199-397-1-sm.pdf

Upload: atmayadi-gunawan

Post on 01-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    1/8

    Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 55

    Odontektomi parsialis secara terencana pada molar ketiga rahang bawah

    Nasman Nur Alim

    Bagian Ilmu Bedah Mulut

    Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

    Makassar, Indonesia

    ABSTRACT

    Intentional partial odontectomy is the removal of tooth crown, leaving the root in

    situ. The technique of coronectomy/partial odontectomy is one of the techniques to

    protect and minimize damage to the inferior alveolar nerve. The removal of impacted

    mandibular third molar is one of the most common surgical procedures performed

    and can cause damage to inferior alveolar nerve. Injury to the inferior alveolar nerve

    has been related to deeply impacted tooth and to roots closed to the inferior dental

    canal.

    Key word: mandibular third molar impacted, inferior alveolar nerve, complicated.

    ABSTRAK

    Intentional partial odontectomy merupakan pengambilan mahkota gigi dan

    membiarkan akar gigi tetap berada pada tempatnya. Teknik odontektomi parsial atau

    coronectomy adalah salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk melindungi dan

    meminimalkan kerusakan pada nervus alveolaris inferior. Pencabutan gigi molar

    ketiga rahang bawah yang impaksi merupakan salah satu prosedur bedah yang paling

    sering dilakukan dan dapat menyebabkan kerusakan pada nervus alveolaris inferior.

    Jejas pada nervus ini telah dihubungkan dengan gigi yang impaksi secara dalam dan

    akar yang berdekatan dengan inferior dental canal.

    Kata kunci: Impaksi molar ketiga rahang bawah, nervus alveolaris inferior,komplikasi.

    Koresponden: Nasman Nur Alim, Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran

    Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar, Indonesia

    PENDAHULUAN

    Sudah menjadi standar yang berlaku umum

    bahwa selama ini para dokter gigi maupun para

    ahli bedah mulut, sewaktu mencabut gigi dengan

    closed method maupun odontektomi, gigi harus

    terangkat secara in toto. Alasannya adalah bahwa

    apabila masih terdapat sisa akar yang tertinggal,

    dan sisa akar menjadi nekrotik akan berakibat

    menjadi benda asing yang juga akan dapat

    berperan sebagai oral foci. Biasanya keputusan

    untuk membiarkan sisa akar tetap berada dalam

    soket pada waktu pencabutan gigi, adalah gigi

    patah tanpa direncanakan sebelumnya. Sisa akar

    tetap dibiarkan tertinggal dalam soketnya pada

    waktu pencabutan gigi berlangsung. Demikian

    pula pada odontektomi molar ketiga rahang

    bawah. Pengangkatan sisa akar tidak dilanjutkan

    karena tindakan selanjutnya dengan menggunakan

    alat-alat operasi yang intensif justru akan

    membahayakan struktur vital di dekatnya, yaitu

    neurovascular bundle.

    Hal tersebut di atas menimbulkan ide bagi

    Freedman untuk melakukan koronektomi atau

    intentional partial odontectomy (IPO) yang

    selanjutnya disebut sebagai odontektomi parsialis

    secara terencana sebagaimana dikutip oleh Hazza

  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    2/8

    Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6256

    56

    et al.1 Yang dimaksud odontektomi parsialis

    secara terencana, dijelaskan oleh Freedman,

    bahwa molar rahang bawah pada kondisi impaksi

    yang sangat dalam sebaiknya dibuat perencanaan

    untuk memotong dan mengangkat mahkota serta

    membiarkan sisa akar agar tetap tertinggal dalam

    soketnya. Hal tersebut dianjurkan dengan alasan

    bahwa dengan hanya memotong mahkota saja

    tidak akan mengganggu bagian akar yang letaknya

    sangat dekat terhadap struktur vital. Dengan

    demikian resiko yang berakibat terjadinya

    parestesi dapat dihindarkan. Secara anatomis,

    nervus alveolaris inferior berada dalam inferior

    dental canal(IDC) yang terbungkus dalam tabung

    dari tulang padat. Pada radiografi, tabung ini

    terlihat sebagai dua garis radiopak yang paralel.1

    Insiden kerusakan nervus alveolaris inferior pada

    pencabutan gigi molar tiga adalah bervariasi dari

    0,41% hingga 8,1% untuk berkurangnya sensasi

    secara sementara, dan 0,014% hingga 3,6% untuk

    tanda serta gejala yang lebih lama. Akan tetapi,

    nilai ini berhubungan dengan insiden pencabutan

    molar ketiga dengan tingkat kesulitan yang

    bervariasi.2

    Karena teknik odontektomi parsialis ini

    membiarkan sisa akar dengan sengaja, sementara

    masyarakat sudah terbiasa mengetahui tentang

    pencabutan atau odontektomi in toto, maka

    keseluruhan prosedur tindakan operasi harus

    diketahui pasien. Persetujuan atau informed

    consentharus dibuat sebelumnya secara tertulis.3,4

    Tujuan utama penulisan makalah ini adalah

    menyebarkan informasi terhadap suatu alternatif

    baru mencegah resiko kerusakan saraf alveolaris

    inferior akibat odontektomi gigi yang sangat

    dalam letak impaksinya. Dengan penyebaran

    informasi tersebut diharapkan dokter gigi maupun

    spesialis bedah mulut tidak selalu berpikir untuk

    mengangkat molar ketiga rahang bawah secara in

    toto. Tetapi diharapkan dapat membuat keputusan

    kapan melakukan odontektomi in toto dan kapan

    melakukan odontektomi parsialis secara terencana.

    Dengan demikian insiden resiko kerusakan saraf

    alveolaris inferior dapat diperkecil.

    TINJAUAN PUSTAKA.

    Odontektomi parsialis secara terencana

    merupakan pengambilan mahkota gigi dan

    membiarkan akar gigi tetap berada pada

    tempatnya. Tujuannya adalah agar bagian akar

    yang sangat berdekatan dengan nervus alveolaris

    inferior tidak terganggu.2

    Odontektomi parsialis diindikasikan pada

    empat kondisi. Pertama adalah ketika gigi molar

    ketiga bawah yang impaksi harus dicabut, tetapi

    temuan pada hasil radiografi menunjukkan adanya

    jarak yang sangat dekat antara akar gigi dengan

    kanal nervus alveolaris inferior (Gambar 1).5

    Kedua, pada impaksi mesioangular, vertikal, atau

    distoangular, karena pemotongan yang dilakukan

    tidak akan membahayakan saraf.4,6

    Ketiga, setiap

    gigi utamanya molar dan premolar yang

    diperkirakan berisiko terhadap nervus alveolaris

    inferior, yang tidak erupsi harus dihilangkan

    karena infeksi atau pembentukan kista.2 Keempat

    adalah pada kasus hipersementosis atau akar yang

    divergen dan bifurkasi terletak dekat dengan saraf

    (gambar 2), penggunaan instrumen bedah di dekat

    konfigurasi akar berisiko mengenai saraf.

    Kedekatan antara akar gigi-geligi rahang

    bawah dengan nervus alveolaris inferior dapatdiketahui melalui pemeriksaan radiografi,

    terutama menggunakan radiografi panoramik.

    Computed tomographyscanning (CT-scan) dapat

    digunakan untuk memperlihatkan hubungan

    tersebut secara tiga dimensi. Dengan kombinasi

    teknik ini dapat dipastikan gigi mana yang

    mempunyai resiko tinggi terhadap nervus

    alveolaris inferior saat diekstraksi. Molar ketiga

    merupakan gigi yang akarnya biasa terletak

  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    3/8

    Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 57

    berdekatan dengan nervus alveolaris inferior,

    meskipun demikian kadang-kadang gigi molar

    kedua dan bahkan akar gigi molar pertama juga

    dapat mengalami hal yang sama.6

    Gambar 1. Radiografi Panorex (A) dan cone beam CT scan (B) menunjukkan kedekatan nervus

    alveolaris inferior terhadap akar gigi molar ketiga pada tiga dimensi. Dengan menggunakan

    kedua teknik foto ini, maka perawatan dapat dilakukan secara tepat. Perhatikan bahwa plat

    lingual dan inklinasi lingual gigi tidak terlihat pada coronal CT scan. (Sumber: ORiordian

    B. Coronectomy: Intentional partial odontectomy of lower third molars. Oral Surg Oral Med

    Oral Pathol Oral Radiol Endodont 2004; 98 (3)).

    A

    Gambar 2. (A) Akar gigi molar ketiga tidak hanya dekat dengan kanalis alveolar inferior tetapi juga

    hipersementosis. (B) Gigi molar tiga dengan akar dilaserasi, salah satu akarnya berhubungan

    dengan nervus alveolaris inferior (Sumber: ORiordian B. Coronectomy: Intentional partial

    odontectomy of lower third molars. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endodont

    2004; 98 (3)).

    BA

  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    4/8

    Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6258

    58

    Gambar 3. Gambar A dan B memperlihatkan radiografi dari gigi molar ketiga kanan yang mengalami

    impaksi secara horisontal tetapi tindakan odontektomi parsialis adalah kontraindikasi karenapemotongan mahkota akan membahayakan nervus alveolaris inferior (Sumber: Pogrel MA.

    Coronectomy: A technique to protect the inferior alveolar nerve. J Oral Maxillofac Surg

    [serial online] 2004; 62: 1447-52. Available from: http://www.triangleoms.com/data/

    Coronectomy_JOMS1204.pdf.

    Sementara kontra indikasi dari odontektomi

    parsialis, pertama adalah ketika daerah sekitar gigi

    sedang mengalami infeksi, terutama infeksi yang

    melibatkan bagian akar gigi.4,6

    Kedua, pada gigi

    yang goyang tidak boleh dilakukan teknik ini

    karena sisa akar yang tertinggal dapat menjadi

    benda asing yang kemudian mengalami infeksi

    atau migrasi.4,6 Ketiga, gigi yang mengalami

    impaksi horisontal sejajar dengan alur nervus

    alveolaris inferior, karena pemotongan pada gigi

    tersebut dapat membahayakan saraf itu sendiri

    (Gambar 3).4,6

    Prosedur pelaksanaan koronektomi4.6

    Prinsip pelaksanaan odontektomi parsialis

    adalah memotong gigi menjadi dua bagian yaitu

    mahkota yang merupakan bagian terpisah dan akar

    menjadi bagian lain yang akan dibiarkan tertinggal

    dalam soketnya. Pemotongan gigi dari oklusal

    hingga cement enamel junction(CEJ).

    Prosedur awal dari odontektomi parsialis ini

    pada hakekatnya sama dengan prosedur

    odontektomi umumnya. Setelah pembuatan flap

    mukoperiosteal dan pengangkatan tulang

    secukupnya hinga bagian bukal CEJ kelihatan

    maka segera dilakukan pengeburan bagian bukal.

    Pengeburan hendaknya menggunakangalvanit bur

    yaitu bur dengan kecepatan putar rendah dan

    memancarkan larutan garam fisiologis (saline

    solution). Setelah itu, pengeburan dilanjutkan ke

    lingual hingga bagian mahkota CEJ terpotong.

    Pemotongan gigi tidak boleh memberikan trauma

    berlebih hingga terdapat bodily movement dari

    akar. Oleh karena itu pengeluaran mahkotapun

    hendaknya diusahakan keluar tanpa mengungkitdengan elevator. Hal ini dilakukan karena

    disamping menghindarkan rasa sakit pada soket

    juga membantu mencapai tujuan yang sebenarnya.

    Selanjutnya flap dikembalikan pada posisinya dan

    dilakukan penjahitan dengan cat gut. Tidak perlu

    dilakukan perawatan saluran akar atau terapi

    lainnya untuk membuka pulpa gigi yang masih

    vital pada gigi tersebut. Pengambilan gambaran

    radiografi dilakukan untuk menunjukkan posisi

    A B

    http://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdf
  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    5/8

    Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 59

    dan ukuran sisa akar setelah operasi dan enam

    bulan setelahnya.

    PEMBAHASAN

    Pencabutan gigi molar ketiga dapat

    menimbulkan beberapa komplikasi setelah

    operasi. Yang paling sering terjadi adalah nyeri,

    edema, osteitis alveolar akut, infeksi, fraktur

    mandibula, kerusakan pada gigi tetangga, dan

    perdarahan. Kemungkinan komplikasi yang paling

    berbahaya adalah adanya jejas sementara atau

    permanen pada saraf sensoris.5

    Masalah gangguan nervus alveolaris inferior

    saat pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah

    merupakan salah satu masalah klinis dan

    medikolegal. Beberapa teknik yang dapat

    mengurangi kemungkinan terjadinya hal ini harus

    diselidiki lebih lanjut. Odontektomi parsialis

    atau koronektomi tetap mempertahankan akar

    secara sengaja, telah diteliti sejak dahulu,

    namun belum ditemukan bukti pendukung yang

    kuat.6

    Teknik odontektomi parsialis atau

    koronektomi ini pertama kali dikemukakan oleh

    Ecuyer dan Debien pada tahun 1984.2Tujuannya

    adalah agar nervus alveolaris inferior yang

    letaknya sangat berdekatan dengan bagian akar

    tidak terganggu. Akan tetapi harus dilakukan

    pengurangan akar dalam jumlah yang cukup

    banyak di bawah plat lingual dan bukal agar

    tulang dapat terbentuk di atas sisa akar tersebutsebagai dari proses penyembuhan normal (Gambar

    4). Daerah akar juga jangan dibuat sampai goyang,

    karena dapat membahayakan saraf dan menjadi

    benda asing.4,6

    Setelah operasi ini diharapkan

    agar akar gigi tetap berada pada posisi semula dan

    akan tertutup oleh tulang. Akar yang tertutup

    dengan tulang akan tetap berada pada rahang

    selama beberapa tahun dan jarang menimbulkan

    masalah.

    Pada beberapa kasus, sisa akar dapat

    mengalami migrasi. Akan tetapi hal ini tidak dapat

    diprediksi, dan jika hal ini terjadi, maka akar telah

    bergerak menjauhi saraf ke posisi yang lebih aman

    sehingga mudah diambil jika perlu. Tetapi tingkat

    pencabutan akar nampaknya sangat rendah,

    terutama jika tulang telah terbentuk di atas akar

    (gambar 5).4

    Tidak perlu dilakukan perawatan

    pulpa gigi yang terbuka dan perawatan akar.

    Beberapa penelitian pada binatang percobaan

    menunjukkan bahwa akar vital akan tetap vital

    dengan perubahan degeneratif yang minimal.

    Biasanya akar gigi akan tertutupi oleh

    osteosementum.4

    Teknik penyisaan sisa akar

    kurang lebih 3 mm di bawah crest tulang

    sepertinya dapat dilakukan dan terjadi

    pembentukan tulang pada sisa akar yang tersisa4

    (Gambar 6).

    Gambar 4. Pengeboran plat lingual setelahmahkota dipotong. Nervus lingualdilindungi oleh retraktor lingual.(Sumber: Pogrel MA. Coronectomy:

    A technique to protect the inferioralveolar nerve. J Oral MaxillofacSurg [serial online] 2004; 62: 1447-52. Available from:http://www.triangleoms.com/data/Co

    ronectomy_JOMS1204.pdf.)

    http://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdf
  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    6/8

    Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6260

    60

    ORiordan melaporkan bahwa pada 52 pasien

    yang menjalani odontektomi parsialis, terdapat

    tiga pasien yang harus menjalani pengambilan

    sisa akar. Satu orang mengalami infeksi purulen

    dalam waktu minggu pertama pasca operasi

    dan mengalami infeksi rekuren sebanyak tiga

    kali, sehingga diputuskan untuk melakukan

    pengambilan sisa akar tersebut. Pasien lain

    mengalami penyakit periodontal lanjut. Sisa

    akar tersebut sering memperparah gejala yang

    timbul dan dilakukan pengambilan 7 tahun

    kemudian, pada saat akar tersebut telah bergerak

    menjauhi nervus alveolaris inferior. Kegagalan

    terakhir adalah pada pasien yang tidak

    mengalami gejala selama 18 bulan dan kemudian

    melaporkan adanya nyeri serta pembengkakan,

    meskipun pada pemeriksaan klinis tidak

    menunjukkan adanya peradangan atau

    pembentukan sinus. Ketika akar diambil, operator

    tidak melihat tanda peradangan dan sebagian

    besar permukaan akar telah tertutup oleh tulang,

    tetapi aspek bukal yang tajam menonjol di atas

    tulang. Hal ini kemungkinan yang menimbulkan

    tekanan di antara gingiva yang berada di atasnya

    Gambar 6. Koronektomi telah selesai pada gigimolar ketiga rahang bawah.Perhatikan akar yang tersisa berada3 mm di bawah crest tulang danpulpa yang terbuka tidak dirawat.(Sumber: Pogrel MA.Coronectomy: A technique to

    protect the inferior alveolar nerve. JOral Maxillofac Surg [serial online]2004; 62: 1447-52. Available from:http://www. triangleoms.com/

    data/Coronectomy_JOMS1204.pdf)

    Gambar 5. A. Radiograf yang diambil segera setelah koronektomi. Sisa apikal akar pada sisi kanan(tanda panah). B, gambaran radiografi yang diambil 6 bulan setelah operasi menunjukkanbahwa akar telah bermigrasi sejauh 2-3 mm menjauh dari nervus alveolaris inferior (tandapanah). (Sumber: Pogrel MA. Coronectomy: A technique to protect the inferior alveolarnerve. J Oral Maxillofac Surg [serial online] 2004 [cited 2009 February 27]; 62: 1447-52.Available from: http://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdf.Coronectomy).

    http://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdf
  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    7/8

    Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 61

    dan penonjolan tajam tersebut menyebabkan

    nyeri.2

    Pogrel melaporkan bahwa dari 50 sisa akar,

    terdapat 3 (6%) yang memerlukan pencabutan dan

    15 (30%) menunjukkan bukti radiografi adanya

    migrasi selama masa penelitiannya. Periodefollow

    up terlama adalah 42 bulan dan rata-rata periode

    follow up adalah selama 22 bulan. Kemungkinan

    jika dilakukanfollow uplebih lama maka semakin

    banyak akar gigi yang harus dicabut. Pada

    penelitiannya, terdapat 1 kasus parestesia lingual

    ringan dan sementara (selama 5 hari), yang diduga

    disebabkan oleh retraksi lingual.6

    Pada beberapa penelitian terdahulu yang

    mengevaluasi risiko kerusakan nervus alveolaris

    inferior akibat ekstraksi gigi molar ketiga masih

    tergantung pada radiografi panoramik atau

    panorex. Rood dan Shehab yang dikutip oleh

    Pogrel, menunjukkan bahwa diversi dari kanal

    nervus alveolaris inferior, bayangan hitam akar

    yang mengganggu garis putih pada kanal,

    penyempitan saluran, dan defleksi akar merupakan

    beberapa indikator kemungkinan terjadinya

    kerusakan nervus. Pada penelitian prospektif yang

    mereka lakukan pada 125 gigi dengan tanda-tanda

    tersebut menunjukkan tingginya risiko

    keterlibatan saraf, terjadi jejas saraf pada 14%

    gigi-geligi. Blaeser dkk yang dikutp Pogrel,

    membuktikan bahwa jika ditemukan tingginya

    faktor risiko dalam radiografi panorex, resiko

    insiden jejas saraf dapat berkisar mulai 1% danantara 1,7 sampai 12%. Kemajuan teknologi

    computed tomography cone beam, dapat

    memberikan prediksi yang lebih akurat

    kemungkinan jejas saraf, dan pada kasus

    radiografi panorex menunjukkan risiko tinggi

    keterlibatan saraf, digunakan teknologi computed

    tomography cone beam untuk menilai hubungan

    yang tepat secara 3 dimensi. Jika secara 3 dimensi,

    anatomi saraf sangat dekat dengan akar,

    odontektomi parsialis merupakan pilihan yang

    dapat diterima.6

    Belum ada standar periode dan frekuensi

    follow up pasien yang menjalani odontektomi

    parsialis. Sampai saat ini hanya dilakukan

    pemeriksaan radiografi segera setelah operasi dan

    6 bulan setelah operasi. Radiografi terakhir

    dilakukan jika pasien mengalami gejala-gejala

    tertentu. Tidak dianjurkan untuk melakukan

    kontrol setelah 6 bulan, kecuali jika mengalami

    gejala-gejala, meskipun beberapa penelitian

    menganjurkan diperlukannyafollow uppasien dan

    pemeriksaan radiografi pada periode yang lebih

    lama.6

    SIMPULAN

    Pencabutan gigi molar ketiga bawah impaksi

    dapat menimbulkan komplikasi yang parah

    terutama jejas pada nervus alveolaris inferior atau

    nervus lingualis. Keterlibatan nervus alveolaris

    inferior saat pencabutan gigi molar ketiga adalah

    merupakan masalah klinis, dan sekarang ini juga

    berhubungan dengan masalah medikolegal. Untuk

    mengatasi kemungkinan tersebut, teknik

    odontektomi parsialis merupakan salah satu

    alternatif yang dapat dilakukan.

    Teknik ini hanya melakukan pemotongan

    daerah mahkota gigi tanpa melakukan intervensi

    di daerah akar. Tindakan tersebut harus dilakukan

    dengan hati-hati agar potongan akar tidak

    mengalami kegoyangan yang dapatmembahayakan saraf tersebut. Pemeriksaan

    radiografi dilakukan sebelum operasi, setelah

    operasi, dan 6 bulan setelah operasi untuk melihat

    posisi dan ukuran sisa akar. Setelah operasi ini

    diharapkan agar akar gigi tetap berada pada posisi

    semula dan akan tertutup oleh tulang. Selain itu,

    sisa akar dapat mengalami migrasi bergerak

    menjauhi saraf ke posisi yang lebih aman sehingga

    mudah diambil jika perlu.

  • 7/26/2019 199-397-1-SM.pdf

    8/8

    Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6262

    62

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hazza A, Albashaireh Z, Bataineh A. The

    relationship of the inferior dental canal to the

    roots of impacted mandibular third molars in

    jordanian population. J Contemp Dent Pract

    [serial online] 2006 [cited 2009 March 10]; 7(2). Available from: www. thejcdp.

    com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdf

    2. ORiordian B. Coronectomy: Intentional partial

    odontectomy of lower third molars. Oral Surg

    Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endodont

    2004; 98 (3).

    3. Ziccardi VB, Zuniga JR. Nerve injuries after

    third molar removal. Oral Maxillofac Surg Clin

    N Am 2007; 19: 105-15.

    4. Pogrel MA. Partial odontectomy. Oral

    Maxillofac Surg Clin N Am 2007; 19: 85-91.

    5. Vafaeu N, Ferreti C. Coronectomy: An

    alternative therapy for the symptomatic,

    impacted third molar report of 9 cases. Int Dent

    Saudi Arabian [serial online] 2005 [cited 2009March 11]; 3 (2). Available from:

    http://www.moderndentistrymedia.com/mar_ap

    ril2008/ferretti.pdf.

    6. Pogrel MA. Coronectomy: A technique to

    protect the inferior alveolar nerve. J Oral

    Maxillofac Surg [serial online] 2004 [cited

    2009 February 27]; 62: 1447-52. Available

    from: http://www.triangleoms.com/data/

    Coronectomy_JOMS1204.pdf.

    http://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdfhttp://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdfhttp://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdf