09e01033

Upload: lontr

Post on 07-Jul-2018

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 09E01033

    1/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA

    KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

    (1961-1970)

    SKRIPSI SARJANA

    Dikerjakan

    O

    L

    E

    H

     NAMA : DEDY IRAWAN S

     NIM : 020706009

    DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN2009

  • 8/19/2019 09E01033

    2/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA

    KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

    (1961-1970)

    SKRIPSI SARJANA

    Dikerjakan

    O

    L

    E

    H

     NAMA : DEDY IRAWAN S

     NIM : 020706009

    DOSEN PEMBIMBING,

    Drs. Indera, M.Hum

     NIP : 131785644

    DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN2009

  • 8/19/2019 09E01033

    3/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

    PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGAKEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

    (1961-1970)

    Yang diajukan oleh :

     N a m a : DEDY IRAWAN S

     N I M : 020706009

    Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh :

    Dosen Pembimbing,

    Drs. Indera, M.Hum tanggal ......................................

     NIP : 131785644

    Ketua Departmen Ilmu Sejarah,

    Dra. Fitriaty Harahap, SU. tanggal .....................................

     NIP : 131284309

    DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN2009

  • 8/19/2019 09E01033

    4/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

    PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGAKEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

    (1961-1970)

    SKRIPSI SARJANA

    Dikerjakan

    O

    L

    E

    H

     NAMA : DEDY IRAWAN S

     NIM : 020706009

    DOSEN PEMBIMBING,

    Drs. Indera, M.Hum

     NIP : 131785644

    Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk

    melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah

    DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN2009

  • 8/19/2019 09E01033

    5/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Lembar Pengesahan Ketua

    DISETUJUI OLEH :

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    Departemen Ilmu Sejarah

    Ketua,

    Dra. Fitriaty Harahap, SU.

     NIP : 131284309

    Medan,

  • 8/19/2019 09E01033

    6/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

    PENGESAHAN :

    Diterima oleh :

    Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

    Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra

    Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

    Pada :

    Tanggal :

    Hari :

    Fakultas Sastra USU

    Dekan,

    Drs. Syaifuddin, MA. Ph.D.

     NIP : 132098531

    Panitian Ujian :

    No. Nama Tanda Tangan

    1. ……………………………………………….. (……………………….)

    2. ……………………………………………….. (……………………….)

  • 8/19/2019 09E01033

    7/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    3. ……………………………………………….. (……………………….)

    4. ……………………………………………….. (……………………….)

    5. ……………………………………………….. (……………………….)

    KATA PENGANTAR

    Segala hormat, puji dan syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

    oleh karena rahmat, kurnia dan KaruniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

     penulisan skripsi dengan judul :

    PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA KEAMANAN

    DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

    (1961-1970)

    Adapun tujuan penulisan skripsi ini, disamping sebagai salah satu syarat ujian

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara,

     juga untuk menambah pengatahuan dan wawasan penulis tentang Peranan Brigade

    Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Sumatera Utara,

    khususnya di Era tahun 1961-1970.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan informasi dari berbagai

    sumber yang relavan dengan penelitian. Disamping studi kepustakaan yang digunakan

    sebagai sumber informasi sejarah perjuangan Brimobdasu didalam didalam menjaga

    keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara pada tahun 1961-1971, informasi juga

    diperoleh dengan melakukan wawancara kepada beberapa informan yang dianggap

    mengetahui sejarah perjuangan Brimobdasu di tahun 1961-1971.

  • 8/19/2019 09E01033

    8/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, tapi bagi penulis

     bukanlah sempurna itu yang menjadi faktor utama, melainkan proses menuju kearah

    kesempurnaan itulah yang terpenting, karena itulah dengan tulus dan ikhlas penulis

    sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi

    kesempurnaan penulisan skripsi ini.

    Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

    semua, teristimewa bagi mahasiswa/i. Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

    Universitas Sumatera Utara, yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang Brigade

    Mobil (Brimob) Daerah Sumatera Utara.

    Medan, Maret 2009

    Penulis,

    Dedy Irawan S.

  • 8/19/2019 09E01033

    9/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Dengan tidak henti-hentinya dihaturkan puji dan syukur kehadiran Tuhan

    Yang Maha Pengasih dan Penyayang, sebab hanya kerena Kasih dan Kuasa-Nya

     penulis memperoleh kemudahan dan kemurahan dalam menyikapi dan menyelesaikan

     berbagai problema dan dilema penulisa skripsi ini.

    Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan uluran tangan dari

     berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan dari lubuk hati yang

     paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada :

    1.  Orang tua penulis yang tersayang, Ayahanda JTH. Simangunsung dan Ibunda

    M. Tampubolon, juga untuk keluarga tercinta Abang, Kakak dan Adik :

    Desmonth, Denny dan Deasy yang senantiasa memberikan motivasi dan

    dorongan kepada penulis baik secara moril maupun materil, saat menempuh

     perkuliahan maupun saat penulisan skripsi ini.

    2.  Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH,

    Sp. A(K).

    3.  Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D. yang senantiasa

    dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan

    di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

    4.  Ketua Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U. yang telah

     banyak memberikan bantuan, kemudahan serta pengalaman selama penulis

    menjalani perkuliahan.

    5.  Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Nurhabsya, M.Si, yang

    senantiasa memacu semangat penulis agar segera menyelesaikan penulisan

    skripsi ini.

    6.  Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Indera, M.Hum, yang telah banyak

    memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan ilmu serta yang telah

    memberikan pinjaman buku kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan

    skripsi.

  • 8/19/2019 09E01033

    10/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    7.  Dosen Wali, Bapak Drs. H. Wara Sinuhaji, M.Hum, yang telah memberikan

     banyak nasehat kepada penulis, baik selama menjalani masa perkuliahan

    maupun disaat – saat penulisan skripsi ini.

    8.  Seluruh Staf Pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, khususnya

    staf pengajar di Departemen Ilmu Sejarah yang telah banyak memberikan

    didikan dan pengajaran kepada penulis, baik semasa menempuh perkuliahan

    mapun disaat penulisan skripsi ini.

    9.  Seluruh informan yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu,

    terima kasih atas waktu yang diberikan kepada penulis untuk berbagai

    informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

    10. Rekan – rekan mahasiswa Stambuk ’02 di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas

    Sastra Universitas Sumatera Utara : Zulkifli, Bohal dan Daru serta rekan

    lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkannya namanya satu persatu.

