120-168-1-pb (1)
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
1/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 57
PENGARUH PENGGUNAAN AKSELERATOR MEGASET MERAH DI BAWAH
DOSIS OPTIMAL TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BERBAGAI
VARIASI UMUR BETON
Wisnumurti, Ristinah dan Yeanette Andita PuteriJurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 147 Malang
ABSTRAK
Akselerator adalah suatu jenis aditif tipe C yang bekerja dengan mempercepat waktu
pengikatan dan pengerasan beton, sehingga dapat memberikan kuat tekan yang tinggi pada
umur awal beton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi
penggunaan bahan tambahan akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan
variasi umur beton terhadap kuat tekan beton. Sering lemahnya kontrol terhadap
penambahan dosis akselerator, yang dapat disebabkan karena pengadukan molen yang
tidak rata ataupun karena keperluan untuk menekan biaya konstruksi, menyebabkanpenambahan dosis akselerator tersebut tidak sesuai dengan dosis optimal yang ditetapkan
oleh pembuat bahan aditif ini. Sehingga apabila akselerator tersebut digunakan di bawah
dosis optimal, akan menyebabkan tidak tercapainya kekuatan tekan beton pada umur 7 hari
yang diharapkan akan sama kekuatannya dengan umur 28 hari. Akibat tersebut akan dapat
menyebabkan keruntuhan pada bagian – bagian struktur yang ada.
Dari hasil analisis varian 2 arah dapat dibuktikan adanya interaksi antara
penambahan akselerator terhadap silinder beton kurang dari dosis yang optimum dan umur
pengujian beton yang berpengaruh terhadap kuat tekan beton.
Dari hasil pembahasan penelitian terdapat pengaruh penambahan Akselerator
Megaset Merah di bawah dosis optimum dan umur pengujian beton terhadap penurunan
kuat tekan beton; pada umur pengujian 7 hari, penambahan akselerator 0,5% akan
menyebabkan penurunan kuat tekan beton sebesar 25% dari kuat tekan beton normal.
Kata Kunci : akselerator, kuat tekan beton, umur beton
PENDAHULUAN
Bahan aditif tipe akselerator ini
cukup banyak diproduksi oleh pabrik –
pabrik aditif dengan disertai tata cara
penambahan dosis yang optimal sehingga
diperoleh kuat tekan yang optimal.Penggunaan akselerator pada dosis
optimal yaitu antara 2% - 5% akan
memberikan pengaruh peningkatan kuat
tekan beton, terutama pada umur beton
awal yang berkisar antara 3 hari hingga
7 hari. Selain itu dengan penggunaan
akselerator ini, pelepasan acuan beton
dapat menjadi lebih awal. Namun pada
kenyataannya di lapangan, karena
pengadukan molen yang mungkin tidak
rata ataupun karena keperluan untukmenekan biaya konstruksi, menyebabkan
penambahan dosis akselerator tersebut
tidak sesuai dengan dosis optimal yang
ditetapkan oleh pembuat bahan aditif ini.
Sehingga apabila akselerator tersebut
digunakan di bawah dosis optimal, akan
menyebabkan tidak tercapainya kekuatan
tekan beton pada umur 7 hari yangdiharapkan akan sama kekuatannya
dengan umur 28 hari. Dengan kondisi
tersebut di atas, disertai dengan
pelepasan acuan yang lebih awal akan
mungkin dapat menyebabkan keruntuhan
pada bagian – bagian struktur yang ada.
Sehingga dari kenyataan di atas,
mendorong peneliti untuk meneliti bahwa
sejauh mana pengaruh penggunaan
akselerator di bawah dosis optimal
terhadap kuat tekan beton dan umurbeton.
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
2/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 58
TINJAUAN PUSTAKA
Beton
Beton adalah campuran dari
agregat halus dan agregat kasar ( pasir,
kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain) dengan semen yang dipersatukan oleh
air dalam perbandingan tertentu. Beton
juga dapat didefinisikan sebagai bahan
bangunan dan konstruksi yang sifat-
sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu
dengan mengadakan perencanaan dan
pengawasan yang teliti terhadap bahan-
bahan yang dipilih. Untuk menjamin
agar beton yang dihasilkan memenuhi
persyaratan yang diinginkan, dianjurkan
agar agregat diuji terlebih dahulu,
kemudian membuat uji coba beton atau
campuran beton setelah mix design
dilakukan ( S. Wuryati & R. Candra,
2001 ). Beton menurut pengertian
dasarnya juga dapat diartikan campuran
dari dua bagian yaitu agregat dan mortar.
