapir, Lamda Shalotrin, dan

    Metomil dan untuk mengendalikan penyakit digunakan

    fungisida dengan bahan aktif Simoksanil, Metalaksil dan

    Mancozeb.dan zat pengatur tumbuh.

    Metode Penelitian

    Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan

    Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor.

    Faktor pertama adalah lama penyimpanan benih yang

    terdiri dari:

    • B1 = Lama penyimpanan benih 3 bulan

    • B2 = Lama penyimpanan benih 4 bulan

    • B3 = Lama penyimpanan benih 5 bulan

    Faktor kedua adalah pemberian ZPT yang terdiri dari:

    • Z0 = ZPT dengan konsentrasi 0 ml perliter

    • Z1 = ZPT dengan konsentrasi 100 ml perliter

    • Z2 = ZPT dengan konsentrasi 200 ml perliter

    • Z3 = ZPT dengan konsentrasi 300 ml perliter

    Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi

     perlakuan. Pada percobaan ini digunakan tiga kali

    ulangan (tiga kelompok). Dengan demikian dalam

     percobaan ini terdapat 36 satuan percobaan. Petak satuan

     percobaan berukuran 1,5m x 3m, dengan jarak tanam (20

    cm x 20 cm) sehingga total populasi 144 tanaman/plot

    dan lahan yang dibutuhkan seluas 324 m2

    Metode Analisis

    Menurut Bambang Murdiyanto, (2010), model linier

    untuk analisis statistik dari percobaan ini adalah:

    Y ijk = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + εijk  

    Y ijk = Respon pengamatan pada perlakuan umur bibit

    ke-i dan kelompok ke-j

    µ = Rataan umum pengamatanαi = Pengaruh umur bibit pada taraf ke-i

    βj = Pengaruh jumlah bibit perumpun pada taraf

    ke-j

    γk   = Pengaruh ulangan pada taraf ke-k

    (αβ)ij = Pengaruh interaksi umur bibit( αi) dan jumlah

     bibit perumpun (βj)

    εijk = Galat percobaan

    Analisis statistik dilakukan terhadap semua data hasil

     pengamatan dengan menggunakan sidik ragam (uji F).

    Apabila pada sidik ragam faktor tunggal memberikan

     pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan

    uji BNT 5% dan jika interaksi perlakuan memberikan

     pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan DMRT

    ( Duncan Multiple Range Test ) pada taraf uji 5%.

    Pengolahan Tanah

    Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan

    lapisan olah yang cocok dan gembur untuk budidaya

     bawang merah. Pengolahan tanah umumnya diperlukan

    untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan

    umbi dari bawang tidak terhambat karena sifat fisika

    tanah yang kurang optimal. Pengolahan tanh juga

    dilakukan untuk memperbaiki drainase, meratakan

     permukaan tanah dan mengendalikan gulma.

    Lahan yang ditanami bawang merah pada penelitian

    ini seluas 324m2. Pengolahan tanah yang dilakukan

    dilapang ada beberapa tahapan yaitu:

    a.  Persiapan lahan yang dilakukan yaitu membersihkan

    gulma dan mengemburkan tanah dengan cara menyingkal

    tanah dengan menggunakan alat seperti garpu. Kemudian

    tanah diolah kembali dengan menggunakan cangkul yang

    13

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    20/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    21/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Pasca panen yang dilakukan dilapang yaitu dengan

    cara penjemuran bawang merah yang direbahkan dengan

    ketebalan 15cm dengan panjang 25m selama 7 hari.

    Parameter Pengamatan

    Pengamatan dimulai 1 HST dengan interval 7 hari

    sekali dengan jumlah sample 20 tanaman.

    Parameter yang diamati adalah:

    1. Kecepatan tumbuhnya tunas (hari)

    2. Tinggi tanaman diamati dari permukaan tanah sampai

    daun tertinggi.

    3. Jumlah daun.

    4. Hasil Panen :

    • Bobot Basah (per sampel, per petak dan per ha)

    • Bobot Kering (per sampel, per petak dan per ha)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kecepatan Tumbuh Tunas (Hari)

    Pengukuran tumbuhnya tunas pada bawang merah

    ( Allium cepa L.) dilakukan pada fase vegetatif dengan

    notasi dari angka terendah ke angka tertinggi karena cara

     pengamatannya menggunakan hari, jadi jika tunas

    tumbuh dengan cepat ke dasar permukaan tanah maka

    menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata, namun

     jika tumbuhnya tunas lambat atau membutuhkan waktu

    (hari) yang lama maka menunjukkan pengaruh yang tidak

    nyata.

     Notasi ini hanya digunakan pada parameter kecepatantumbuhnya tunas saja, pada parameter selanjutnya

    menggunakan notasi dari angka tertinggi ke angka

    terendah. Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, dapat

    diketahui bahwa terjadi pengaruh nyata pada perlakuan

    lama penyimpanan benih dan perlakuan konsentrasi ZPT

    terhadap tumbuhnya tunas (Tabel 1).

    Berdasarkan hasil analisa sidik ragam di bawah

    dilakukan uji lanjut pada percobaan penelitian ini.

    Hasil pengaruh perlakuan terhadap waktu tumbuhnya

    tunas pada perlakuan lama penyimpanan benih 5 bulan

    (B3) memiliki pengaruh terbaik pada awal tumbuhnya

    tunas dikarenakan umbi bawang merah pada umur benih 5

     bulan (B3) mempunyai kadar getah paling sedikit

    dibandingkan dengan lama penyimpanan benih umur 3

    (B1) dan 4 bulan (B2)¸ sehingga proses tumbuhnya tunas

    lebih cepat.

    Penggunaan umur benih yang masih muda (1-2 bulan)

    sangat beresiko karena masih lemah dan bibit masih

    mengandung banyak getah dan perakaran yang belum

    kuat yang akan menurunkan produksi (Biro pusat statistik,

    2003). Hal ini dikarenakan pula umbi yang disimpan lebih

    lama telah terbentuk calon tunas di dalam umbi tersebut

    sehingga setelah umbi ditanam pada media tanah akan

    menunjukkan kecepatan pertumbuhan tunas yang lebihcepat, jadi semakin lama penyimpanan bibit umbi bawang

    merah maka tunas tumbuh lebih cepat.

    Menurut Lita (1985) dalam Titien Nilacrysna (1995),

     bahwa sebagai suatu organisme hidup umbi bwang merah

    selau melakukan kegiatan respirasi. Kandungan air yang

    tinggi dalam umbi bawang merah akn meningkatkan

    kegiatan enzim sehingga akan mempercepat terjadinya

    respirasi.