    Dengan tulus dan ikhlas penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa

    untuk membalas budi baik dan memberikan berkat serta rahmat yang berkelimpahan

    kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

    semua, teristimewa bagi mahasiswa/i. Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

    Universitas Sumatera Utara.

    Medan, Maret 2009

    Penulis,

    Dedy Irawan S.

  • 8/19/2019 09E01033

    11/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    ABSTRAKSI

    Pada peringatan hari ulang tahun mobile brigade yang ke – XVI tanggal 14

     Nopember 1961, nama MOBILE BRIGADE yang disingkat MOBRIG diganti dengan

    nama BRIGADE MOBIL yang disebut dengan BRIMOB oleh KEPALA NEGAR

     INDONESIA PRESIDEN Ir.SOEKARNO dan pada hari itu juga dengan surat

    keputusan presiden R I No.591tahun 1961 Korps Brigade mobil mendapat

     penghargaan “ NUGRAHA SAKANTI YANA UTAMA “ karena dengan didirikannya

     pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan penuh kewaspadaan telah mendarma

    bhaktikan diri nya untuk kepentingan tugas kepolisian maupun Negara. Sebagai

    suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi tauladan yang dapat memelihara dan

    mengembangkan sifat – sifat kepolisian sejati, dengan dianugerahkannya

     penghargaan ini korps Brigade Mobil adalah satu – satunya dilingkungan kepolisian

    dan TNI yang pertama kali mendapat penghargaan dari kepala pemerintahan dan

     Negara Republik Indonesia. Berdasarkan surat keputusan Menteri / Panglima

     Angkatan Kepolisian No Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 Maret 1965 Organisasi

    Korps Brigade Mobil Sumuatera Utara diganti namanya menjadi KORPS BRIGADE

     MOBIL RESIMEN V dan sebagai komandemennya adalah AKBP K.E.LUMI. Sejarah

     perjuangan Korps Bromobdasu, bukan saja menjadi kebanggan Polri, akan tetapi

    menjadi kebanggan Mayarakat Sumatera Utara khususnya, dan umumnya masyarakat

     Indonesia, karena Brimobdasu tidak pernah absent dalam perjuangan bersenjata.

     Brimobdasu didalam menjalankan wewenang dan tanggung jawab Tupoksinya di

    tahun 1961 – 1971 kerap sekali tumpang tindih (diskriminasi) dengan ABRI,disamping menjaga keamanan dan ketertiban internal, Brimobdasu juga didalam

    kendali ABRI didalam menjaga keamanan dan ketertiban Eksternal. Brimobdasu

    memiliki sejarah yang terkenal dan berperan besar di tahun 1961-1971 dalam

    rangka mempertahankan kemerdekaan serta memerangi insurgensi dan

     pemberontakan, diantaranya : Persiapan Pasukan Brimob ke Irian Barat Dalam

     Rangka Ops Trikora, Persiapan Pasukan Brimob ke Perbatasan Malaysia Ops

     Dwikora dan Penumpasan/Operasi G30S/PKI.

  • 8/19/2019 09E01033

    12/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................... i

    UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... iii

    ABSTRAK ..................................................................................................... v

    DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

    1.2. Perumusan Permasalahan .................................................. 5

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

    1.4. Tinjauan Pustaka ............................................................... 6

    1.5. Metode Penelitian .............................................................. 8

    BAB II : GAMBARAN UMUM

    PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI

    SUMATERA UTARA

    2.1.  Kronologis Proklamasi Kemerdekaan ............................ 10

    2.2.  Konsolidasi Kelaskaran dan TRI .................................... 14

    2.3.  Sejarah Sumatera Utara ................................................. 19

    BAB III : PROSES TERBENTUKNYA

    BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DI SUMATERA

    UTARA 

    3.1.  Sejarah Terbentuknya Kepolisian Republik Indonesia ... 24

    3.2.  Sejarah Terbentuknya Brigade Mobil ............................. 25

    3.3.  Proses Peralihan Mobil Brigade Menjadi Brigade Mobil 30

    3.4.  Tupoksi dan Peranan Brimob ......................................... 33

  • 8/19/2019 09E01033

    13/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    BAB IV : PERAN BRIGADE MOBIL DALAM

    MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN 

    4.1.  Perkembangan Brimob di Sumatera Utara (1961-1971) 35

    4.2.  Peranan Brimobdasu Dalam Menjaga Keamanan dan

    Ketertiban ...................................................................... 39

    4.3.  Permasalahan Brimobdasu didalam Menjalankan

    Tupoksi dan Peranannya didalam Menjaga Keamanan

    dan Ketertiban ............................................................... 40

    4.4.  Tokoh – Tokoh Brimob di Sumatera Utara Tahun 1961-

    1970 .............................................................................. 46

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1.  Kesimpulan ..................................................................... 61

    5.2.  Saran ............................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63

    LAMPIRAN

  • 8/19/2019 09E01033

    14/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Sebagai sebuah Negara yang baru memproklamasikan kemerdekaannya,

    Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam kondisi yang tidak menentu

    menunggu status peralihan yan akan dilakukan oleh sekutu dibawah Pimpinan Ir.

    Soekarno – Hatta, persiapan – persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk

    mengantisipasi perubahan keadaan yang akan muncul sebagai akibat dari kelahan

    Jepang dalam perang Asia Timur Raya (A.T.R).1

      Kondisi rakyat Indonesia pada masa peralihan ini sangat mencekam, namun

     pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa pendudukan sampai masa

     penjajahan, baik bangsa Belanda maupun bangsa Jepang, merupak modal yang sudah

    cukup besar buat Bangsa Indonesia, terutama pemuda – pemuda yang progresif

    revolusioner maupun pemuda – pemuda yang pernah mengikuti pendidikan

    keprajuritan pada masa Belanda dan Jepang. Pelajaran dan pengalaman yang paling

     penting adalah perlunya membentuk kekuatan – kekuatan kelaskaran sebagai ujung

    tombak untuk mempertahankan diri dari kelompok dari kesewenang – wenangan

     bangsa penjajah. Oleh karena itu, diklangan masyarakat di hamper seluruh desa dan

    kota telah berdiri kekuatan pemuda dalam berbagai nama dan bentuk.