Mortar terdiri dari semen Portland dan air
yang mengikat agregat ( pasir dan kerikil
/ batu pecah) menjadi suatu massa seperti
batuan, ketika pasta tersebut mengerasakibat dari reaksi kimia seperti semen
dan air ( P. Nugraha, 1989 ).
Waktu Pengikatan Dan Pengerasan
Setting time mengindikasikan
kesolidan atau perubahan bentuk. Awal
dari perubahan bentuk adalah initial
setting time, dimana merupakan penanda
waktu dimana beton sudah tidak dapat
dikerjakan. Sehingga proses penuangan,
pemadatan pada tahap ini sangat sulitdikerjakan. Beton tidak dapat mengeras
dengan tiba – tiba; beton memerlukan
waktu menjadi sepenuhnya rigid atau
kaku. Waktu yang diperlukan agar beton
menjadi sepenuhnya rigid atau kaku
disebut dengan final setting time.
Pengukuran dari setting time ini
dilakukan oleh Vicat Apparatus.
Kegunaan daripada mengetahui setting
time ini diantaranya dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalampenjadwalan konstruksi beton. Selain itu,
data test juga berguna dalam
membandingkan keefektifan relatif dalam
kontrol variasi bahan tambah atau
admixture ( P. Kumar M. dan P. J. M.Monteiro, 1993 ). Pengikatan juga dapat
diartikan sebagai perubahan bentuk dari
bentuk cair menjadi bentuk padat, tetapi
masih belum memiliki kekuatan.
Pengikatan ini terjadi akibat reaksi
hidrasi yang terjadi pada permukaan butir
semen, terutama pada butir Trikalsium
Aluminat, karena itu dengan
menambahkan gipsum dapat
memodifikasi hidrasi awal ini, sehingga
mengatur waktu pengikatan. Sedangkan
pengerasan / hardening adalah pada
bentuk yang sudah padat yaitu
pertumbuhan kekuatannya ( P. Nugraha,
1989 ).
Klasifikasi akselerator
Akselerator adalah bahan
tambahan yang dicampurkan ke dalam
beton yang berfungsi untuk mempercepat
proses pengikatan dan pengerasan
adukan beton. Bahan kimia yang dapat
mempercepat pengerasan dalam
campuran semen portland dan air yaitu
klorida terlarut, karbonat, silika, fluoslika
dan hidroksida serta bahan organik
seperti triethanolamin. Namun yang
banyak digunakan sebagai bahan
pengeras beton yaitu garam CaCl2. Jenis
akselerator biasanya ada 2 kelompok
yaitu ( S. Wuryati & R. Candra, 2001 ):
1. Kelompok yang dapatmempersingkat waktu pengikatanawal.
Kelompok ini biasanya berupa benda
– benda basa yang mempengaruhi
reaksi antara C3A dan gips.
2. Kelompok yang dapat mempercepatpengerasan sehingga kekuatan awal
dapat meningkat.
Namun ada pula kelompok yang bekerja
dua – duanya, yaitu mempercepat
pengikatan dan mempercepat pengerasan.Kelompok ini biasanya :
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
3/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 59
1. Asam – asam yang mempercepat
larutnya kapur
2. Basa yang mempercepat larutnya
silika dan alumina
3. Garam dari asam – asam dan basa –basa tadi
Spesifikasi Akselerator
Pilihan komposisi atau bahan
kimia dari akselerator adalah ( A. M
Neville, 1981 ):
1. CaCl2 atau kalsium klorida
2. Sodium klorida
3. NaCl atau natrium klorida
4. Barium Klorida
Sodium Klorida mempunyai cara kerjayang sama dengan Kalsium Klorida tapi
dengan intensitas yang lebih rendah.
Sedangkan pada Natrium Klorida
mempunyai konsekuensi terjadi
penurunan umur kekuatan 7 hari dan
kemudian untuk selanjutnya masih
diobservasi. ( A. M Neville, 1981 )
Bahan aditif akselerator
melarutkan kation (ion kalsium) dan
anion dari semen. Sejak beberapa anion
dilarutkan, akselerator menaikkanbeberapa unsur pokok yang memiliki laju
pelarutan terendah pada saat waktu
hidrasi awal yaitu silika. Adanya nilai
tunggal kation semen dalam larutan yaitu
K+ atau Na
+ mengurangi daya larut Ca
2+
atau akan menaikkan daya larut dari
silika dan aluminat tergantung dari
konsentrasinya. Adanya nilai tunggal
anion semen dalam larutan yaitu Cl-,
NO3-
atau SO4 2-
mengurangi daya larut
silika dan aluminat atau menaikkan dayalarut dari ion kalsium juga tergantung
dari konsentrasi larutan itu. ( P. Kumar
M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ).