    Tabel 1 Analisa sidik ragam perlakuan terhadap kecepatan tumbuhnya tunas (Hari)

    Sumber Keragaman F Hit F 5% F 1%

    Ulangan 0.07

    Perlakuan 8.53

    Benih (B) 22.99ns 3.44 5.72

    ZPT (Z) 12.30ns 3.05 4.82

    B x Z 1.82** 2.55 3.76

    keterangan :

    * : Berbeda nyata

    ** : Berbeda sangat nyata

    ns : Berbeda tidak nyata

    Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadapkecepatan tumbuhnya tunas (Hari) 

    Tumbuhnya tunas (hari)

    BENIH

    3 Bulan 35.41 a

    4 Bulan 34.16 b

    5 Bulan 25.41 c

    KONSENTRASI ZPT

    0 ml 18.67 a

    100 ml 17.33 b

    200 ml 16.00 bc

    300 ml 13.33 

    15

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    22/77

    Pengaruh Lama Penyimpanan Benih …  Tumini

    Kegiatan respirasi selama masa dormansi menurut

    Bewley & Black (1986) dalam Titien Nilacrysna (1995) ,

    tetap terjadi dan sintesa DNA terus berjalan terus secara

    normal dalam embrio dari benih yang dorman dan

    tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji

    dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat

    dalam biji (Tjitrosoepomo, 1985).

    Sedangkan konsentrasi ZPT yang memiliki pengaruh

    terbaik pada konsentrasi 300 ml (Z4), karena umbi

     bawang merah termasuk pada golongan umbi lapis

    sehingga memerlukan ZPT dengan konsentrasi yang

    tinggi agar mempercepat tumbuhnya tunas (Tabel 2).

    Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada interval

    waktu 7 hari yaitu pada 7, 14, 21 dan 28 HST.

    Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terjadi pengaruh

    yang sangat nyata pada perlakuan lama penyimpanan

     benih dan perlakuan ZPT pada 7, 14, 21 dan 28 HST, juga

    memiliki pengaruh yang sangat nyata untuk tinggi

    tanaman karena dengan pemberian ZPT sebagai hormon

     pendorong pertumbuhan sehingga tanaman bisa tumbuh

    dan berkembang dengan baik, dengan kedua kombinasi

    tersebut terdapat interaksi yang sangat nyata pada 14, 21

    dan 28 HST , namun pada 7 HST hanya berpengaruh

    nyata, itu disebabkan karena tanaman masih belum

    sepenuhnya menyerap ZPT yang diberikan (Tabel 3).

    Tabel 3. Analisa sidik ragam perlakuan terhadap

    tinggi tanaman umur 7, 14, 21 & 28 hst

    Sumber Keragaman F Hit F 5% F 1%7 HST 14 HST 21 HST 28 HST

    Ulangan 0.25 0.30 0.23 0.40

    Perlakuan 34.12 48.27 67.23 85.87

    Benih (B) 148.18** 179.40** 322.49** 350.14** 3.44 5.72

    ZPT (Z) 15.01** 37.44** 24.71** 75.25** 3.05 4.82

    B x Z 2.91* 3.82** 3.40** 3.10* 2.55 3.76

    keterangan :

    * : Berbeda nyata

    ** : Berbeda sangat nyata

    ns : Berbeda tidak nyata

    Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman umur7, 14, 21 dan 28 hst

    Perlakuan Tinggi Tanaman Pada Umur Tanaman

    7 HST 14 HST 21 HST 28 HST

    B1Z0 1.33 a 4.33 a 13.66 a 26.33 a

    B1Z1 1.66 a 4.66 a 13.33 a 28.33 a

    B1Z2 2.33 ab 5.66 a 15.00 a 30.33 ab

    B1Z4 2.33 ab 6.33 ab 16.33 b 31.00 b

    B2Z0 3.16 b 6.33 ab 16.66 bc 31.00 b

    B2Z1 3.16 b 7.00 b 18.33 c 31.66 bc

    B2Z2 3.5 bc 7.66 bc 19.66 cd 35.66 cd

    B2Z3 3.66 c 8.00 c 19.66 cd 37.00 d

    B3Z0 3.83 cd 8.00 c 21.33 d 35.16 c

    B3Z1 5.00 d 9.00 cd 25.66 e 38.8 de

    B3Z2 5.33 de 9.66 d 27.0 ef 41.46 e

    B3Z3 6.33 e 12.16 e 27.33 f 44.06 f

    Ket : Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut

     Duncan pada taraf 5%

    16

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    23/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Bila dilihat berdasarkan rerata tinggi tanaman dapat

    diketahui bahwa kombinasi perlakuan lama penyimpanan

     benih umur 5 bulan (B3) dengan konsentrasi ZPT 300 ml

    (Z3) memiliki tinggi tanaman yang relatif lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain.

    Menurut Biro Pusat Statistik (2003) , lama penyimpanan

     benih umur 5 bulan (B2) perakarannya kuat dan dapat

    menyerap makanan secara optimal sehingga pertumbuhan

    tanaman lebih cepat. dan menurut setyati (1989) dalam

    Titien Nilacrysna (1995), tanaman bawang merah dengan

    laju pertumbuhan daun yang tinggi menggunakan

    karbohidrat lebih banyak untuk pertumbuhan daun dari

     pada untuk disimpan, jadi dalam fase vegetatif

    korbohidrat digunakan untuk perkembangan.

    Untuk pengaruh kombinasi perlakuan tinggi tanaman

    nilai terkecil terdapat pada lama penyimpanan benih 3

     bulan (B1) dengan konsentrasi 0 ml (Z0)/ kontrol (B1Z0).

    Menurut Wibowo (1991) dalam Titien Nilacrysna (1995),

     bahwa umbi bawang merah yang sudah berumur 6 sampai

    8 bulan sudah tumbuh calon tunas yang panjangnya

    separuh dari panjangnya umbi dan kriteria ini merupakan

     pedoman pokok untuk menilai bahwa umbi tersebut siap

    digunaan untuk bibit, karena bibit dari umbi yang

    demikian ini hanya mempunyai daya tumbuh yang tinggi.

    Jadi jika benih bawang merah hanya disampan dalam

    waktu yang sementara maka tunas yang akan tumbuh

    membutuhkan waktu (Hari) yang lama (Tabel 4). 

    Jumlah Daun

    Dari hasil analisa sidik ragam perlakuan terhadap

     jumlah daun menunjukkan adanya interaksi yang sangat

    nyata terhadap lama penyimpanan benih dan konsentrasi

    ZPT pada 7, 14, 21, dan 28 HST (Tabel 5). Pada

     pengamatan jumlah daun 14 HST menunjukkan tidak

    terjadi interaksi yang nyata, hal ini dikarenakan perlakuan

    antara lama penyimpanan benih dengan konsentrasi ZPT

    masih belum optimal. 

    Berdasarkan hasil analisa uji lanjut pada taraf 5%

     pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun menunjukkan

    lama penyimpanan benih umur 5 bulan (B3) dengan

    konsentrasi ZPT 300 ml (Z3) berada pada jumlah nilai

    tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya

    dikarenakan pada lama penyimpanan umur 5 bulan (B3)

    dan konsentrasi 300 ml (Z3) dapat memberikan

     pertumbuhan yang optimal sehingga jumlah daun yang

    dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan

    lainnya (Tabel 6).

    Tabel 5. Analisa sidik ragam perlakuan terhadap jumlah daun pada umur 7, 14, 21 & 28 hst

    Sumber KeragamanF Hit

    F 5% F 1%

    7 HST 14 HST 21 HST 28 HSTUlangan 0.20 0.56 0.02 0.25

    Perlakuan 13.08 122.68 129.06 45.38

    Benih (B) 52.52** 45.74** 616.76** 197.56** 3.44 5.72

    ZPT (Z) 11.61** 29.62** 53.76** 27.06** 3.05 4.82

    B x Z 0.67ns 8.16** 4.13** 3.81** 2.55 3.76

    keterangan :

    * : Berbeda nyata

    ** : Berbeda sangat nyata

    ns : Berbeda tidak nyata

    Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Umur 7 hst

    Jumlah daun Umur Tanaman (HST)

    7 HST

    BENIH

    3 bulan 7.34 a

    4 bulan 9.09 a

    5 bulan 11.57 b

    ZPT

    0 ml 7.93 a

    100 ml 9.30 b

    200 ml 9.38 bc

    300 ml 10.75 cKet: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama

    berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%

    17

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    24/77

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    25/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Analisis lanjutan duncan pada taraf 5% terhadap hasil

     panen menunjukkan kombinasi perlakuan pada bobot

     basah dan bobot kering per sampel. dan hasil analisis

    lanjutan bobot basah dan bobot kering per petak yaitu

     pada kombinasi perlakuan lama penyimpanan benih 4

     bulan (B2) dengan konsentrasi ZPT 200 ml (Z2) memiliki

     bobot nilai tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

     perlakuan yang lain. Menurut Ambarwati dan Yudoyono

    (2003) , mengatakan masa vegetatif pada tanaman bawang

    merah yang normal akan sangat berpengaruh terhadap

    hasil panen. Dan menurut Setiyati (1989) dalam Titien

     Nilacrysna (1995), tanaman bawang merah dengan laju

     pertumbuhan daun tinggi menggunakan karbohidrat lebih

     banyak untuk pertumbuhan dari pada untuk disimpan, jadi

    dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan karbohidrat

    digunakan sebagian besar untuk perkembangan fase

    vegetatif.

    Tanaman bawang merah dengan laju perkembangan

    daun yang tinggi mempunyai hasil panen yang rendah, hal

    ini karena hasil asimilasi digunakan untuk proses

     pertumbuhan vegetatif sehingga pertumbuhan “Sink’

    terhambat. “Sink” adalah adalah jaringan yang

    menampung atau menerim asimilat tetapi tidak aktif

     berfotosintesa. Menuut jumin (1989) dalam Titien

     Nilacrysna (1995), menyatakan bahwa fotosintesa

     berlangsung pada laju yang optimum, tanaman harus

    mempunyai suatu “Sink” yang cukup untuk menampung

    hasil fotosintesa.dengan demikian tanaman bawang merah

    denga perlakuan lama penyimpanan benih umur 2 bulanmempunyai hasi panen yang lebih rendah dibandingkan

    dengan tanaman bawang dengan perlakuan penyimpanan

    3 dan 4 bulan.

    Berdasarkan hasil analisa uji lanjut menurut Duncan

    menunjukkan pengaruh kombinasi perlakuan lama

     penyimpanan benih 4 bulan (B2) dengan konsentrasi ZPT

    200 ml (Z2) menunjukkan hasil bobot basah per ha dan

     bobot kering per ha memiliki nilai tertinggi dibandingkan

    dengan kombinasi perlakuan yang lainnya (Tabel 9).

    Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan

    tinggi rendahnya hasil bawang merah.Benih dipilih dari umbi hasil pertanaman untuk

    konsumsi yaitu umbi-umbi yang berukuran kecil (4-5

    g/umbi) agar kebutuhan benih tidak terlalu banyak Pada

    umumya benih yang digunakan oleh petani adalah umbi-

    umbi yang berasal dari pertanaman konsumsi tanpa

    melalui seleksi, tetapi umbi-umbi itu telah disimpan

    dalam waktu sekitar 4 bulan (UPT Balai Benih TPH

    Provinsi Kalimantan Selatan, 2010).

    PENUTUP

    Simpulan

    1. Lama penyimpanan benih yang berpengaruh sangat

    nyata pada hasil produksi ditunjukan pada perlakuan

    lama penyimpanan benih umur 4 bulan (B2)

    2. Untuk konsetrasi ZPT 200 ml (Z2) memberikan

     pengaruh yang sangat nyata pada hasil produksi

    tanaman bawang merah.

    3. Terjadi interaksi antara lama penyimpanan benih

    umur 4 bulan (B2) dan konsentrasi ZPT (Z2) yang

    memberikan hasil produksi yang terbaik

    dibandingkan perlakuan yang lain.

    Saran

    Dalam percobaan penelitian ini diperlukan penelitian

    lanjutan dengan penanaman bawang merah pada berbagai

     jenis perlakuan lama penyimpanan benih dan ZPT yang

    lain, sehingga harapannya bawang merah bisa dijadikan

    tanaman yang bisa tumbuh dan menghasilkan produksi

    yang optimal, mengingat tingkat konsumsi dan kebutuhan

     bawang merah kedepan yang terus meningkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius,

    Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007 . Teknologi

     budidaya Tanaman Pangan.

    Ambarwati dan Yudoyono, 2003. Keragaman stabilitas

    hasil bawang merah, UGM. Yogyakarta

    Bambang murdiyanto, (2010). model linier analisis

    statistik, Malang. Hlm 32.

    BPS, 2003. Penggunaan Umur Benih yang Baik pada

    Pertumbuhan bawang merah, Bogor.

    Deptan. 2007 . Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa

    OPT Benih Hortikultura. Gunadi, N. dan Suwandi.1989. Pengaruh dosis dan waktu aplikasi pemupukan

    fosfat pada tanaman bawang merah kultivar Sumenep

    I. Pertumbuhan dan hasil. Bull. Penel. Hort. XVIII(2): 98-106. Diunduh pada http//www. Deptan.

    com/blokspot/repot318. Html. 22-11-2009 pada

    tanggal 20 mei 2015

    Helmy Kurniawan, 2009. Teknologi True Shallot Seed

    (TSS) sebagai Bahan Tanam untuk Meningkatkan

    Produktivitas Bawang Merah Diunduh pada

    http://www.binatani.or.id pada tanggal 20 mei 2015

    19

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    26/77

    Pengaruh Lama Penyimpanan Benih …  Tumini

    Hidayat, A. 2004. Budidaya bawang merah. Beberapa

    hasil penelitian di Kabupaten Brebes. Makalah

    disampaikan pada Temu Teknologi Budidaya Bawang

    Merah. Direktorat Tana. Sayuran dan Bio Farmaka,

    Brebes, 3 September 2004. Diunduh pada

    http://www.binatani.or.id pada tanggal 20 mei 2015

    Hidayat, A. dan R. Rosliani. 1996. Pengaruh pemupukan N, P dan K pada pertumbuhan dan produksi bawangmerah kultivar Sumenep. J. Hort 5 (5): 39-43.

    Diunduh pada http://www.binatani.or.id pada tanggal

    20 mei 2015

    Hidayat, A., R. Rosliani , N. Sumarni, T.K. Moekasan,

    E. S. Suryaningsih dan S. Putusambagi. 2004.

    Pengaruh varietas dan paket pemupukan terhadap

     pertumbuhan dan hasil bawang merah. Lap. Hasil

    Penel. Balitsa-Lembang. Diunduh pada

    http://www.binatani.or.id pada tanggal 20 mei 2015

    Indonesia Report, 2007. Teknik Budidaya Bawang

    Merah. Diunduh pada http//www. indonext.com/report/repot318. Html. 22-11-2007. Pada tanggal

    20 mei 2015

     Nilacrysna, Tien. 1995. Pengaruh lama penyimpanan

     bibit bawang merah (Alium ascolanicum) terhadap

    kecepatan pertumbuhan tunas. Skripsi. Diunduh pada

    http://eprint, Undip, ac.id pada tanggal 24 mei 2015

    Sudirja, 2007. Jurnal Hortikultura, Badan penelitian Dan

    Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hlm. 1021.

    Tjitrosoepomo, 1985. Teknologi benih. Bantol. Hal 20.

    Diunduh pada http://www.binatani.or.id/project/Alih-

    Teknologi-Pembibitan-Bawang-Merah. PT BalaiBenih TPH Provinsi Kalimantan Selatan. Pada

    Tanggal 20 mei 2015

    20

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    27/77

      ISSN 2355-195X

    EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BEBERAPA MACAM PUPUK KANDANG DAN

    PEMANGKASAN CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

    HASIL TANAMAN TOMAT ( LYCOPERSICUM ESCULENTUM MILL )

    Rr. Setyani Hidayati 1 

    1 Staf Pengajar, Fakultas Pertanian, Universitas Panca Marga

    [email protected]

    (diterima: 09.12.2014, direvisi: 15.12.2014)

    Abstrak

    Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yang mengandung vitamin A dan vitamin C cukup

    tinggi, serta hampir semua bagiannya dapat dimakan. Produktivitas tomat Jawa Timur sebesar 13,35ton/ha. Pemangkasan pada tanaman tomat adalah untuk mengendalikan keseimbangan pertumbuhan

    vegetatif dan reproduktif untuk meningkatkan hasil, memperbesar buah dan mempercepat proses pemasakan buah. Upaya peningkatan hasil dari tanaman tomat salah satu yang dilakukan memberi

     pemupukan tambahan.dengan pupuk kandang.

    Tujuan penelitian untuk mengetahui pupuk kandang yang tepat dan pemangkasan cabang sehingga

    diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa

    Selogudig Wetan kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo dari bulan Februari - Mei 2015.

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

     petak utama adalah Pupuk kandang sedangkan faktor anak petak adalah Pemangkasan yang di ulang tiga

    kali. Faktor petak utama adalah Pupuk Kandang (K) yang terdiri dari K1 = pupuk kandang sapi ; K2 =

     pupuk kandang kambing; sedangkan faktor anak petak adalah Pemangkasan (P) yaitu: P0 = tanpa

     pemangkasan, P1= pemangkasan 1 cabang, P2 = pemangkasan 2 cabang, P3 = pemangkasan 3 cabang,

    sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan sebagai berikut: K1P0; K1P1; K1P2; K1P3; K2P0; K2P1;

    K2P2; K2P3.

    Parameter yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlahtandan buah, jumlah buah per tanaman, hasil panen dan bobot per buah.

    Hasil penelitian dengan uji BNT 5% menunjukkan bahwa: 1). Pupuk kandang yang memberi efekukuran tertinggi yaitu pupuk kandang kambing (K2), yang menunjukkan tinggi tanaman 194,48 cm pada

    umur 35 HST; jumlah daun umur 21 HST sebanyak 44,50 helai; jumlah cabang produktif umur 35 HST

    sebanyak 21,94; jumlah tandan buah 70,35; jumlah buah per tanaman sebanyak 334,00; 2). Pemangkasan

    yang terbaik yaitu pemangkasan 3 cabang (P3) yang memberi efek pada jumlah daun umur 14 HST

    sebanyak 28 helai; hasil panen I 2363 gram dan panen II 2372 gram; bobot per buah 51,53 gram; 3).

    Terjadi interaksi antara perlakuan pemberian pupuk kandang kambing dan pemangkasan 3 cabang (K2P3)

    yang memberi efek tinggi tanaman 55.60 cm pada umur 28 HST.

    Kata Kunci: pupuk kandang, pemangkasan cabang, tanaman tomat.

    PENDAHULUAN

    Tanaman tomat ( Lycopersicum esculentum Mill)

    termasuk keluarga besar Solanaceae. Keluarga ini terdiri

    dari tidak kurang 2200 spesies. Pada saat ini buah tomat

    telah mempunyai kedudukan yang baik, walaupun belum

    merata digunakan dalam menu atau gizi masyarakat.

    Selain mempunyai rasa yang lezat ternyata tomat juga

    memiliki komposisi zat yang cukup lengkap dan baik,

    terutama kadar vitamin A dan vitamin C.

    Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yangmengandung vitamin A dan vitamin C cukup tinggi, serta

    hampir semua bagiannya dapat dimakan. Produktivitas

    tomat Provinsi Jawa Tengah sebesar 11,93 ton/ha, lebih

    rendah dibandingkan provinsi lain, seperti Jawa Barat

    dan Jawa Timur yaitu 20,25 ton/ha dan 13,35 ton/ha

    (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2006).

    Di Indonesia, tomat banyak diusahakan, baik di

    dataran tinggi (60%) maupun di daratan rendah (40%).

    Rendahnya produksi tomat menjadi salah satu kendala

    dalam budi daya tanaman ini. Hasil rata-rata pertanaman

    tomat di dataran rendah umumnya sekitar 6,0 ton/ha,

    sedangkan di dataran tinggi mencapai 26,6 ton/ha.Rendahnya produksi di dataran rendah antara lain

    21

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    28/77

     Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang …   Rr. Setyani Hidayati

    disebabkan oleh kendala utama rendahnya produksi

    tomat secara nasional yaitu keterbatasan teknologi

     budidaya yang dimiliki petani dan kurangnya informasi

    teknologi, seperti pemangkasan cabang atau pengaturan

     jumlah cabang utama dan penjarangan buah atau

     pengurangan buah (Digilib, 2004).

    Sumarjono (2003) melaporkan bahwa bila tanaman

    sayuran kekurangan air, tanaman akan layu dan dalam

    waktu singkat tanaman akan mati. Khusus tanaman

    tomat, masalah kekeringan menjadi faktor pembatas.

    Terkait dengan aspek budidaya, aktivitas usaha tani yang

    terasa memberatkan petani adalah penyiraman. Air

    merupakan faktor pembatas yang sangat penting untuk

    mendapatkan hasil panen tomat yang baik. Lahan yang

    kekurangan air akan menyebabkan aerasi udara dalam

    tanah terganggu dan suplai oksigen dalam tanah tidak

    lancar, sehingga perkembangan tanaman menjadi

    tertunda atau mengalami kekerdilan.

    Pemangkasan biasa dilakukan sebagai upaya

     pengurangan persaingan di antara bagian satu dengan

     bagian lain dalam satu tanaman atau di antara tanaman

    satu dengan tanaman lainnya dengan mengurangi /

    membuang beberapa cabang, sehingga tanaman dapat

    tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

    Adapun tujuan pemangkasan pada tanaman tomat adalah

    mengendalikan keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan

    reproduktif untuk meningkatkan hasil, memperbesar buah

    dan mempercepat proses pemasakan buah. Sementara

     pangkasan pada tanaman tomat dapat dibedakan dalamtiga macam yaitu pangkasan bentuk, pangkasan bentuk

    dan pangkasan tunas-tunas di ketiak cabang atau tangkai

    daun (Nabsya, 2010). Pemangkasan ini merupakan usaha

    untuk memperbaiki kondisi lingkungan seperti suhu,

    kelembaban, cahaya, sirkulasi angin sehingga aktifitas

    fotosintesa berlangsung normal.

    Ada beberapa cara pemangkasan yaitu pemangkasan

    cabang primer, pemangkasan peremajaan dan

     pemangkasan pemeliharaan, dan sisi pemangkasan dalam

    yang dilakukan pada peremajaan akan menunda masa

     panen karena tanaman memerlukan waktu untukrehabilitasi. Di tinjau dari aspek fisiologis tanaman,

     pemangkasan yang demikian disertai dengan

     pembersihan seluruh komponen untuk asimilasi adalah

    suatu hal yang sangat drastis dan akan menyebabkan

    terjadinya stagnasi pertumbuhan berikutnya (Hasan

    2001). Pemangkasan dapat mendorong lebih cepat

    tumbuhnya tunas baru, yang berpotensi untuk berbunga.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan

    selain dapat menngkatkan hasil bunga juga dapat

    memperbaiki kualitas bunga dan penampilan atau figur

    tanaman mnjadi lebih baik tetapi juga dapat mengadakan

     produksi bunga menurun (Satsijah, 2008).

    Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan

    ujung batang yang dilengkapi dengan daun muda apabila

    mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan

    tumbuh ke arah samping yang dikenal dengan “tunas

    lateral” misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung

     batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak

    daun. Fenomena ini dinamakan “apical dominance“.

    Pengaruh pemangkasan pada tanaman tomat yang

    mendapat perlakuan pemangkasan memiliki jumlah tunas

    yang lebih banyak daripada tanaman tomat yang tidak

    mendapat perlakuan (kontrol). Aplikasi ini akan

    mempengaruhi atau merangsang hormon yang

    mengakibatkan tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi,

    namun akan lebih banyak tumbuh cabang-cabang yang

    nantinya tumbuh bunga dan buah.

    Mengingat permintaan terhadap buah tomat yang

    terus meningkat, diperlukan upaya peningkatan hasil dari

    tanaman tomat. Salah satu upaya yang dilakukan

     pemupukan tambahan. Selain menggunakan pupuk kimia,

     perlu dilakukan pemberian tambahan pupuk kandang.

    Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak)

    merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk

    mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk.

    Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah

    dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra

     produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak

    tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak

    dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat

    terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk nonorganik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan

    kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kandang.

    Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari

    kotoran hewan yang digunakan untuk menyediakan unsur

    hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan untuk

    memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

    Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang

    sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas kandang

    dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.

    Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur

    hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yangtinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-bahan

    anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik.

    Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur

    tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal.

    Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki

    ciri bersuhu dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak,

    dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri

    tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.

    Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis

    terdorong untuk melaksanakan suatu penelitian tentang

     pengaruh pemangkasan dan pemberian macam pupuk

    kandang yang juga menjadi faktor pendukung

     peningkatan produksi tomat.

    22

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    29/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    TINJAUAN PUSTAKA

    Klasifikasi Tanaman Tomat 

    Secara sistematika tanaman tomat diklasifikasikan

     para ahli botani sebagai berikut:

    Divisio :  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

    Sub divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Kelas :  Dicotyledoneae (Biji berkeping satu)

    Ordo : Tubiflorae 

    Famili : Solanaceae (Terong - terongan)

    Genus :  Lycopersicon lycopersicum 

    Spesies :  Lycopersicum esculentum Mill atau

     Lycopersicon lycopersicum (L) Karst

    Botani Tanaman Tomat

    ( Lycopersicum esculentum Mill )

    Tanaman tomat juga dipengaruhi oleh kondisi

    lingkungan. Pada daerah tropis temperatur tinggi,

    kurangnya intensitas cahaya, dan kelembaban tinggi

    dapat menurunkan produksi dan kualitas buah.

    Ketinggian tempat untuk penanaman tomat adalah

    dibawah 1400 m dpl. Berarti tomat dapat ditanam pada

    dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl).

    Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung

    humus (bahan organik) sangat disukai. Faktor-faktor

    abiotik tersebut berpengaruh terhadap beberapa tahap

     proses reproduksi, sehingga mempengaruhi produksi

     buah (Purnamaningsih, 2008).

    Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat

    adalah 21-24 °C pada siang hari dan 15-20 °C padamalam hari. Temperatur pada siang hari lebih dari 38 °C

    selama 1-3 hari setelah penyerbukan menyebabkan

    embrio mengalami kerusakan, sehingga biji yang

    terbentuk tidak baik.

    Varietas Tanaman Tomat

    Rendahnya produksi tomat antara lain disebabkan

    oleh terbatasnya ketersediaan varietas unggul di tingkat

     petani sehingga masih banyak petani tomat menanam

    varietas lokal dengan mutu benih yang rendah

    (Khairunisa dan purwati, 2007). Selain itu, pengembangan varietas berdaya hasil tinggi mengalami

    hambatan karena tidak tahan terhadap temperatur tinggi

    dan adanya layu Fusarium. Serangan penyakit ini

    mengurangi produksi tomat hingga 30%, bahkan pada

    musim penghujan dapat mencapai 60% (Nurita et al.,

    2004).

    Badan Pusat Statistik (2011), melaporkan bahwa

     produksi nasional tomat tahun 2006-2010 terus

    mengalami peningkatan, nilai produksinya tahun 2006

    sebesar 629,744 ton, tahun 2007 sebesar 635,474 ton,

    tahun 2008 sebesar 725,973 ton, tahun 2009 sebesar

    853,061 ton, dan tahun 2010 sebesar 891,616 ton. Hal ini

    menunjukkan bahwa produksi tomat di Indonesia dapat

    ditingkatkan jika dilihat dari nilai produksi nasional.

    Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi (2010)

    menyatakan bahwa varietas tomat yang telah dilepas oleh

    Menteri Pertanian sampai tahun 2006 sebanyak 54

    varietas dan varietas yang sudah dilepas tersebut

    merupakan varietas anjuran. Varietas tomat yang telah

    dilepas diantaranya adalah Intan, Ratna, Berlian, Mutiara,

    Kaliurang, Zamrud, Opal, Arthaloka, dan Permata.

    Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan tomat,

    salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu intensifikasi

     pertanian. Intensifikasi pertanian adalah upaya untuk

     peningkatan produktifitas tomat per satuan luas. Salah

    satu upaya intensifikasi adalah penggunaan varietas

    unggul, telah banyak varietas-varietas baru yang telah

    dihasilkan oleh badan penelitian dan pengembangan

     pertanian, Departemen pertanian.

    Karakter unggul yang dimiliki varietas-varietas baru

    mampu meningkatkan produktivitas tanaman tomat.

    Peningkatan produktivitas tersebur diharapkan juga

    mampu memenuhi permintaan tomat berkualitas yang

    kian meningkat. Dengan demikian baik petani maupun

    konsumen akan sama-sama diuntungkan. Ada beberapa

    varietas tomat resmi maupun non-resmi yang beredar

     pada masyarakat.

    Salah satu varietas tomat yang diminati oleh petani

    adalah varietas permata yang merupakan varietas unggul

    yang berkembang pesat dan memiliki potensi hasil yang

    cukup tinggi.

    Deskripsi Tomat Varietas Permata

    1. Nama varietas : Permata

    2. Kelompok : Tomat sayur

    3. Umur panen pertama : 60 hari

    4. Umur terakhir panen : 120 hari

    5. Tinggi tanaman sampai

    awal panen : 120 cm

    6. Jumlah tandan bunga

     per tanaman : 13-15 buah

    7. Jumlah buah per tandan : 4-8 buah8. Frekuensi panen : 4-7 hari sekali

    9. Bobot per buah : 55-60 gram

    10. Ukuran buah : 4,8 cm x 4,4 cm

    11. Tebal daging buah : 6 mm

    12. Kekerasan buah : keras

    13. Bentuk buah : bulat hati

    14. Warna buah muda : hijau keputihan

    15. Warna buah masak : merah

    16. Rasa buah : manis-masam

    17. Tekstur daging buah : renyah

    18. Produksi buah : 60 ton / ha populasi 25.000

    19. Ketahanan HPT : Tahan terhadap layu

     bakteri & pecah buah

    23

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    30/77

     Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang …   Rr. Setyani Hidayati

    Pemangkasan Tomat

    Pemangkasan adalah upaya mengurangi jumlah tunas

    utama dari tanaman. Pemangkasan dilakukan untuk

    mengurangi pertumbuhan vegetatif dan merangsang

     pertumbuhan generatif, meningkatkan penerimaan cahaya

    matahari, menurunkan tingkat kelembaban di sekitar

    tanaman,dan untuk menaikkan kualitas buah (Nurhadi,

    2002).

    Pemangkasan yang biasa dilakukan ada tiga macam,

    yaitu sebagai berikut:

    a.  Pemangkasan tunas muda

    Tanaman tomat banyak ditumbuhi oleh tunas

    sehingga mengganggu kelangsungan hidup tanaman itu

    sendiri. Oleh karena itu, kelebihan tunas perlu dikurangi.

    Tunas yang muncul di antara batang tanaman dipotong

    sehingga yang tertinggal hanya batang daun utamanya

    saja. Cara memangkasnya cukup dengan menggunakantangan karena batang tomat termasuk lunak. Tangan

    harus bersih untuk mencegah penularan hama atau

     penyakit, terutama virus. Selain itu, adanya luka baru

    akan memudahkan hama atau penyakit tersebut masuk ke

    tanaman.

     b.  Pemangkasan batang

    Jika di atas tandan buah yang kelima tumbuh dua

    helai daun maka saatnya batang tersebut dipangkas

    ujungnya. Tujuan pemangkasan batang ini adalah untuk

    mempercepat proses pemasakan buah. Namun, jika ada

    tunas yang tumbuh kuat pada batang di sekitar tandan buah yang kelima, batang tidak perlu dipangkas.

    Pertumbuhan tomat yang subur biasanya mempunyai 2-3

    tunas cabang pada setiap batangnya. Tunas cabang ini

    akan berkembang menjadi batang utama baru. Dengan

    demikian, cabang utama yang berlebih ini harus

    dikurangi. Bila dalam memangkas takut meninggalkan

    luka yang terlalu banyak, dapat digunakan pisau yang

    tajam.

    c.  Pemangkasan bunga dan buah

    Selain pemangkasan di atas, penjarangan bunga atau

     bakal buah juga baik dilakukan. Jumlah bakal buah yang

    ideal sekitar 6-8 buah saja. Pengurangan kuantitas

    tersebut akan mendatangkan keunggulan kualitas.

    Pemangkasan tidak perlu dilakukan kalau yang

    diinginkan adalah buah tomat dengan ukuran yang

     beraneka ragam (Bernardinus dan Wiryanta, 2002).

    Apabila jumlah buah dalam kondisi banyak pada

    suatu tanaman maka akan menyebabkan beberapa

     perubahan seperti berkurangnya kandungan karbohidrat,

    ukuran dan bobot buah, seta komponen kualitas buah.

    Selain itu, akan menyebabkan jumlah buah hasil panen

     berikutnya menjadi menurun. Poerwanto (2004)

    menyatakan bahwa penjarangan buah sering dilakukan

    oleh petani untuk mengoptimalkan kualitas buah.

     Nurhadi (2002), pertumbuhan vegetatif tanaman

    tomat harus seimbang dengan pertumbuhan reproduktif

    tanaman, apabila pertumbuhan vegetatif dominan hormon

     pembentukan bunga sedikit dan produksi tanaman akan

     berkurang. Tanaman tomat responsif terhadap

     pemupukan, oleh sebab itu ketersediaan unsur hara dalam

    tanah sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya

    hasil.

    Pupuk Kandang

    Pengomposan pupuk kandang akan meningkatkan

    kadar hara makro. Zat-zat hara yang terkandung dalam

    kotoran, akan diubah menjadi bentuk yang mudah diserap

    tanaman. Seperti unsur N yang mudah menguap akan

    dikonversi menjadi bentuk lain seperti protein.

    Dilihat dari bentuknya, terdapat pupuk kandang padat

    dan cair. Pupuk padat biasanya didapatkan dari tahi(feses) sedangkan pupuk cair diambil dari air kencing

    (urine). Ada juga yang diambil dari campuran feses dan

    urine, biasanya berbentuk campuran kental seperti

    lumpur. Selain bentuk fasa-nya, ada juga pupuk kandang

    yang berupa campuran antara kotoran dengan material

    lain. Seperti, kotoran ayam yang bercampur dengan

    sekam padi yang dijadikan alas kandang atau kotoran

    sapi yang bercampur jerami.

    Berikut ini, beberapa jenis pupuk kandang yang

     banyak dipergunakan:

    a. 

    Kotoran sapiPupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan

    serat yang tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa

    rantai karbon yang akan mengalami proses dekomposisi

    lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut

    memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran.

    Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk

    diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau

     pengomposan terlebih dahulu. Apabila pupuk

    diaplikasikan tanpa pengomposan, akan terjadi perebutan

    unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi

    kotoran.

    Selain serat, kotoran sapi memiliki kadar air yang

    tinggi. Atas dasar itu, para petani sering menyebut

    Tabel 1 Varietas resmi dan non-resmi tanaman tomat

    Sumber:

    Tim Penulis PS, Budidaya tomat secara komersil, 2002

    24

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    31/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    kotoran sapi sebagai pupuk dingin. Tingginya kadar air

     juga membuat ongkos pemupukan menjadi mahal karena

     bobot pupuk cukup berat. Kotoran sapi telah

    dikomposkan dengan sempurna atau telah matang apabila

     berwarna hitam gelap, teksturnya gembur, tidak lengket,

    suhunya dingin dan tidak berbau.

     b.  Kotoran kambing

    Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat

    yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing

    dianjurkan dikomposkan dahulu sebelum digunakan

    hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing

    yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif

    sudah tidak bau.

    Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih

    tinggi dibanding jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini

    sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan kedua

    untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.

    Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Diduga terdapat pengaruh nyata pada pemberian

     pupuk kandang tertentu terhadap komponen

     pertumbuhan dan komponen hasil tanaman tomat.

    2. Diduga terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan

     pemangkasan cabang tertentu terhadap komponen

     pertumbuhan dan komponen hasil tanaman tomat.

    3. Diduga terdapat interaksi yang nyata pada

     pemangkasan dan pemberian pupuk kandang tertentuterhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil

    tanaman tomat.

    Penelitian Terdahulu

    a. Hasil skripsi Al Azari tahun 2013 dengan judul

    Pengaruh Pemangkasan Pada Tanaman Tomat

    ( Lycopersicum esculentum Mill) Fakultas Pertanian

    Universitas Hasanuddin Makasar . Menyimpulkan

     bahwa pemangkasan mempengaruhi pertumbuhan dan

    memperbanyak buah yang dihasilkan oleh tanaman

    tomat. b. Hasil penelitian Badan Penelitian Tanaman Sayur

    tahun 2008 dengan judul Pengaruh Pemangkasan

    Pucuk Terhadap Hasil dan Kualitas Benih Lima

    Kultivar Mentimun. Menyimpulkan bahwa

    meningkatnya jumlah cabang produktif tanaman

    akibat pemangkasan pucuk menyebebkan buah yang

    terbentuk dan jumlah daun lebih banyak dan

     produktif.

    c. Hasil penelitian Heny Irawati dan Nintya Setiari

    tahun 2006 dengan judul Pertumbuhan Tunas

    Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) Setelah

    dilakukan Pemangkasan Pucuk Pada Ruas Yang

    Berbeda. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Diponegoro. Menyimpulkan bahwa

    Pemangkasan pucuk tanaman nilam pada ruas yang

     berbeda berpengaruh secara nyata meningkatkan

     panjang tunas lateral dan mengurangi jumlah tunas

    lateral, serta berpengaruh tidak nyata terhadap berat

     basah dan berat kering tanaman.

    d. Hasil penelitian BPTP Bogor tahun 2010 dengan

     judul Pengaruh Tinggi Pemangkasan Tanaman Induk

    Mahoni (Swietenia macrophylla King) Dalam

    Memacu Pembentukan Tunas Sebagai Sumber Bahan

    Stek. Menyimpulkan bahwa Pemangkasan tanaman

    induk mahoni pada ketinggian 40 cm dari atas

     permukaan tanah menghasilkan jumlah tunas juvenil

    terbesar yaitu 8 buah. Pertumbuhan panjang tunas

    yang dihasilkannya tidak berbeda dengan

     pertumbuhan tunas hasil pemangkasan setinggi 90

    cm, 60 cm dan 30 cm.

    e. Hasil skripsi Nurhadi tahun 2002 dengan judul

    Pengaruh Jarak Tanam dan Pemangkasan Terhadap

    Pertumbuhan dan Hasil Tomat ( Lycopersicum

    esculentum Mill) Fakultas Pertanian Universitas

    Panca Marga Probolinggo. Menyimpulkan bahwa

     pemangkasan berpengaruh nyata terhadap

     pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Pemangkasan

    dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif

    dan merangsang pertumbuhan generatif,

    meningkatkan penerimaan cahaya matahari,

    menurunkan tingkat kelembaban di sekitar

    tanaman,dan untuk menaikkan kualitas buah.

    METODOLOGI

    Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di lahan pekarangan rumah

    Desa Selogudig Wetan kecamatan Pajarakan, Kabupaten

    Probolinggo.

    Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

     benih tomat varietas permata F1. Pupuk yang digunakanada 2 jenis pupuk kandang yakni (sapi dan kambing).

    Alat-alat yang digunakan adalah polybag sebagai

    media tanam, cangkul, penggaris, ajir bambu, tali rafia,

    label plot, ember, sprayer, sabit dan timbangan.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi

    (RPT) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor petak

    utama adalah Pupuk kandang sedangkan faktor anak

     petak adalah Pemangkasan. Di ulang tiga kali.

    Faktor petak utama adalah Pupuk Kandang (K) yang

    terdiri dari:

    K1 = Pupuk Kandang Sapi

    25

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    32/77

     Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang …   Rr. Setyani Hidayati

    K2 = Pupuk Kandang Kambing

    Sedangkan Faktor anak petak adalah Pemangkasan

    (P) yaitu:

    (P0) = Tanpa Pemangkasan

    (P1) = Pemangkasan 1 Cabang

    (P2) = Pemangkasan 2 Cabang

    (P3) = Pemangkasan 3 Cabang

    Sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan sebagai

     berikut:

    K1P0 : tanpa pemangkasan dengan pupuk kandang sapi

    K1P1 : tanpa pemangkasan dengan pupuk kandang

    kambing

    K1P2 : pemangkasan 1 cabang dengan pupuk kandang

    sapi

    K1P3 : pemangkasan 1 cabang dengan pupuk kandang

    kambing

    K2P0 : pemangkasan 2 cabang dengan pupuk kandang

    sapi

    K2P1 : pemangkasan 2 cabang dengan pupuk kandang

    kambing

    K2P2 : pemangkasan 3 cabang dengan pupuk kandang

    sapi

    K2P3 : pemangkasan 3 cabang dengan pupuk kandang

    kambing

    Metode Analisis

    Adapun model matematisnya, menurut Sastrosupadi

    (2010), adalah sebagai berikut:

    Yij = µ + Bk + Ti + ϵik + Vj + (TV)ij + σijk  

    Y ijk = Nilai pengamatan karena pengaruh faktor T

    taraf ke-i dan faktor V taraf ke-j

    µ = Nilai Tengah Umum

    Bk = Pengaruh Blok atau ulangan ke-k

    Ti = Pengaruh faktor T yang ke-i

    ϵik = Pengaruh sisa untuk petak utama atau

     pengaruh sisa karena pengaruh faktor T

    taraf ke-i pada kelompok ke-k

    (TV)ij = Pengaruh interaksi faktor petak utama yang

    ke-i dan anak petak yang ke-jσijk   = Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh

    sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-i dan

    faktor anak petak ke-j pada kelompok ke-k

    Analisis Data

    Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F pada

    taraf 5%, dan jika terdapat perbedaan yang nyata

    dilanjutkan dengan uji jarak berganda  Duncan Multiple

     Range Test  (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%.

    Pemeliharaan Tanaman

    a. Penyiraman

    Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore

    hari. Jika musim hujan penyiraman tidak perlu dilakukan

    melainkan hanya dilakukan bila kondisi tanah tampak

    kering.

     b. Pemasangan Label plot

    Pemasangan label penelitian dipasang pada setiap

    satuan plot (satuan percobaan) sesuai dengan perlakuan.

    Pemasangan label tersebut bertujuan untuk memudahkan

    dalam pemberian perlakuan serta pengamatan selama

     penelitian. Pemasangan lebel ini dilakukan 1 minggu

    sebelum tanam.

    c. Pemasangan Ajir

    Tanaman tomat memiliki batang yang kurang kuat

    untuk menopang buah dan mendukung tegaknya batang.

    Oleh karena itu, diperlukan ajir untuk menopangnya.

    Selain itu, juga berguna untuk memudahkan dalam

     pemeliharaan dan pemetikan buahnya. Ajir bisa dibuat

    dari bilah bambu dengan lebar 2 – 3 cm dan panjang 1 - 2

    meter. Bagian bawah ajir dibuat runcing agar mudah

    ditancapkan. Tancapkan ajir di dekat batang tomat. Ujung

    ajir dapat dibiarkan tegak atau dapat juga dimiringkan

    dan ujungnya disatukan dengan ujung ajir yang lain.

    Batang tomat kemudian diikat pada ajir dengan tali rafia.

    Ikatan diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu erat

    atau kendur. Pemberian ajir dilakukan 3 – 4 minggu

    setelah penanaman.

    d. Sanitasi TanamanGulma dan rumput liar yang tumbuh dalam pot harus

    dibersihkan dengan cara dicabut dengan menggunakan

    tangan. Sedangkan yang ada disekitar polybag

    dibersihkan dengan menggunakan cangkul atau sabit.

    Pemangkasan

    Pemangkasan pada tomat dilakukan dengan

    menentukan cabang yang pertumbuhannya tidak

    maksimal. Pemangkasan dapat dilakukan pada pagi hari

    agar bekas dari cabang yang telah dipangkas cepat

    mengering. Pemangkasan bertujuan untukmengoptimalkan pertumbuhan, mengurangi penguapan

    lingkungan, dan dapat meningkatkan hasil produksi.

    Perlakuan pemangkasan bisa saja dilakukan pada fase

    vegetatif maupun generatif. Hal ini dikarenakan pada

     perlakuan pemangkasan, kita harus benar-benar

    menentukan cabang yang pertumbuhannya tidak baik.

    Selain itu alat yang kita gunakan untuk memangkas juga

    mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pisau harus benar

    dalam keadaan steril, sehingga vektor hama penyakit

    yang menempel pada pisau tidak menyerang bekas

     pemangkasan tersebut.

    26

  • 8/16/2019 20-5-PB (1).pdf

    33/77

    AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X

    Panen

    Pemanenan merupakan tahap akhir dari budidaya

    tomat. Keberhasilan panen juga tidak terlepas dari awal

     budidaya, seperti penanaman dan pemeliharaan hingga

    tiba waktu panen. Pemanenan tomat perlu dilakukan

    dengan tepat waktu, teknik ketelitian, dan kesabaran.

    Pemanenan yang terlalu muda akan menghasilkan

    kualitas warna buah yang kurang maksimal. Demikian

     juga jika terlambat panen, kualitas buah akan menurun

    karena busuk dan gampang rusak.

    Tomat Permata termasuk dalam varietas determinite,

    yaitu pertumbuhan akan berhenti pada saat proses

     pembungaan. Pemanenan awal tomat varietas determinite

    dilakukan pada umur 60 HST dengan interval panen

    selanjutnya 3-4 hari. Umumnya, panen tomat dilakukan

    terus menerus hingga tanaman berumur 1-2 bulan

    (kurang lebih 7-15 kali panen) atau tergantung kondisi

    tanaman.

    Parameter Pengamatan

    1. Tinggi Tanaman (cm)

    Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat

    tanaman berumur 14, 21, 28 dan 35 HST dengan

    interval 7 hari. Tinggi tanaman diukur mulai dari

     pangkal batang sampai ujung titik tumbuh dengan

    menggunakan meteran.

    2. Jumlah daun

    Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat

    tanaman berumur 14, 21, 28 dan 35 HST denganinterval 7 hari. Penghitungan jumlah daun dilakukan

     pada masing-masing sampel dari tiap plot dengan cara

    menghitung jumlah daun dari daun paling bawah

    sampai daun teratas (pucuk).

    3. Jumlah Cabang

    Pengamatan jumlah cabang dihitung pada saat

    tanaman berumur 21, 28 dan 35 HST dengan interval

    7 hari.

    4. Jumlah tandan buah

    5. Hasil panen

    a. Jumlah buah per tanaman b. Hasil panen I (gr) / tanaman

    c. Hasil panen II (gr) / tanaman

    d. Bobot per buah (gr)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tinggi Tanaman (cm)

    Pengukuran tinggi tanaman tomat (Lycopersicum

    esculentum Mill) dilakukan pada 14, 21, 28 dan 35 hari

    setelah tanam (HST) interval 7 hari. Berdasarkan hasil

    ANOVA, dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk

    kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi

    tanaman yakni pada umur 14, 21, 28 dan 35 HST. Hal ini

    menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang akan

    menambah nutrisi pada tanaman. Sedangkan pada

     perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata pada 21 HST

    dan berpengaruh sangat nyata pada 28, 35 HST (Tabel 2).

    Sedangkan pada analisis lanjutan BNT taraf 5%

    menunjukkan perlakuan K2P3 (pupuk kandang kambing

    dan pemangkasan tiga cabang) memiliki tinggi tanaman

    tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya

    (Tabel 3).

    Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 14 hst

    terjadi interaksi yang nyata. Perlakuan K1P3 (Pupuk

    kandang sapi dan Pemangkasan tiga cabang) memberikan

    rerata tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 26,1 cm. Pada

    umur 21 hst terjadi interaksi yang nyata. Perlakuan K2P3

    (Pupuk kandang kambing dan pemangkasan tiga cabang)

    memberikan rerata tinggi tanaman yang tertinggi yaitu

    48,8 cm. Dan pada umur 28 hst terjadi interaksi yang

    nyata. Perlakuan K2P3 (Pupuk kandang kambing dan

     pemangkasan tiga cabang) memberikan rerata tinggi

    tanaman yang tertinggi yaitu 55,6 cm.

    Pada Tabel 4 tidak terjadi interaksi antara perlakuan

     pupuk kandang dan pemangkasan, maka yang

     berpe