     

    2

      Proklamasi kemerdekaan Indonesia belum banyak diketahui masyarakat pada

    masa itu, karena surat – surat kabar dan radio masih dikuasai penjajah tidak

    1 Muhammad Damiaty, Sejarah Perjuangan Indonesia, Djakarta : Widjaya. 1951. hal 89

    2  Ibid. hal 131

  • 8/19/2019 09E01033

    15/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    menyiarkannya, mengingat beberapa hari setelah kekalahan Jepang, orang – orang

    Indonesia yang bekerja di radio – radio dilarang untuk masuk guna menjaga kekalahan

    Jepang. Kabar kekalahan Jepang baru disiarkan pada tanggal 21 Agustus 1945 melalui

    surat kabar dan radio Jepang di seluruh Jawa sekalian dengan pengumuman berakhirn

    dan bubarnya perang Asia Timur Raya (ATR), namun berita proklamasi kemerdekaan

    Indoensia tidak disiarkan. Berita ini membuat rakyat mengerti bahwa Jepang telah

    gagal dengan jani – janjinya memberi hadiah kemerdekaan keapda bangsa Indonesia.

    Kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia sendiri diproklamirkan secara sah di

    Sumatera Timur oleh Gubernur T.M. Hasan dengan Wakil Dr. M. Amir pada tanggal

    30 September 1945.3 Diawali dari desakan tiga pemuda pada waktu itu, antara lain :

    Marzuki Lubis, Selamat Ginting, dan Raptan, mereka adalah Nasional Pelopor yang

    data menemui Abdul Xarim M. S. (PESINDO) selaku tokoh gerakan yang paling

    terkemuka di kota Medan. Ketiga pemuda tersebut mendesak Xarim M.S. untuk

    segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan di daerah ini.4

      Didalam pertemuan ini ketiga pemuda tersebut mendapat jawaban dari Abdul

    Xarim bahwa, mengumumkan proklamasi kemerdekaan tersebut harus disertai

    kekuatan senjata, karena pihak Jepang masih bisa menghantam kita. Mendengar

     jawaban ini, Selamat Ginting langsung mengeluarkan sebuah Pistol pada waktu itu

    dan menunjukkannya. Sambil memperlihatkan senjata yang diperlihatkan oleh

    Selamat Ginting, Xarim M. S. Kemudian mengharapkan agar senjata itu bisa diambil

    dalam beberapa hari sampai di Medan, karena dengan adanya senjata, proklamasi

    kemerdekaan dapat diumumkan dengan aman di daerah ini. Selanjutnya Selamat

    3  A.E. Manihuruk, dkk, Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara,  Jakarta : Forum

    Komunikasi Ex Sub Ter VII Komando Sumatera Utara, 1979.4 Wawancara dengan Letkol Sempa Sitepu tanggal 22 Mei 2008 di Komplek Pamen Jl. Djamin

    Ginting No. 15 Medan.

  • 8/19/2019 09E01033

    16/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Ginting menyanggupinya dalam satu hari senjata itu akan sampai di Medan, dia hanya

    meminta bantyuan kendaraan untuk mengangkut senjata – senjata tersebut.

    Mendengar permintaan pemuda ini, Xarim M.S. segera mengambil secarik kertas dan

    menulis sebuah nota probadi yang kemudian menyuruhnya untuk diantarkan kepada

    Mahruzar. Keesokan harinya Selamat Ginting memperoleh sebuah kendaraan Open

    Cup merek Ford 1938 daro Mahruzar, yang pada waktu itu dikenal sebagai pengusaha

    dan tokoh gerakan nasional.

    Diserahkannya senjata hasil dari hubungan rahasia yang dilakukan oleh

    Selamat Ginting melalui penghulu Kutapinang, Raja Mula Manik dengan beberapa

     pimpinan Jepang untuk memberikan senjata kepada bangsa Indoensia guna menentang

    kembalinya kekuasaan Belanda dan sebagai kekuatan untuk menegakkan

    kemerdekaan Indonesia yang ditanam di lading Jumpali milik Selamat Ginting untuk

    menjaga kerahasiannya.

    Sesampainya di Medan mereka segera menuju ke Jalan Gurami dan secara

    kebetulan Nip Xarim pun ada di rumah yang sedang merundingkan sesuatu dengan

    Zein Hamid (sekarang Kolonel). Sebagian senjata diturunkan di Jalan Gurami,

    diberikan kepada Nip Xarim dan sisanya dibawa ke Jalan Sudor, ke rumah Ibu Ani,

    tempat mondoknya pemuda – pemuda nasional Pelopor.

    Senjata yang dibawa dari Tanah Karo merupakan modal pertama berupa

    senjata dalam penyusunan kekuatan Republik Indonesia di Wilayah Kota Medan.

    Begitu senjata telah ada, Abdul Xarim M.S. segera menghubungi T.M. Hasan dan Dr.

    M. Amir dan melaporkan bahwa senjata telah ada dan segera bertindak. Persiapan

    telah dilakukan mulai dari konsolidasi pemuda – pemuda mengumumkan pertemuan

    rapat yang akan diadakan di gedung Taman SIswa Jalan Amplas Medan kini dan

  • 8/19/2019 09E01033

    17/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    untuk mengawali proklamasi, setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 30

    September, maka pada tanggal 3 Oktober keluarlah sebuah pengumuman yang

    menyatakan : Pemerintah Negara Republik Indonesia dengan resmi dijalankan di

    Sumatera.

    Hari berikutnya 4 Oktober mulailah Sang Merah Putih berkibar di Lapangan

    Explanade (Lapangan Merdeka) Medan sekarang dan pada 6 Oktober berlangsung

     pawai raksasa yang sangat bersemangat dengan membawa semboyan terus

    meneriakkan, “MERDEKA atau MATI!” mereka tidak peduli dengan keberadaan

    tentara Jepang yang masih menduduki Kota Medan dan mempercayakan nyawa

    mereka kepada para pemuda yang mengawal mereka dengan persenjataan yang

    tadinya dibawa oleh Selamat Ginting dari Tanah Karo yang sudah dapat dikatakan

    modern pada saat itu. Pawai ini berjalan dengan sukses, maka pertemuan di Jalan

    Amplas yang sekalian meresmikan terbentuknya Baris Pemuda Indonesia (BPI) yang

    memang salah satu tugas T.M. Hasan dari pusat sembari membentuk Komite

     Nasional Indonesia (KNI) sekaligus mengumumkan untuk pembentukannya di setiap

    daerah.5

      Jawatan Kepolisian Negara di Purwokerto yang disahkan oleh Menteri Dalam

     Negeri, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung yang mengangkat Kepala Polisi yang

     pertama, yaitu R. Soekanto Tjokroatmojo dan dengan penetapan Pemerintah No.

    11/SD tertanggal 25 Juni 1946, Kepolisian Negara dikeluarkan dari Departemen

    Dalam Negeri dan ditempatkan langsung dibawah Perdana Menteri sebagai Jawatan

    tersendiri. Peetapan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1946 dan ditetapkan

    5 Parulian Hutauruk, dkk, Perjuangan Korps Brigade Mobil Polri Masa Perang Kemerdekaan RI. Pemerintah Darurat RI di SUmatera. Medan : Yayasan Keluarga Besar Pejuangan Kemerdekaan RIBenteng Huraba, 1996. hal 59

  • 8/19/2019 09E01033

    18/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    sebagai Hari Bhayangkara. Dalam rangka re-organisasi Jawatan ini mulai

    menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata kerja dari pasukan Kepolisian

    yang terdapat diberbagai Keresidenan di Indonesia dengan berbagai nama antara lain :

    Polisi Pejuang, Polisi Istimewa, Polisi Gerak Cepat dan berbagai nama lainnya.

    Kemudian berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No. Pol. 126/78/91,

    sejak tanggal 14 Nopember 1946 disatukan dan diberi nama MOBIL BRIGADE

    POLISI” (MOBBRIG), dengan tujuan utama adalah menyusun pasukan – pasukan

    sebagai inti dari kepolisian yang kuat persenjataannya dengan mobilitas tinggi. Pada

    setiap keresidenan dibentuk Mobil Brigade Keresidenan (MBK) dan dipimpin oleh

    Inspektur POLISI Tk I/I. Adapun kekuatannya terdiri dari 100 orang atau lebih

    anggota dengan ruang gerak meliputi seluruh wilayah Keresidenan.6

    1.2. Rumusan Permasalahan

    Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah “Peranan

    Brigade Mobil (Brimob) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera

    Utara (1961-1970)”

    Untuk mempersiapkan permasalahan dari penelitian ini, maka penulis

    membuat beberapa point permasalahan yang akan dibahas, diantaranya :

    1.  Bagaimana wewenang dan tanggung jawab Brigade Mobil dalam menjaga

    keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara?

    2.  Bagaimana peranan Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di

    Sumatera Utara?

    6  Ibid. hal 24

  • 8/19/2019 09E01033

    19/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Batasa waktu yang diangkat dari penelitian ini menggunakan tahun 1961

    sebagai batas awal, dan tahun 1970 sebagai batas akhir. Tahun 1961 sebagai batas

    awal dilatarbelakangi tematis tahun tersebut adalah tahun terbentuknya Brimob di

    Indonesia, maka arena tugas dan wewenang semakin diperluas ke seluruh daerah

    sebagai batas akhir dilatarbelakangi oleh ematis akitivitas Brimob dalam

     pembangunan struktur dan koordinasi dalam mengemban tanggung jawab keamanan

    dan ketertiban di Sumatera Utara hingga tahun 1970. Disamping hal di atas, batasan

    tahun yang digunakan dalam penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh keterbatasan

    ilmu pengetahuan yang di dapat di bangku kuliah dan keterbatasan waktu yang

    dimiliki.

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

    1.  Wewenang dan tanggung jawab Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan

    ketertiban di Sumatera Utara.

    2.  Peran Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera

    Utara.

    Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini

    dapat bermanfaat untuk

    1.  Menambah literature dalam penulisan tentang sejarah Brigade Mobil

    (Brimob), khususnya di Sumatera Utara.

    2.  Menambah wawasan pembaca tentang Brigade Mobil (Brimob) dan

     peranannya dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, serta menjaga

  • 8/19/2019 09E01033

    20/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    dan memelihara keamanan dan ketertiban, khususnya di daerah Sumatera

    Utara.

    1.4. Tinjauan Pustaka

    Untuk menulis tentang Mobil Brigade (Mobbrig) serta proses peralihannya

    menjadi Brigade Mobil (Brimob) pada tanggal 14 Nopember 1961 di Sumatera Utara

    tidak dilakukan dengan pendekatan dari banyak bidang ilmu (pendekatan

    multidimensional), melainkan penulisan ini dilakukan dari banyak bidang (analitik)

    untuk menghindari penulisan sejarah yang bersifat konvensional. Gaya penulisan

    seperti ini digolongkan sebagai gaya penulisan yang amatiran, dimana sejarah ditulis

    untuk menonjolkan peran seorang Raja, Kaisar, Panglima Perang, maupun peran

    seorang penguasa, sedangkan factor – factor lain yang tidak kalah perannya dengan

     pemeran utama, ditiadakan.7

      7 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Histografi Indonesia Suatu Alternatif.

    Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1992. hal 40

    Menurut Parulian Hutabarat dkk, dalam bukunya “Perjuangan Korps Brigade

    Mobil Polri Masar Perang Kemerdekaan R.I di Sumatera” bahwa pembentukan

    Brigade Mobil Polri di Sumatera Timur dalam rangka untuk mempertahankan

    kemerdekaan RI sampai terjadi peralihan menjadi Brigade Mobil (Brimob) pada

    tanggal 14 Nopember 1961.

    Buku ini menguraikan bagaiman Brigade Mobil memobilisasi organisasi –

    organisasi kepemudaan yang masih melakukan perjuangan secara sektoral, namun

    karena banyaknya organisasi – organisasi pemuda yang melakukan perlawanan

    terhadap Belanda dan persenjataan yang sangat minim membuat perekrutan dilakukan

    seperlunya saja.

  • 8/19/2019 09E01033

    21/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Menurut A.E. Manihuruk (ed) dalam bukunya “Perjuangan Rakyat Semesta

    Sumatera Utara”, oleh Forum Komunikasi Ex Sub Teritorium VII Komando

    Sumatera, yang banyak menghadirkan organisasi – organisasi kelaskaran pemuda

    yang selalu menjalin komunikasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di

    Sumatera Utara. Buku ini banyak membahas tentang pimpinan – pimpinan rakyat

    yang memobilisir perjuangan, pengawai – pegawai yang merebut kekuasaan

     pemerintah sipil dari pemerintah militer Jepang dan menggerakan roda pemerintahan

     Negara Kesatuan Republik Indonesia juga mengankat bagaimana pemuda – pemuda

    mampu menggembleng masyarakat menjadi pejuang militant dalam organisasi –

    organisasi yang sederhana dengan semangat persatuan dan kebulatan tekad untuk

    sebuah kemerdekaan tanpa pamrih juga menghadirkan peranan para petani yang tanpa

    mengenal letih menyumbangkan hasil dari produksi dari lahannya secara Cuma-Cuma

    untuk kepentingan perjuangan, para pedagang yang mampu menembus blockade –

     blockade Belanda sehingga barang – barang yang dibutuhkan untuk kemerdekaan

    dapat diperoleh, tidak ketinggalan pemuda – pemudi yang senantiasa menyediakan

    dapur umum dan merawat korban – korban perang untuk para pejuang.

    Walau diakui oleh para penulis buku ini, masih sangat kurang dari yang

    seharusnya, namun sangat banyak literature dan refrensi yang dapat diambil,

    khususnya peranan rakyat semesat dalam memperjuangkan kesewenang – wenangan

     bangsa Belanda dan Inggris di Sumatera Timur.

    1.5. 

    Metode Penelitian

    Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dimana penulis akan menguraikan

    secara terperinci bagaimana perjalanan sejarah dari Brimob dan aktivitas sosialnya

  • 8/19/2019 09E01033

    22/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    dalam menjaga keamanan dan ketertiban serta tanggung jawab dan wewenangnya.

    Khususnya yang ada di Sumatera Utara.

    Metode penelitian yang digunakan dalam merekonstruksi masalah ini akan

    menggunakan metodologi penelitian sejarah, yang prosesnya adalah sebagai berikut :

    1.  Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang

    memberikan penjelasan tentang Birgade Mobil (Brimob). Penulis

    mengharapkan sumber pokok adalah hasil wawancara dari anggota – anggota

    yang pernah terlibat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera

    Utara, adapun langkah – langkah yang haruis dilakukan dalam proses

     pengumpulan data, antara lain :

    a.  Penelitian kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan berbagai

    sumber tertulis eperti buku, majalah, surat kabar, notulen, bulletin dan

    hasil penelitian sebelumnya yang dapat mendukung penelitian ini.

     b.  Penelitian lapangan, yaitu menggunakan metode wawancara terhadap

    masyarakat dan pelaku yang mengetahui tentang Brimob di Sumatera

    Utara, khususnya dari pimpinan – pimpinan yang masih hidup.

    2.  Kritik sumber, sebagai cara mengetahui data yang akura melalui :

    a.  Kritik intern yang ditujukan untuk memperoleh dokumen bersifat

    kredibel dengan cara menganalisis sejumlah data tertulis yang

     berkaitan dengan sejarah dan peranan Brigade Mobil di Sumatera

    Utara.

     b.  Kritik Ekstern untuk memperoleh data yang outentik dengan cara

    menyesuaikan dengan jiwa zaman dan hasil wawancara dengan

     beberapa responden.

  • 8/19/2019 09E01033

    23/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    3.  Historiografi, yaitu menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang bentuknya

    adalah karyawa sejarah yang deskriptif analitis. Proses ini menghasilkan

    sebuah karyawa sejarah yang sistematis dan kronologis.

  • 8/19/2019 09E01033

    24/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    BAB II

    GAMBARAN UMUM PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI

    SUMATERA UTARA

    2.1. Kronologis Proklamasi Kemerdekaan

    Pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima di Jepang di bom oleh Amerika

    Serikat yang mengakibatkan moral tentara jepang diseluruh dunia menurun. Pada

    tanggal 7 Agustus 1945 Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI

    (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Zyunbi IInkai

    dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai

    kemerdekaan Indonesia.

    Pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki

     pada tanggal 9 Agustus 1945 sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada

    Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk

    memproklamasikan kemerdekaannya.Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan

    Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250

    km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka

    dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan

    kemerdekaan kepada Indonesia.

    Pada tanggal 10 Agustus 1945 Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat

    radio pada tanggal 10 Agustus 1945 bahwa Jepang telah menyerahakn diri kepada

     pihak sekutu. Para pejuang bawah tanah menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan

    sebagai hadiah dari Jepang dan bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI.

    Syahrir langsung memberitahukan tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan

     bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah kepada Chairil

  • 8/19/2019 09E01033

    25/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Anwar. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para

     pendukung Syahrir.

    Pada tanggal 12 Agustus 1945 melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,

     jepang mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang

    akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan

    dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun

    demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus

    1945.

    Pada tanggal 14 Agustus 1945, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari

    Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan

    karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena

    Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari

     perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta

    menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

    Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan

     bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan

    menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah

    dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin

     bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat

    menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika

     para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir

    tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah

  • 8/19/2019 09E01033

    26/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

     badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan

    'hadiah' dari Jepang.

    Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan

    Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan

    mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu

    tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-

    desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk

    segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin

    terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat

     proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak

    menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh

    Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan

     pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei)

    untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi

    kantor tersebut kosong.

    Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,

    Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka

    dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab, belum

    menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari

    Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di

    kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan

    dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.

  • 8/19/2019 09E01033

    27/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Pada tanggal 16 Agustus 1945 gejolak tekanan yang menghendaki

     pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para

     pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan

    karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi

     peristiwa Rengasdengklok.

    Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks

    Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks

     proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56

    Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan

    Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di

    ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni

    mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan

    Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik

    oleh Sayuti melik.

    Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan

    Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan

    Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh

    Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih,

    yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh

    Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

    Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak

    dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh

    sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh

    Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa

  • 8/19/2019 09E01033

    28/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh

    Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan

    lagu Indonesia Raya.8

    Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan

    Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui

     perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno

    mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan

    amanat singkat kepada mereka.

      Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di

    Museum Tugu Monumen Nasional.

    9

    Sebelum ada TNI, sejak pra kemerdekaan hingga kemerdekaan, komponen-

    komponen pejuang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu Hisbullah, Peta (Pembela

    Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

    (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar

    (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai

    UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia

    yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan

    sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk

    kemudian. Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata

    dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia

    yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite

     Nasional.

    2.2. Konsolidasi Kelaskaran dan TRI

    8 Muhammad Damayati, Op. Cit, hal 134-139

    9  Ibid , hal 143

  • 8/19/2019 09E01033

    29/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Tanah Air) dan Laskar-laskar. Milisi Hisbullah merupakan campuran berbagai ormas

    Islam seperti  Muhammadiyah, Masyumi, Syarikat Islam, dan NU . Sedangkan milisi

    Peta (Pembela Tanah Air) mayoritasnya berasal dari Muhammadiyah, dimana

    Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu tokohnya. Yang dimaksud dengan

    laskar-laskar, terdiri dari berbagai laskar seperti laskar minyak, laskar listrik, laskar

     pesindu, laskar pemuda sosialis dan laskar Kristen.

    Laskar pemuda sosialis dan laskar kristen adalah minoritas. Sedangkan laskar

    minyak, listrik dan sejenisnya berasal dari komunitas sejenis bajing loncat yang insyaf

    dan membentuk kekuatan rakyat dan bergabung dengan Laskar mayoritas Hisbullah.

    Pada 1946 terbentuk TKR (Tentara Keselamatan Rakyat ) yang berasal dari ketiga

    komponen tersebut, dan Hisbullah merupakan unsur yang paling banyak (mayoritas).

    Pada 1947, TKR menjadi TRI (Tentara Rakyat Indonesia), di bawah pimpinan

    Panglima Besar Sudirman yang berasal dari Peta. Sebagai wakilnya adalah Urip

    Sumoharjo seorang mantan tentara KNIL (tentara Belanda) yang beragama Kristen.

    Sejak saat itulah terjadi ketidak-adilan, dimana minoritas menguasai mayoritas

    di tubuh (embrio) TNI. Kelak, para pejuang sejati dari Hisbullah dan peta (terutama

    Hisbullah) digusur oleh mantan tentara KNIL. Selain Urip Sumohardjo (mantan KNIL

     beragama Kristen), mantan KNIL lainnya adalah Gatot Soebroto (Budha), Soeharto

    (Kejawen), dan A.H. Nasution (nasionalis sekuler yang keberislamannya tumbuh

    setelah digusur Soeharto).

    Tentara KNIL adalah tentara Belanda yang memerangi tentara rakyat

    Indonesia yang ketika itu sedang berusaha menggapai kemerdekaan. Tentara KNIL

    adalah pengkhianat bangsa. Namun ketika Indonesia merdeka, merekalah yang

    merebut banyak posisi di tubuh institusi tentara (TNI). Sedangkan pejuang sejati

    http://id.wikipedia.org/wiki/KNILhttp://id.wikipedia.org/wiki/KNILhttp://id.wikipedia.org/wiki/KNILhttp://id.wikipedia.org/wiki/KNILhttp://id.wikipedia.org/wiki/KNIL

  • 8/19/2019 09E01033

    30/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    terutama yang tergabung dalam Hisbullah disingkirkan begitu saja. Terbukti

    kemudian, ketika para pengkhianat itu memimpin bangsa , kehidupan kita menjadi

     penuh musibah. Soekarno, ketika rakyat bersusah payah mengusir penjajah, ia justru

    membuat perjanjian damai dengan Belanda. Sedangkan anak angkat Gatot Soebroto

    termasuk salah seorang tokoh pemegang HPH yang menggunduli hutan kita.

    Pada tahun 1946 Kahar Muzakar (Panglima Hisbullah dari Sulawesi) dikirim

    ke Yogya (Ibukota RI) untuk menghimpun kekuatan rakyat. Saat itu Panglima

    Hisbullah Kalimantan adalah Hasan basri, yang berpusat di Banjarmasin. Sedangkan

    Panglima Nusatenggara adalah Ngurah Rai yang berpusat di Bali. Sedangkan

    Kartosoewirjo adalah Panglima Hisbullah Jawa Barat. Ia terus berjuang melawan

     penjajah Belanda.

    Pada 17 Januari tahun 1948, ketika terjadi Perjanjian Renville (di atas kapal

    Renville) daerah yang dikuasi rakyat Indonesai semakin kecil, karena daerah inclave

    harus dikosongkan. Kartosoewirjo tidak mau mengosongkan Jawa Barat, maka

    timbullah pemberontakan Kartosoewirjo tahun 1948 melawan Belanda. Kala itu

    Kartosoewirjo selain harus menghadapi Belanda juga menghadapi mantan tentara

    KNIL  yang sudah bergabung ke TRI yang kala itu mereka baru saja kembali dari

    Yogyakarta.

    Kartosoewirjo yang berjuang melawan Belanda dalam rangka

    mempertahankan Jawa Barat karena dia adalah Panglima Divisi Jawa Barat, justru

    dicap pemberontak oleh Soekarno, sehingga dihukum mati pada 1962. Menurut Dr.

    Bambang Sulistomo, putra pahlawan kemerdekaan Bung Tomo, tuduhan pemberontak

    kepada Kartosoewirjo dinilai bertentangan dengan fakta sejarah.

  • 8/19/2019 09E01033

    31/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

     Menurut kesaksian almarhum ayah saya, yang ditulisnya dalam sebuah buku

    kecil berjudul HIMBAUAN, dikatakan bahwa pasukan Hizbullah dan

    Sabilillah, menolak perintah hijrah ke Yogyakarta sebagai pelaksanaan isi perjanjian Renvile; dan memilih berjuang dengan gagah berani mengusir

     penjajah dari wilayah Jawa Barat. Keberadaan mereka di sana adalah atas

     persetujuan Jenderal Soedirman dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada

    saat clash Belanda kedua, pasukan TNI kembali ke Jawa Barat dan merasa

    lebih berhak menguasai wilayah yang telah berhasil direbut dengan berkuah

    darah dari tangan penjajah oleh pasukan Hizbullah dan Sabilillah di bawah

    komando SM Kartosoewirjo. Karena tidak dicapai kesepakatan, maka

    terjadilah   pertempuran antara pasukan Islam dan tentara republik

    tersebut…10

    "Kesaksian almarhum ayah saudara itu, persis seperti kesaksian Haji Agoes

    Salim yang disampaikan di Cornell University Amerika Serikat, tahun 1953.

     Memang perlu penelitian ulang terhadap sejarah yang ditulis sekarang…"

     

    Sehubungan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Deliar Noor berkomentar:

    11

    …Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10 November dan

    mantan menteri dalam negeri kabinet Burhanuddin Harahap, dalam sebuah

    buku kecil berjudul 'Himbauan', yang ditulis beliau pada tanggal 7 September

    Pada buku berjudul "Menelusuri Perjalanan Jihad SM Kartosuwiryo" (Juli

    1999, hal. xv-xvi), KH Firdaus AN menuliskan sebagai berikut:

    …Setelah perjanjian Renville ditandatangani antara Indonesia dan Belanda

     pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan Siliwangi harus 'hijrah' dari

     Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga Jawa Barat dikuasai Belanda. Jelas

     perjanjian itu sangat merugikan Republik Indonesia. Waktu itu Jenderal

    Sudirman menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di Stasiun Tugu

    Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang Jendral diajak

    oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu…. 

    …Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral Sudirman:

    'Apakah siasat ini tidak merugikan kita?' Pak Dirman menjawab, 'Saya telah

    menempatkan orang kita disana', seperti apa yang diceritakan oleh wartawan

    Antara itu kepada penulis.

    10 Ant, P. De Graaft,  Namapak Tilas Tentara Belanda dan TNI, Cawang, Jakarta : Pustaka

    Sinar Harapan, 1997, hal 123.

    11  Sartono, Kartodirjo,  Beberapa Kecenderungan Dari Studi Sejarah di Indonesia DalamSejarah Monografi Indonesia, Yogyakarta : Jurusan Ilmu Sejarah dan Geografi SOsial IKIP Sanata,Dharma, 1979, hal 234

  • 8/19/2019 09E01033

    32/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    1977, mengatakan bahwa Pak Karto  (Kartosuwiryo, pen.) telah mendapat

    restu dari Panglima Besar Sudirman…12

    6. Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), dengan ibukota Singaraja.

     

    Dalam keterangan itu, jelaslah bahwa waktu meninggalkan Yogyakarta pada

    tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau (Kartosuwiryo) pamit dan minta restu

    kepada Panglima Besar TNI itu dan diberi restu seperti keterangan Bung Tomo

    tersebut.

    Dikatakan dengan keterangan Jenderal Sudirman kepada wartawan Antara di

    atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa yang dimaksud 'orang kita' atau orangnya

    Sudirman itu, tidak lain adalah Kartosuwiryo sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa

    waktu itu Kartosuwiryo adalah orang penting dalam Kementerian Pertahanan

    Republik Indonesia yang pernah ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi

    ditolaknya. Jabatan Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh

    sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata.

    Pada Tahun 1950, TRI mereorganisasi membentuk divisi-divisi dalam bentuk

    TT (Tentara Teritorium yang merupakan embrio Kodam. Ini merupakan awal

    daripada AD (Angkatan Darat) dan PKI (Partai Komunis Indonesia) berkuasa

    menguasai TRI melalui kodam-kodam (divisi-divisi). Kala itu provinsi di Indonesia

    masih terdiri dari :

    1. Kalimantan, dengan ibukota Banjarmasin

    2. Sulawesi,dengan ibukota Makassar

    3. Sumatera Selatan, dengan ibukota Palembang

    4. Sumatera Tengah, dengan ibukota Padang

    5. Aceh, dengan ibukota Banda Aceh13

     12 KH Firdaus AN,  Menelusuri Perjalanan Jihad SM Kartosuwiryo, Jakarta : PT. Gramedia

    Pustaka, 1999, hal xv-xvi13

     Sartono, Kartodirjo, Pemikiran dan Perkembangan Histografi Indonesia Suatu Alternatif.Jakarta : PT. Gramedia, 1983. hal 67

  • 8/19/2019 09E01033

    33/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Pada Desember 1950 terjadi pengakuan kedaulatan RI. Dua bulan kemudian

    Jendral Sudirman meninggal, kepemimpinannya dilanjutkan oleh Urip Sumohardjo

    mantan tentara KNIL beragama Kristen. Sementara itu, Panglima Divisi Sulawesi,

    Kahar Muzakar yang ditugaskan ke Yogya utk menghimpun kekuatan rakyat di tahun

    1946, jabatannya sebagai Panglima Divisi Sulawesi diisi oleh Gatot Subroto mantan

    KNIL beragama Budha yang anti Hisbullah.

    Terjadi konflik antara Kahar dengan Gatot Subroto, sehingga diciptakan situasi

    yang merugikan/merusak citra Kahar, akibatnya Kahar melawan ketidakdilan dan

    ketidak benaran yang dihembuskan Gatot Subroto. Tahun 59/60 Kahar dinyatakan

    terbunuh dalam pertempuran, tetapi jenazahnya tidak ditemukan. M. Jusuf pernah

    dikirim melawan Kahar, mengalami kekalahan namun bisa selamat kembali ke

    Jakarta. Tidak semua divisi mengalami pergolakan. Di Kalimantan Selatan, Ibnu

    Hadjar menjadi Panglima KRJT (Kesatoean Rakjat Jang Tertindas).

    Institusi ini di bawah Panglima Divisi Kalimantan yang panglimanya adalah

    Hasan Basri. Sedangkan Divisi Jawa Timur panglimanya adalah Jendral. Sudirman

    (sebelum meninggal dunia). Ketidak-adilan di dalam tubuh TRI semakin terasa ketika

    orang-orang dari Sulut yang beragama Kristen (dan mantan tentara KNIL) banyak

    menduduki jabatan penting, antara lain Kol. Kawilarang (menjabat  panglima divisi

    Siliwangi), Kol. Ventje Sumual, dan sebagainya. Apalagi kemudian AD memegang

    kendali pemerintahan, setelah Soekarno tumbang. Soeharto yang mantan KNIL dan

     penganut Kejawen, kemudian mengawali pemerintahannya dengan rasa benci yang

    mendalam terhadap Islam.

    2.3. Sejarah Sumatera Utara

  • 8/19/2019 09E01033

    34/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Sumatera Utara lahir tanggal 15 April 1948 dengan wilayah mencakup tiga

    keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Ibu kotanya waktu itu belum

    di Medan, melainkan di Kutaraja, sekarang Banda Aceh. Gubernur Sumatera Utara

    yang pertama dijabat oleh Mr. S.M. Amin. 

    Berdasarkan penemuan arkeologi, Sumatera Utara diketahui dihuni sejak

    zaman Mesolitikum. Penghuninya disebut sebagai orang Austro Melanesoid, banyak

    mendiami daerah muara sungai. Pada tahun 2000 SM, Sumatera Utara mulai dihuni

    oleh orang Proto Melayu dan kemudian dihuni pula oleh orang Deutro Melayu yang

     berasal dari daerah bagian selatan Cina.

    Pada awal tarikh Masehi, penghuni Sumatera Utara sudah menjalin hubungan

    dagang dengan orang-orang dari India dan Cina. Sekitar tahun 775 Masehi, Sumatera

    Utara termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Pemerintahan dengan

    system Kerajaan di Sumatera Utara muncul pada abad 15, yaitu dengan munculnya

    Kerajaan Nagur, Aru, Panai, dan Batangiou. Pada suatu ketika, terjadi peperangan

    antara Kerajaan Nagur dan Kerajaa Batangiou yang dimenangkan oleh Kerajaan

     Nagur. Karena kemenangan dalam peperangan tersebut, Kerajaan Nagur menjadi

     penguasa seluruh Simalungun. 

    Pada abad 16, di Tapanuli muncul suatu kerajaan yang didirikan oleh

    keturunan Sisingamangaraja, yaitu Kerajaan Batak. Kerajaan ini kemudian mencakup

    seluruh Tapanuli, sampai ke Angloka, Mandailing, dan Dairi. Sementara itu, di daerah

     pesisir timur Sumatera Utara terdapat sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Aru.

    Wilayahnya meliputi daerah yang sangat luas, dari perbatasan Aceh sampai ke muara

    sungai Barumun, meliputi daerah Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. 

  • 8/19/2019 09E01033

    35/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Ketiga kerajaan di atas, yaitu, Nagur, Batak, dan Aru terus menerus terlibat

     persaingan memperebutkan hegemoni di wilayah Sumatera Utara. Kekuasaan

    Kerajaan Nagur semakin luas, meliputi daerah pedalaman Asahan, Serdang Hulu,

    Tanah Karo sampai ke daerah Gayo atas, meliputi seluruh daerah pedalaman bagian

    utara Sumatera Utara. Sementara itu Kerajaan Batak (Sisingamangaraja) memperluah

     pengaruhnya ke seluruh Tapanuli, beberapa daerah di tanah Karo, bahkan kemudian

    merebut wilayah Simalungun yang sebelumnya di bawah kekuasaan Kerajaan Nagur.

    Sedangkan Kerajaan Aru, ketika itu mendapat ancaman dari tiga kekuasaan bedar di

    Selat Malaka, yaitu, Aceh, Portugis, dan Johor. Untuk menghindari ancaman itu, pusat

    Kerajaan Aru dipindah ke daerah pedalaman, yaitu di Deli Tua, sekarang wilayahnya

    sekitar sepuluh kilometer dari Medan.

    Pengaruh Aceh ke Sumatera Utara masuk pada abad 17. Seorang Panglima

    Aceh bernama Gocah Pahlawan dating ke Deli Tua dan menikah dengan putrid Wan

    Baluan dari Sunggal. Gocah Pahlawan inilah yang menurunkan raja-raja Deli dan raja-

    raja Serdang. Pada tahun 1669, beberapa daerah pesisir timur Sumatera Utara direbut

    oleh Siak. Siak kemudian menyusun pemerintahan berdasarkan aturan Minangkabau.

    Pada abad 19, pengaruh Belanda mulai masuk. pada tanggal 1 Februari 1859,

    Siak menandatangani penjanjian penting dengan Belanda. Isinya adalah pengakuan

    dari penguasa Siak bahwa daerahnya termasuk dalam kekuasaan Belanda. Belanda

     juga diizinkan membangun pangkalan di Bengkalis dan daerah yang yang dirasa perlu.

    Belanda juga diizinkan, bila perlu, mengutip pajak di daerah-daerah kekuasaan Siak. 

    Belanda kemudian mengangkat seorang Asisten Residen di Siak. Kekuasaan

    Belanda ketika itu meliputi seluruh daerah jajahan Siak, yaitu daerah pesisir timur

    Sumatera. Sementara itu, di wilayah pesisir barat Sumatera Utara, kekuasaan Belanda

  • 8/19/2019 09E01033

    36/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    mulai masuk sejak berakhirnya perang Paderi di Sumatera Barat. Untuk wilayah tanah

     batak pedalaman, cengkraman kekuasaan Belanda ditandai dengan adanya "perjanjian

    tembaga". Penjanjian tersebut berisi permintaan bantuan raja Gedombang dari

    Mandailing terhadap Belanda untuk menghadapi Paderi. Dengan adanya perjanjian

    tersebut, Belanda mulai menancapkan pengaruhnya di pedalaman Sumatera Utara.

    Selain itu, Belanda juga menyerang dan memduduki Pulau Nias pada tahun 1863. 

    Pada tahun 1834, Belanda mendirikan Keresidenan Tapanuli. Pusat

    keresidenan berada di Sibolga dan menguasai empat daerah afdeling, yaitu, Sibolga en

    Omstreken, Angkola en Sipirok, Batakladen, dan Nias. Pada tanggal 1 Maret 1887,

    Belanda membentuk keresidenan di daerah Sumatera Timur. Keresidenan Sumatera

    Timur berpusat di Medan, terdiri atas empat daerah Afdeling, yaitu, Deli Serdang,

    Simalungun dan Karolanden, Langkat, dan Asahan. 

    Perluasan kekuasaan Belanda itu, banyak menimbulkan perlawanan rakyat.

     Namun, semua perlawanan tersebut tidak diorganisir dengan baik dan selalu dalam

    kekuatan yang kecil sehingga Belanda dapat meredam semua perlawanan tersebut.

    Perlawanan sengit baru terlihat ketika Belanda memperluas kekuasaannya ke daerah

     pedalaman, yaitu, tanah Batak. Perlawanan dipimpin oleh Sisingamangaraja XII.

    Perlawanan tersebut tersebar luas, selain di Toba, juga mencapai daerah kekuasaan

    Sisingamangaraja lainnya seperti Aceh Tenggara, Dairi, Pakpak, Karo, Simalungun,

    dan Toba sebelah selatan. Perlawanan Sisingamangaraja berlangsung 30 tahun, yaitu

    dari tahun 1877 sampai 1907. Setelah mematahkan perlawanan Sisingamangaraja ini,

     berarti Belanda sudah menguasai Sumatera Utara secara penuh.

    Perlawanan terhadap Belanda mulai muncul kembali pada awal abad 20. Kali

    ini pergerakan lebih secara politik dan digerakan oleh tokoh-tokoh yang

  • 8/19/2019 09E01033

    37/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

     berpendidikan seperti Tan Malaka, Dr. Pirngadi dan Adenan Nur Lubis. Pada saat itu,

     banyak bermunculan organisasi-organisasi politik yang sebagian diantaranya

    merupakan cabang dari organisai yang berpusat di Jakarta. Mereka adalah Syarikat

    Ilam, PNI, Gerindo, Partindo, