199-397-1-sm.pdf
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
1/8
Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 55
Odontektomi parsialis secara terencana pada molar ketiga rahang bawah
Nasman Nur Alim
Bagian Ilmu Bedah Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Makassar, Indonesia
ABSTRACT
Intentional partial odontectomy is the removal of tooth crown, leaving the root in
situ. The technique of coronectomy/partial odontectomy is one of the techniques to
protect and minimize damage to the inferior alveolar nerve. The removal of impacted
mandibular third molar is one of the most common surgical procedures performed
and can cause damage to inferior alveolar nerve. Injury to the inferior alveolar nerve
has been related to deeply impacted tooth and to roots closed to the inferior dental
canal.
Key word: mandibular third molar impacted, inferior alveolar nerve, complicated.
ABSTRAK
Intentional partial odontectomy merupakan pengambilan mahkota gigi dan
membiarkan akar gigi tetap berada pada tempatnya. Teknik odontektomi parsial atau
coronectomy adalah salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk melindungi dan
meminimalkan kerusakan pada nervus alveolaris inferior. Pencabutan gigi molar
ketiga rahang bawah yang impaksi merupakan salah satu prosedur bedah yang paling
sering dilakukan dan dapat menyebabkan kerusakan pada nervus alveolaris inferior.
Jejas pada nervus ini telah dihubungkan dengan gigi yang impaksi secara dalam dan
akar yang berdekatan dengan inferior dental canal.
Kata kunci: Impaksi molar ketiga rahang bawah, nervus alveolaris inferior,komplikasi.
Koresponden: Nasman Nur Alim, Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar, Indonesia
PENDAHULUAN
Sudah menjadi standar yang berlaku umum
bahwa selama ini para dokter gigi maupun para
ahli bedah mulut, sewaktu mencabut gigi dengan
closed method maupun odontektomi, gigi harus
terangkat secara in toto. Alasannya adalah bahwa
apabila masih terdapat sisa akar yang tertinggal,
dan sisa akar menjadi nekrotik akan berakibat
menjadi benda asing yang juga akan dapat
berperan sebagai oral foci. Biasanya keputusan
untuk membiarkan sisa akar tetap berada dalam
soket pada waktu pencabutan gigi, adalah gigi
patah tanpa direncanakan sebelumnya. Sisa akar
tetap dibiarkan tertinggal dalam soketnya pada
waktu pencabutan gigi berlangsung. Demikian
pula pada odontektomi molar ketiga rahang
bawah. Pengangkatan sisa akar tidak dilanjutkan
karena tindakan selanjutnya dengan menggunakan
alat-alat operasi yang intensif justru akan
membahayakan struktur vital di dekatnya, yaitu
neurovascular bundle.
Hal tersebut di atas menimbulkan ide bagi
Freedman untuk melakukan koronektomi atau
intentional partial odontectomy (IPO) yang
selanjutnya disebut sebagai odontektomi parsialis
secara terencana sebagaimana dikutip oleh Hazza
-
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
2/8
Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6256
56
et al.1 Yang dimaksud odontektomi parsialis
secara terencana, dijelaskan oleh Freedman,
bahwa molar rahang bawah pada kondisi impaksi
yang sangat dalam sebaiknya dibuat perencanaan
untuk memotong dan mengangkat mahkota serta
membiarkan sisa akar agar tetap tertinggal dalam
soketnya. Hal tersebut dianjurkan dengan alasan
bahwa dengan hanya memotong mahkota saja
tidak akan mengganggu bagian akar yang letaknya
sangat dekat terhadap struktur vital. Dengan
demikian resiko yang berakibat terjadinya
parestesi dapat dihindarkan. Secara anatomis,
nervus alveolaris inferior berada dalam inferior
dental canal(IDC) yang terbungkus dalam tabung
dari tulang padat. Pada radiografi, tabung ini
terlihat sebagai dua garis radiopak yang paralel.1
Insiden kerusakan nervus alveolaris inferior pada
pencabutan gigi molar tiga adalah bervariasi dari
0,41% hingga 8,1% untuk berkurangnya sensasi
secara sementara, dan 0,014% hingga 3,6% untuk
tanda serta gejala yang lebih lama. Akan tetapi,
nilai ini berhubungan dengan insiden pencabutan
molar ketiga dengan tingkat kesulitan yang
bervariasi.2
Karena teknik odontektomi parsialis ini
membiarkan sisa akar dengan sengaja, sementara
masyarakat sudah terbiasa mengetahui tentang
pencabutan atau odontektomi in toto, maka
keseluruhan prosedur tindakan operasi harus
diketahui pasien. Persetujuan atau informed
consentharus dibuat sebelumnya secara tertulis.3,4
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah
menyebarkan informasi terhadap suatu alternatif
baru mencegah resiko kerusakan saraf alveolaris
inferior akibat odontektomi gigi yang sangat
dalam letak impaksinya. Dengan penyebaran
informasi tersebut diharapkan dokter gigi maupun
spesialis bedah mulut tidak selalu berpikir untuk
mengangkat molar ketiga rahang bawah secara in
toto. Tetapi diharapkan dapat membuat keputusan
kapan melakukan odontektomi in toto dan kapan
melakukan odontektomi parsialis secara terencana.
Dengan demikian insiden resiko kerusakan saraf
alveolaris inferior dapat diperkecil.
TINJAUAN PUSTAKA.
Odontektomi parsialis secara terencana
merupakan pengambilan mahkota gigi dan
membiarkan akar gigi tetap berada pada
tempatnya. Tujuannya adalah agar bagian akar
yang sangat berdekatan dengan nervus alveolaris
inferior tidak terganggu.2
Odontektomi parsialis diindikasikan pada
empat kondisi. Pertama adalah ketika gigi molar
ketiga bawah yang impaksi harus dicabut, tetapi
temuan pada hasil radiografi menunjukkan adanya
jarak yang sangat dekat antara akar gigi dengan
kanal nervus alveolaris inferior (Gambar 1).5
Kedua, pada impaksi mesioangular, vertikal, atau
distoangular, karena pemotongan yang dilakukan
tidak akan membahayakan saraf.4,6
Ketiga, setiap
gigi utamanya molar dan premolar yang
diperkirakan berisiko terhadap nervus alveolaris
inferior, yang tidak erupsi harus dihilangkan
karena infeksi atau pembentukan kista.2 Keempat
adalah pada kasus hipersementosis atau akar yang
divergen dan bifurkasi terletak dekat dengan saraf
(gambar 2), penggunaan instrumen bedah di dekat
konfigurasi akar berisiko mengenai saraf.
Kedekatan antara akar gigi-geligi rahang
bawah dengan nervus alveolaris inferior dapatdiketahui melalui pemeriksaan radiografi,
terutama menggunakan radiografi panoramik.
Computed tomographyscanning (CT-scan) dapat
digunakan untuk memperlihatkan hubungan
tersebut secara tiga dimensi. Dengan kombinasi
teknik ini dapat dipastikan gigi mana yang
mempunyai resiko tinggi terhadap nervus
alveolaris inferior saat diekstraksi. Molar ketiga
merupakan gigi yang akarnya biasa terletak
-
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
3/8
Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 57
berdekatan dengan nervus alveolaris inferior,
meskipun demikian kadang-kadang gigi molar
kedua dan bahkan akar gigi molar pertama juga
dapat mengalami hal yang sama.6
Gambar 1. Radiografi Panorex (A) dan cone beam CT scan (B) menunjukkan kedekatan nervus
alveolaris inferior terhadap akar gigi molar ketiga pada tiga dimensi. Dengan menggunakan
kedua teknik foto ini, maka perawatan dapat dilakukan secara tepat. Perhatikan bahwa plat
lingual dan inklinasi lingual gigi tidak terlihat pada coronal CT scan. (Sumber: ORiordian
B. Coronectomy: Intentional partial odontectomy of lower third molars. Oral Surg Oral Med
Oral Pathol Oral Radiol Endodont 2004; 98 (3)).
A
Gambar 2. (A) Akar gigi molar ketiga tidak hanya dekat dengan kanalis alveolar inferior tetapi juga
hipersementosis. (B) Gigi molar tiga dengan akar dilaserasi, salah satu akarnya berhubungan
dengan nervus alveolaris inferior (Sumber: ORiordian B. Coronectomy: Intentional partial
odontectomy of lower third molars. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endodont
2004; 98 (3)).
BA
-
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
4/8
Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6258
58
Gambar 3. Gambar A dan B memperlihatkan radiografi dari gigi molar ketiga kanan yang mengalami
impaksi secara horisontal tetapi tindakan odontektomi parsialis adalah kontraindikasi karenapemotongan mahkota akan membahayakan nervus alveolaris inferior (Sumber: Pogrel MA.
Coronectomy: A technique to protect the inferior alveolar nerve. J Oral Maxillofac Surg
[serial online] 2004; 62: 1447-52. Available from: http://www.triangleoms.com/data/
Coronectomy_JOMS1204.pdf.
Sementara kontra indikasi dari odontektomi
parsialis, pertama adalah ketika daerah sekitar gigi
sedang mengalami infeksi, terutama infeksi yang
melibatkan bagian akar gigi.4,6
Kedua, pada gigi
yang goyang tidak boleh dilakukan teknik ini
karena sisa akar yang tertinggal dapat menjadi
benda asing yang kemudian mengalami infeksi
atau migrasi.4,6 Ketiga, gigi yang mengalami
impaksi horisontal sejajar dengan alur nervus
alveolaris inferior, karena pemotongan pada gigi
tersebut dapat membahayakan saraf itu sendiri
(Gambar 3).4,6
Prosedur pelaksanaan koronektomi4.6
Prinsip pelaksanaan odontektomi parsialis
adalah memotong gigi menjadi dua bagian yaitu
mahkota yang merupakan bagian terpisah dan akar
menjadi bagian lain yang akan dibiarkan tertinggal
dalam soketnya. Pemotongan gigi dari oklusal
hingga cement enamel junction(CEJ).
Prosedur awal dari odontektomi parsialis ini
pada hakekatnya sama dengan prosedur
odontektomi umumnya. Setelah pembuatan flap
mukoperiosteal dan pengangkatan tulang
secukupnya hinga bagian bukal CEJ kelihatan
maka segera dilakukan pengeburan bagian bukal.
Pengeburan hendaknya menggunakangalvanit bur
yaitu bur dengan kecepatan putar rendah dan
memancarkan larutan garam fisiologis (saline
solution). Setelah itu, pengeburan dilanjutkan ke
lingual hingga bagian mahkota CEJ terpotong.
Pemotongan gigi tidak boleh memberikan trauma
berlebih hingga terdapat bodily movement dari
akar. Oleh karena itu pengeluaran mahkotapun
hendaknya diusahakan keluar tanpa mengungkitdengan elevator. Hal ini dilakukan karena
disamping menghindarkan rasa sakit pada soket
juga membantu mencapai tujuan yang sebenarnya.
Selanjutnya flap dikembalikan pada posisinya dan
dilakukan penjahitan dengan cat gut. Tidak perlu
dilakukan perawatan saluran akar atau terapi
lainnya untuk membuka pulpa gigi yang masih
vital pada gigi tersebut. Pengambilan gambaran
radiografi dilakukan untuk menunjukkan posisi
A B
http://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdf -
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
5/8
Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 59
dan ukuran sisa akar setelah operasi dan enam
bulan setelahnya.
PEMBAHASAN
Pencabutan gigi molar ketiga dapat
menimbulkan beberapa komplikasi setelah
operasi. Yang paling sering terjadi adalah nyeri,
edema, osteitis alveolar akut, infeksi, fraktur
mandibula, kerusakan pada gigi tetangga, dan
perdarahan. Kemungkinan komplikasi yang paling
berbahaya adalah adanya jejas sementara atau
permanen pada saraf sensoris.5
Masalah gangguan nervus alveolaris inferior
saat pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah
merupakan salah satu masalah klinis dan
medikolegal. Beberapa teknik yang dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya hal ini harus
diselidiki lebih lanjut. Odontektomi parsialis
atau koronektomi tetap mempertahankan akar
secara sengaja, telah diteliti sejak dahulu,
namun belum ditemukan bukti pendukung yang
kuat.6
Teknik odontektomi parsialis atau
koronektomi ini pertama kali dikemukakan oleh
Ecuyer dan Debien pada tahun 1984.2Tujuannya
adalah agar nervus alveolaris inferior yang
letaknya sangat berdekatan dengan bagian akar
tidak terganggu. Akan tetapi harus dilakukan
pengurangan akar dalam jumlah yang cukup
banyak di bawah plat lingual dan bukal agar
tulang dapat terbentuk di atas sisa akar tersebutsebagai dari proses penyembuhan normal (Gambar
4). Daerah akar juga jangan dibuat sampai goyang,
karena dapat membahayakan saraf dan menjadi
benda asing.4,6
Setelah operasi ini diharapkan
agar akar gigi tetap berada pada posisi semula dan
akan tertutup oleh tulang. Akar yang tertutup
dengan tulang akan tetap berada pada rahang
selama beberapa tahun dan jarang menimbulkan
masalah.
Pada beberapa kasus, sisa akar dapat
mengalami migrasi. Akan tetapi hal ini tidak dapat
diprediksi, dan jika hal ini terjadi, maka akar telah
bergerak menjauhi saraf ke posisi yang lebih aman
sehingga mudah diambil jika perlu. Tetapi tingkat
pencabutan akar nampaknya sangat rendah,
terutama jika tulang telah terbentuk di atas akar
(gambar 5).4
Tidak perlu dilakukan perawatan
pulpa gigi yang terbuka dan perawatan akar.
Beberapa penelitian pada binatang percobaan
menunjukkan bahwa akar vital akan tetap vital
dengan perubahan degeneratif yang minimal.
Biasanya akar gigi akan tertutupi oleh
osteosementum.4
Teknik penyisaan sisa akar
kurang lebih 3 mm di bawah crest tulang
sepertinya dapat dilakukan dan terjadi
pembentukan tulang pada sisa akar yang tersisa4
(Gambar 6).
Gambar 4. Pengeboran plat lingual setelahmahkota dipotong. Nervus lingualdilindungi oleh retraktor lingual.(Sumber: Pogrel MA. Coronectomy:
A technique to protect the inferioralveolar nerve. J Oral MaxillofacSurg [serial online] 2004; 62: 1447-52. Available from:http://www.triangleoms.com/data/Co
ronectomy_JOMS1204.pdf.)
http://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdf -
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
6/8
Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6260
60
ORiordan melaporkan bahwa pada 52 pasien
yang menjalani odontektomi parsialis, terdapat
tiga pasien yang harus menjalani pengambilan
sisa akar. Satu orang mengalami infeksi purulen
dalam waktu minggu pertama pasca operasi
dan mengalami infeksi rekuren sebanyak tiga
kali, sehingga diputuskan untuk melakukan
pengambilan sisa akar tersebut. Pasien lain
mengalami penyakit periodontal lanjut. Sisa
akar tersebut sering memperparah gejala yang
timbul dan dilakukan pengambilan 7 tahun
kemudian, pada saat akar tersebut telah bergerak
menjauhi nervus alveolaris inferior. Kegagalan
terakhir adalah pada pasien yang tidak
mengalami gejala selama 18 bulan dan kemudian
melaporkan adanya nyeri serta pembengkakan,
meskipun pada pemeriksaan klinis tidak
menunjukkan adanya peradangan atau
pembentukan sinus. Ketika akar diambil, operator
tidak melihat tanda peradangan dan sebagian
besar permukaan akar telah tertutup oleh tulang,
tetapi aspek bukal yang tajam menonjol di atas
tulang. Hal ini kemungkinan yang menimbulkan
tekanan di antara gingiva yang berada di atasnya
Gambar 6. Koronektomi telah selesai pada gigimolar ketiga rahang bawah.Perhatikan akar yang tersisa berada3 mm di bawah crest tulang danpulpa yang terbuka tidak dirawat.(Sumber: Pogrel MA.Coronectomy: A technique to
protect the inferior alveolar nerve. JOral Maxillofac Surg [serial online]2004; 62: 1447-52. Available from:http://www. triangleoms.com/
data/Coronectomy_JOMS1204.pdf)
Gambar 5. A. Radiograf yang diambil segera setelah koronektomi. Sisa apikal akar pada sisi kanan(tanda panah). B, gambaran radiografi yang diambil 6 bulan setelah operasi menunjukkanbahwa akar telah bermigrasi sejauh 2-3 mm menjauh dari nervus alveolaris inferior (tandapanah). (Sumber: Pogrel MA. Coronectomy: A technique to protect the inferior alveolarnerve. J Oral Maxillofac Surg [serial online] 2004 [cited 2009 February 27]; 62: 1447-52.Available from: http://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdf.Coronectomy).
http://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/Coronectomy_JOMS1204.pdf -
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
7/8
Nasman Nur Alim: Odontektomi parsialis secara terencana 61
dan penonjolan tajam tersebut menyebabkan
nyeri.2
Pogrel melaporkan bahwa dari 50 sisa akar,
terdapat 3 (6%) yang memerlukan pencabutan dan
15 (30%) menunjukkan bukti radiografi adanya
migrasi selama masa penelitiannya. Periodefollow
up terlama adalah 42 bulan dan rata-rata periode
follow up adalah selama 22 bulan. Kemungkinan
jika dilakukanfollow uplebih lama maka semakin
banyak akar gigi yang harus dicabut. Pada
penelitiannya, terdapat 1 kasus parestesia lingual
ringan dan sementara (selama 5 hari), yang diduga
disebabkan oleh retraksi lingual.6
Pada beberapa penelitian terdahulu yang
mengevaluasi risiko kerusakan nervus alveolaris
inferior akibat ekstraksi gigi molar ketiga masih
tergantung pada radiografi panoramik atau
panorex. Rood dan Shehab yang dikutip oleh
Pogrel, menunjukkan bahwa diversi dari kanal
nervus alveolaris inferior, bayangan hitam akar
yang mengganggu garis putih pada kanal,
penyempitan saluran, dan defleksi akar merupakan
beberapa indikator kemungkinan terjadinya
kerusakan nervus. Pada penelitian prospektif yang
mereka lakukan pada 125 gigi dengan tanda-tanda
tersebut menunjukkan tingginya risiko
keterlibatan saraf, terjadi jejas saraf pada 14%
gigi-geligi. Blaeser dkk yang dikutp Pogrel,
membuktikan bahwa jika ditemukan tingginya
faktor risiko dalam radiografi panorex, resiko
insiden jejas saraf dapat berkisar mulai 1% danantara 1,7 sampai 12%. Kemajuan teknologi
computed tomography cone beam, dapat
memberikan prediksi yang lebih akurat
kemungkinan jejas saraf, dan pada kasus
radiografi panorex menunjukkan risiko tinggi
keterlibatan saraf, digunakan teknologi computed
tomography cone beam untuk menilai hubungan
yang tepat secara 3 dimensi. Jika secara 3 dimensi,
anatomi saraf sangat dekat dengan akar,
odontektomi parsialis merupakan pilihan yang
dapat diterima.6
Belum ada standar periode dan frekuensi
follow up pasien yang menjalani odontektomi
parsialis. Sampai saat ini hanya dilakukan
pemeriksaan radiografi segera setelah operasi dan
6 bulan setelah operasi. Radiografi terakhir
dilakukan jika pasien mengalami gejala-gejala
tertentu. Tidak dianjurkan untuk melakukan
kontrol setelah 6 bulan, kecuali jika mengalami
gejala-gejala, meskipun beberapa penelitian
menganjurkan diperlukannyafollow uppasien dan
pemeriksaan radiografi pada periode yang lebih
lama.6
SIMPULAN
Pencabutan gigi molar ketiga bawah impaksi
dapat menimbulkan komplikasi yang parah
terutama jejas pada nervus alveolaris inferior atau
nervus lingualis. Keterlibatan nervus alveolaris
inferior saat pencabutan gigi molar ketiga adalah
merupakan masalah klinis, dan sekarang ini juga
berhubungan dengan masalah medikolegal. Untuk
mengatasi kemungkinan tersebut, teknik
odontektomi parsialis merupakan salah satu
alternatif yang dapat dilakukan.
Teknik ini hanya melakukan pemotongan
daerah mahkota gigi tanpa melakukan intervensi
di daerah akar. Tindakan tersebut harus dilakukan
dengan hati-hati agar potongan akar tidak
mengalami kegoyangan yang dapatmembahayakan saraf tersebut. Pemeriksaan
radiografi dilakukan sebelum operasi, setelah
operasi, dan 6 bulan setelah operasi untuk melihat
posisi dan ukuran sisa akar. Setelah operasi ini
diharapkan agar akar gigi tetap berada pada posisi
semula dan akan tertutup oleh tulang. Selain itu,
sisa akar dapat mengalami migrasi bergerak
menjauhi saraf ke posisi yang lebih aman sehingga
mudah diambil jika perlu.
-
7/26/2019 199-397-1-SM.pdf
8/8
Dentofasial, Vol.8, No.1, April 2009:55-6262
62
DAFTAR PUSTAKA
1. Hazza A, Albashaireh Z, Bataineh A. The
relationship of the inferior dental canal to the
roots of impacted mandibular third molars in
jordanian population. J Contemp Dent Pract
[serial online] 2006 [cited 2009 March 10]; 7(2). Available from: www. thejcdp.
com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdf
2. ORiordian B. Coronectomy: Intentional partial
odontectomy of lower third molars. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endodont
2004; 98 (3).
3. Ziccardi VB, Zuniga JR. Nerve injuries after
third molar removal. Oral Maxillofac Surg Clin
N Am 2007; 19: 105-15.
4. Pogrel MA. Partial odontectomy. Oral
Maxillofac Surg Clin N Am 2007; 19: 85-91.
5. Vafaeu N, Ferreti C. Coronectomy: An
alternative therapy for the symptomatic,
impacted third molar report of 9 cases. Int Dent
Saudi Arabian [serial online] 2005 [cited 2009March 11]; 3 (2). Available from:
http://www.moderndentistrymedia.com/mar_ap
ril2008/ferretti.pdf.
6. Pogrel MA. Coronectomy: A technique to
protect the inferior alveolar nerve. J Oral
Maxillofac Surg [serial online] 2004 [cited
2009 February 27]; 62: 1447-52. Available
from: http://www.triangleoms.com/data/
Coronectomy_JOMS1204.pdf.
http://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdfhttp://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.triangleoms.com/data/%20Coronectomy_JOMS1204.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.moderndentistrymedia.com/mar_april2008/ferretti.pdfhttp://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdfhttp://www.thejcdp.com/issue026/pdfs_web/albashaireh.pdf