Kelemahan dan Keuntungan
pemakaian Accelerator
Ada beberapa kelemahan dan
keuntungan dari penggunaan CaCl2 yaitu
( A. M. Neville , 1981); Kelemahan dari
CaCl2 adalah :
1. Daya tahan semen terhadap sulfatmenurun, karena adanya larangan
penggunaan High Alumina Cement
bersama –sama dengan CaCl2,
dimana alumina berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan terhadap
sulfat dengan menghilangkanCa(OH)2 dalam reaksi hidrasi
2. Resiko dari reaksi antara alkali danagregat meningkat, jika agregat
bersifat reaktif, karena adanya reaksi
kimia antara alkali (Na2OH dan K2O)
dan silika yang terdapat pada agregat
yang menyebabkan reaksi hidrasi
meningkat, sehingga proses
pengerasan beton yang terlalu cepat
akan meningkatkan kemungkinan
retak dan susut pada beton.3. Jika nomor 2 di atas dikontrol dengan
penggunaan low alkali cement dan
penambahan pozzolan, maka
pengaruh CaCl2 sangat kecil
4. CaCl2 meningkatkan retak dan susutsebesar kurang lebih 10% – 15%,
karena meningkatkan temperatur
seiring dengan peningkatan panas
yang terjadi pada proses hidrasi
semen di dalam campuran beton.
Sedangkan keuntungan dari CaCl2 adalah
:
1. CaCl2 dapat meningkatkan dayatahan beton terhadap erosi dan abrasi
dan ketentuan ini berlaku bagi semua
umur beton.
2. Ketika beton dalam perawatan uap,CaCl2 meningkatkan kekuatan dari
beton dan mengijinkan penggunaan
suhu tinggi yang terus meningkat
selama waktu perawatan.3. Peningkatan yang kecil terhadapworkability dari beton basah.
4. Mengurangi bleeding.
Umur beton
Kuat desak beton bertambah
sesuai dengan bertambahnya umur beton.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton
tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain fas dan suhu
perawatan, semakin tinggi fas semakin
lambat kenaikan kekuatan betonnya, dan
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
4/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 60
semakin tinggi suhu perawatan semakin
cepat kenaikan kekuatan betonnya. Pada
Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI 1971) disebutkan perbandingan
kekuatan tekan beton pada berbagai umur
beton, seperti yang disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 1. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur beton
Umur beton
(hari)3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 1.35
Semen Portland dg kekuatan awal
tinggi0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 1.2
Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971
Kuat tekan beton
Kuat tekan beton yang
disyaratkan f’c adalah kuat tekan betonyang ditetapkan oleh perencana struktur
(benda uji berbentuk silinder diameter
150 mm dan tinggi 300 mm), untuk
dipakai dalam perencanaan struktur
beton, dinyatakan dalam satuan
MegaPascal (Mpa). Kekuatan tekan
beton dipengaruhi beberapa faktor:
1. Faktor air semen2. Susunan dan gradasi agregat3. Jenis dan mutu semen
4. Mutu bahan batuan5. Pelaksanaan pembuatan beton6. Curing (pematangan) beton, yaitu
perawatan beton untuk mencapai
kekuatan yang diinginkan.
Mekanisme Cara Kerja Akselerator
Komposisi dari Semen Portland
terdiri dari produk – produk yang tidak
seimbang dengan menghasilkan reaksi
dengan temperature tinggi dan energi
yang tinggi. Ketika semen berhidrasi,reaksi dari produk + air akan
menghasilkan tingkat energi yang stabil
dan untuk mencapainya terdapat
sejumlah pembebasan energi dalam
bentuk panas. Sejumlah besar
pembebasan panas dan tingkat
pembebasan panas dapat
mengindikasikan kereaktifannya. Data
dari panas hidrasi dapat digunakan untuk
menentukan karakteristik setting time dan
hardening dan dapat digunakan untuk
mengukur tingkat suhu. ( P. Kumar M.
dan P. J. M. Monteiro, 1993 ).
Alumina dikenal melakukanhidrasi terlebih dahulu daripada silika.
Hidrasi pada Alumina yaitu reaksi yang
terjadi antara C3A dengan air sangat
cepat. Kristal hidrat seperti C3AH6,
C4AH19, dan C2AH8, dibentuk dengan
sangat cepat, dengan pembebasan panas
dalam jumlah besar terjadi pada hidrasi
tersebut dengan dikontrol oleh gipsum.
Ettringite adalah yang pertama berhidrasi
menjadi kristal karena kadar sulfat yang
tinggi dalam pelarutan selama 1 jampertama proses hidrasi.Pada kondisi
normal penundaan yang dilakukan oleh
5% - 6% gipsum, maka percepatan yang
dilakukan oleh Ettringite meliputi
stiffening, setting dan pada awal
hardening. Selanjutnya setelah
penghabisan dari sulfat pada pelarutan,
pada waktu konsentrasi pada Alumina
bertambah disebabkan karena pembaruan
hidrasi dari C3A dan C4AF, Ettringite
menjadi tidak stabil dan biasanya akanberubah menjadi Monosulfat, dimana
merupakan produk akhir dari hidrasi
Alumina. ( P. Kumar M. dan P. J. M.
Monteiro, 1993 ).
Pada hidrasi Silika yaitu C3S dan
C2S pada semen Portland menghasilkan
Kalsium Silikat Hidrat ( CSH ) dan
Kalsium Hidroksida ( CA(OH)2 ). Dari
sifat materialnya bentuk CSH ini sangat
buruk untuk menjadi kristal dan
membentuk semacam lubang padabentuk gel keras. Gel ini dapat disebut
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
5/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 61
sebagai Tobermorite Gel. C3S berhidrasi
terlebih dahulu daripada C2S. Dengan
kehadiran gipsum, C3S sebagai partikel
dimulai berhidrasi selama 1 jam sejak
penambahan semen ke dalam air danakan bekerja pada final setting time dan
hardening dari pasta semen. Reaksi
daripada C2S dan C3S akan dipercepat
dengan kehadiran sulfat pada pelarutan.
Reaksi pada hidrasi C3S ini berlangsung
cepat pada beberapa minggu / proses
hardening. Proses perkembangan
mengisi rongga dalam pasta dengan hasil
produk hidrasi akan menurunkan
porositas dan permeabilitas dan
meningkatkan kekuatan beton. ( P.Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ).
Berdasarkan reaksi hidrasi di atas,
maka fenomena daripada stiffening,
setting dan hardening adalah berdasarkan
perkembangan dari pembentukkan kristal
pada produk hidrasi. Sehingga
berdasarkan alasan tersebut , maka dapat
diasumsikan dengan menambahkan
larutan kimia tertentu pada sistem
hidrasi,maka satu dari larutan tersebut
akan dapat mempengaruhi tingkat
kecepatan pengionisasian dari komposisi
semen yang ada dan tingkat kecepatan
pembentukan kristal dari produk hidrasi,
sehingga mempengaruhi karakteristik
dari setting dan hardening dari pasta
semen. ( P. Kumar M. dan P. J. M.
Monteiro, 1993 ).
Berdasarkan pada P. Nugraha,
bahan yang paling efektif untuk
Akselerator adalah Kalsium Klorida.Garam – garam anorganik yang dapat
larut seperti Klorida, Bromida, Fluorida,
Karbonat, Nitrat, Thiosulfat, Silikat,
Aluminat, Alkali Hidroksida. Susunan
organik yang dapat larut seperti
Triethanolamine, Kalsium format,
Kalsium acetat, dan bahan yang sejenis.
Berdasarkan pada A. Joisel, untuk
memahami mekanisme daripada
Akselerator adalah dengan pertama kali
mempertimbangkan bahwa komposisisemen Portland yang terdiri dari sejumlah
anions ( Silikat dan Aluminat ) dan
sejumlah kations ( Kalsium ), tingkat
kelarutannya tergantung pada tipe dan
konsentrasi kehadiran ion asam dan basa
dalam pelarutan. Sehingga berdasarkanJoisel dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bahan tambah Akselerator membantukelarutan dari Kation ( ion Kalsium )
dan anion dari semen. Sejak beberapa
anion larut, Akselerator akan
membantu kelarutan dari konstituent
yang memiliki daya larut yang paling
rendah pada periode awal dari hidrasi
( ion silikat ).
2. Kehadiran dari kation tunggal pada
pelarutan ( K+, Ca2+ atau Na+ ) akanmenaikkan daya larut daripada ion
Silikat dan Alumina.
3. Kehadiran anion tunggal ( Cl-, NO-3,SO4
2-) akan menaikkan daya larut
daripada ion Kalsium.
Dari uraian di atas, bahan tambah
Akselerator hanya sebagai katalisator
dengan mempercepat waktu hidrasi saja
tanpa meningkatkan kuat tekan beton.
Pada setting time, Kalsium klorida akan
membantu mempercepat daya larut ion
Kalsium dan Alumina. Sedangkan pada
hardening atau peningkatan kekuatan
beton , Kalsium Klorida akan membantu
mempercepat ion Silika.
Pengaruh Penggunaan Akselerator
Terhadap Kuat Tekan Beton Dan
Umur Beton.
Akselerator jenis Kalsium Klorida
dapat meningkatkan kuat tekan beton
pada umur beton awal dengan sangatcepat. Misalnya dengan penggunaan 2%
Kalsium Klorida, dapat meningkatkan
kuat tekan beton hingga 170% pada umur
beton 1 hari. Sedangkan pada umur beton
7 hari terjadi peningkatan kuat tekan
beton sebesar 30%. Dan pada umur 28
hari terjadi peningkatan kuat tekan beton
sebesar 10%. ( Jai Krishna & O. P. Jain,
1980 )
Kalsium Klorida ( CaCl2
)
biasanya ditambahkan dengan Rapid
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
6/13
JURNAL REKAY
Hardening Portland Ce
biasanya peningkatan k
mencapai 7 MPa dalam 1
jika dibandingkan deng
CaCl2 dengan Ordinary Po( tipe 1) peningkatan ke
dapat dicapai dalam wakt
A. M. Neville,1981 ). Tet
Gambar 1. Pengaruh peng
dan umur beton un
Sedangkan dari ha
kokoh tekan hancur bet
pada laboratorium UK Pe
bahwa penggunaan akseleMerah 5% dengan penguj
beton 7 hari akan meni
Gambar 2. Pengaruh peng
dan umur beton ( sumbe
Cara kerja untuk
mengacu kepada kecepatatetapi pemberian CaCl2 y
SA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1
ent , dimana
kuatan dapat
hari. Hal ini
an campuran
rtland Cement uatan 7 Mpa
3 – 7 hari. (
api kelemahan
CaCl2 jika digunaka
dengan Rapid Harden
pada waktu umur 28
dimiliki sama de
menggunakan CaCl2.Ordinary Portland Ce
peningkatan kekuatan
(Gbr. 1.). ( A. M.
gunaan akselerator dengan dosis 2% terhada
uk berbagai tipe semen ( sumber : A. M. Ne
sil laporan uji
n yang diuji
ra, disebutkan
rator Megasetan pada umur
gkatkan kuat
tekan beton sebesa
dimana beton de
Megaset Merah 5
mencapai 367.350 kgterhadap beton norm
kuat tekan 292,520 k
gunaan akselerator dengan dosis 5% terhada
: Hasil Penelitian Laboratorium Beton Da
Petra, 2004 ).
CaCl2 sendiri
setting time,ng berlebihan
menyebabkan Flash
CaCl2 yang memperdiberikan pada
78 – 5658 62
bersama – sama
ing Cement adalah
ari, kekuatan yang
gan jika tidak
Berbeda denganent tetap terdapat
pada umur 28 hari
Neville, 1981 )
kuat tekan beton
ille, 1981 )
74,830 kg/cm2,
gan penggunaan
kuat tekannya
/cm2 dibandingkanal yang mencapai
g/cm2
( Gbr.2. ) .
kuat tekan beton
Konstruksi UK
Set . Karakteristik
epatsetting time
br.3. Misalnya
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
7/13
JURNAL REKAY
berdasarkan refere
Ramachandran, penambah
dapat mempercepat initia
sebesar 120 menit, diman
setting time normal lamaakan menjadi 58 menit. S
Gambar 3. Pengaruh Peng
Hipotesis Penelitian
Diduga dengan adanya ipenambahan akselerator te
METODOLOGI
Rancangan Penelitian
Penelitian ini be
menguji kuat tekan beton
3,7,14,28 dan 32 den
prosentase penambahan
akselerator di bawah d
Adapun rancangan pen
sebagai berikut:
Tabe
Umur ( hari )
3
7
14
28
32
SA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1
si V.S
an 2% CaCl2
l setting time
a pada initial
ya 180 menitdangkan pada
final setting time dapa
260 menit, dimana
normal lamanya da
menit dapat diperce
menit. (P. KumarMonteiro, 1993 )
unaan Kalsium Klorida pada setting time (
M. dan P. J. M. Monteiro, 1993).
teraksi antarahadap silinder
beton kurang dari d
dan umur pengujiberpengaruh terhadap
tujuan untuk
pada hari ke
gan berbagai
zat aditif
sis optimum.
litian adalah
- Perbandinganmenggunakan mix
- Ukuran agregat m- Jumlah benda uji
adalah 3 buah
- Menggunakan vari
l 2. Rancangan Benda uji Silinder 15 / 30
Prosentase Bahan Aditif
0 0.5 1
3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
3 3 3
78 – 5658 63
t dipercepat hingga
pada final setting
at mencapai 360
pat menjadi 100
. dan P. J. M.
umber : P. Kumar
sis yang optimum
an beton akankuat tekan beton.
campuran
desain
ksimum 20 mm
ntuk setiap variasi
asi 2 arah
( % )
1.5 3.5
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
8/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 51
Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah variabel
yang bebas ditentukan oleh peneliti,
mengikuti aturan yang seringdigunakan. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembacaan data
pada umur beton tertentu dan prosentase
penambahan aditif akselerator di bawah
dosis optimum.
Variabel tak bebas adalah
variabel yang nilainya tergantung darivariabel bebas. Variabel tak bebas dalam
penelitian ini adalah kuat tekan beton.
PEMBAHASAN
Pengujian Beton Keras
Untuk pengujian beton keras
dibuat benda uji berupa silinder yang
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Setelah mencapai umur yang ditentukan
dalam penelitian ini yaitu pada umur 3, 7,
14, 28, dan 32 hari, dan dengan variabel
penambahan Akselerator di bawah dosis
optimum yang telah ditentukan dalam
Metodologi Penelitian, benda uji tersebut
dites dengan menggunakan alat yang
disebut Universal Testing Machine (
UTM ). Selanjutnya pengujian kuat tekan
dengan alat UTM ini dilakukan dengan
meletakkan benda uji berdiri tegak lurus
dan memberi tekanan sampai benda uji
tersebut hancur. Adapun hasil pengujian
kuat tekan ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 3. Gaya Tekan Hancur Beton ( KN )
Umur Beton
Prosentase Penambahan Akselerator Di Bawah Dosis Optimum (%)
0 0,5 % 0.01 1,5 % 3,5 %
3
262 174 232 273 376
200 190 210 220 316
240 180 185 263 362
Rata - rata 234 181.333 209 252 351.333
7
298 195 286 320 400
305 260 311 314 394
235 174 266 316 366
Rata - rata 279.333 209.667 287.667 316.667 386.667
14
349 303 264 298 428
275 310 283 320 413
310 323 323 382 360
Rata - rata 311.333 312 290 333.333 400.333
28
400 330 391 372 451
398 324 345 385 397
371 313 350 380 457
Rata - rata 389.667 322.328 362 379 435
32
408 330 403 423 492
367 395 363 436 420
396 400 376 434 415
Rata - rata 390.333 375 380.667 431 442.333Sumber : Hasil Penelitian
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
9/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 65
Dari hasil pengujian di atas selanjutnya
dicari kuat tekan hancur beton dengan
rumus :
f’c = A
P
dengan :
f’c = Tegangan hancur beton ( MPa )
P = Gaya Tekan ( KN )
A = Luas Silinder ( mm2 )
Tabel 4. Kuat Tekan Hancur Beton ( MPa )
Umur Beton
Prosentase Penambahan Akselerator Di Bawah Dosis Optimum (%)
0 0,5 % 0.01 1,5 % 3,5 %
3
14.83 9.85 13.13 15.45 21.28
11.32 10.75 11.88 12.45 17.88
13.58 10.19 10.47 14.88 20.48
Rata - rata 13.24 10.26 11.83 14.26 19.88
7
16.86 11.03 16.18 18.11 22.64
17.26 14.71 17.60 17.77 22.3013.30 9.85 15.05 17.88 20.71
Rata - rata 15.81 11.86 16.28 17.92 21.88
14
19.75 17.15 14.94 16.86 24.22
15.56 17.54 16.01 18.11 23.37
17.54 18.28 18.28 21.62 20.37
Rata - rata 17.62 17.66 16.41 18.86 22.65
28
22.64 18.67 22.13 21.05 25.52
22.52 18.33 19.52 21.79 22.47
20.99 17.71 19.81 21.50 25.86
Rata - rata 22.05 18.24 20.48 21.45 24.62
32
23.09 18.67 22.81 23.94 27.84
20.77 22.35 20.54 24.67 23.77
22.41 22.64 21.28 24.56 23.48
Rata - rata 22.09 21.22 21.54 24.39 25.03
Sumber : Hasil Penelitian dan Perhitungan
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan Hubungan Pengaruh Variasi Prosentase Penambahan Akselerator
Megaset Merah Di Bawah Dosis Optimum Dan Variasi Umur Pengujian Beton
Terhadap Kuat Tekan Beton.Tabel 5. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton
Regression Statistics
Korelasi R 0.975
R Square 0.951
Adjusted R Square 0.916
Standard Error 1.260
Observations 20
Probabilitas 3.762E-06
Sumber : Hasil Perhitungan
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
10/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 66
Berdasarkan pada tabel 5., dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Untuk pengaruh variabel prosentasepenambahan Akselerator Megaset
Merah di bawah dosis optimum danvariabel umur pengujian beton
terhadap nilai kuat tekan beton, nilai
koefisien korelasi adalah sebesar
0,975. Sehingga dapat diartikan
bahwa terdapat hubungan yang
sangat erat antara variabel prosentase
penambahan Akselerator Megaset
Merah di bawah dosis optimum dan
variabel umur pengujian beton
terhadap nilai kuat tekan beton.
2. Untuk pengaruh variabel prosentasepenambahan Akselerator Megaset
Merah di bawah dosis optimum dan
variabel umur pengujian beton
terhadap nilai kuat tekan beton, nilai
koefisien determinasi disesuaikan
adalah sebesar 0,916. Sehingga dapat
diartikan bahwa sebesar 91%
perubahan nilai kuat tekan betondapat dijelaskan oleh variabel
prosentase penambahan Akselerator
Megaset Merah di bawah dosis
optimum dan variabel umur
pengujian beton.
3. Dengan nilai probabilitas sebesar3,7E-06 dimana kurang dari 0,05;
maka variabel prosentase
penambahan Akselerator Megaset
Merah di bawah dosis optimum dan
variabel umur pengujian betonsignifikan dalam memprediksi
perubahan pada kuat tekan beton.
Gambar 4. Hubungan Regresi Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah Di
Bawah Dosis Optimum Dan Variasi Umur Pengujian Beton Terhadap Kuat Tekan Beton.
0.5 1
1.5
3.5 3
7
14
28
32
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Kuat Tekan
( MPa )
Penambahan akselerator ( % )
Umur Pengujian
( Hari )
20.00-25.00
15.00-20.00
10.00-15.00
5.00-10.00
0.00-5.00
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
11/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 67
Pembahasan Pengaruh Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah
Di Bawah Dosis Optimum Terhadap Penurunan Kuat Tekan Beton Dengan Masing –
Masing Umur Pengujian Beton.
Dalam perhitungan analisis Regresi satu arah dengan model persamaan polinomial
berderajat dua, didapatkan hasil sebagai berikut: :
Gambar 5. Hubungan Regresi Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah Di
Bawah Dosis Optimum Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Masing – Masing Variasi Umur
Pengujian Beton.
Tabel 6. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 3 Hari
Regression StatisticsKorelasi R 0.854
R Square 0.729
Adjusted R Square 0.639
Standard Error 1.227
Observations 9
Probabilitas 0.02
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 7. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 7 Hari
Regression Statistics
Korelasi R 0.886
R Square 0.784
Adjusted R Square 0.713
Standard Error 1.642
Observations 9
Probabilitas 0.01
Sumber : Hasil Perhitungan
y = 1.74x2 + 0.5167x + 9.57
y = -5.54x2 + 17.137x + 4.68
y = -2.58x2 + 8.37x + 14.697
y = 5.0467x2 - 6.9233x + 23.42
0
5
10
15
20
25
30
0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6
%Penambahan Di bawah Optimal
K u a t T e k a n
B e t o n
3
7
14
28
32
Poly. (3)
Poly. (7)
Poly. (28)
Poly. (32)
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
12/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 68
Tabel 8. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 28 Hari
Regression Statistics
Korelasi R 0.878
R Square 0.771
Adjusted R Square 0.694
Standard Error 0.899
Observations 9
Probabilitas 0.012
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 9. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 32 Hari
Regression Statistics
Korelasi R 0.767
R Square 0.588
Adjusted R Square 0.451
Standard Error 1.460
Observations 9
Probabilitas 0.048
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari gambar di atas didapat
sejumlah penurunan kuat tekan beton
dengan penambahan akselerator di bawah
dosis optimum terhadap kuat tekan beton
tanpa penambahan akselerator. Adapunhasil penurunan kuat tekan beton di
bawah dosis optimum adalah sebagai
berikut :
1. Pada umur pengujian 3 hari,penurunan kuat tekan beton terjadi
pada dosis 0,5% yaitu sebesar 22,5%
dan dosis 1% yaitu sebesar 10,65%.
2. Pada umur pengujian 7 hari,penurunan kuat tekan beton terjadi
pada dosis 0,5% yaitu sebesar 25%
dan dosis 1% yaitu sebesar 3%.3. Pada umur pengujian 28 hari,
penurunan kuat tekan beton terjadi
pada dosis 0,5% yaitu sebesar
17,28% ; dosis 1% yaitu sebesar
7,12%; dan pada dosis 1,5% yaitu
sebesar 2,72%.
4. Pada umur pengujian 32 hari,
penurunan kuat tekan beton terjadipada dosis 0,5% yaitu sebesar 4% dan
dosis 1% yaitu sebesar 2,5%.
Namun pada kenyataannya, pada
grafik yang menghubungkan antara umur
pengujian beton terhadap kuat tekan
beton mempunyai kecenderungan bahwa
semakin lama umur pengujian beton
maka nilai kuat tekan beton akan naik
dan mendekati nilai tertentu yang
konstan. Sehingga hendaknya dicoba
pendekatan untuk menggunakanpersamaan – persamaan selain persamaan
regresi kuadrat di atas yang sesuai
dengan logika pada kenyataannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
seperti yang diuraikan pada bab di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh penambahan
Akselerator Megaset Merah di bawah
dosis optimal dan umur pengujian beton
terhadap penurunan kuat tekan beton.
Bahwa penggunaan Akselerator Megaset
Merah di bawah dosis optimal tidak bisa
dijadikan acuan bahwa pada umur 7 hari
akan memperoleh kekuatan tekan yang
akan sebanding.
-
8/17/2019 120-168-1-PB (1)
13/13
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 69
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada
Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan
Sipil Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya Malang sebagai tempat
pelaksanaan penelitian serta semua pihak
atas dukungan dan partisipasinya selama
penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1971. Peraturan Beton
Bertulang Indonesia Tahun
1971. Jakarta : Ditjen Cipta
Karya.
Anonim. 1989. Standart Nasional
Indonesia ( SK SNI M-08-1989 )
Pengujian Gradasi Untuk
Agregat. Boediono Dan Wayan K. 2001. Teori
dan Aplikasi Statistika Dan
Probabilitas. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Kushartomo, Widodo. 1999. “ Hidrasi
Kimia Pada Semen Portland, “
Jurnal Teknik Sipil Universitas
Tarumanegara. No. 1, Tahun V.
Maret, 1999.
Krishna, Jai And O.P. Jain. 1980. Plain
And Reinforced Concrete Vol. I .India : Roorkee Press.
Megamix Beton Indonesia. Brosur
Tentang Accelerator Megaset
Merah.
Mehta, P. Kumar And P. J. M Monteiro.
1993. CONCRETE : Structure,
Properties And Materials. New
Jersey : Prentice Hall.
Neville, A. M. 1981. Properties Of
Concrete. London : Pittman
Publishing Ltd.
Nugraha, P. 1989. Teknologi Beton :
dengan antisipasi terhadap
Pedoman Beton 1989. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
PT. Semen Gresik Persero (Tbk). Brosur
Tentang Semen Portland
Samekto, Wuryati Dan Candra R. 2004.
Teknologi Beton. Yogyakarta :
Kanisius.
Spiegel. R, Murray.1972. SCHAUM’S
OUTLINE SERIES : Theory
And Problems Of Statistics ( S1
Metric Edition ), London :
McGraw – Hill Book Company.Tjokrodimulyo K. 1995. Buku Ajar
Bahan Bangunan. Yogyakarta :
Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Gajah Mada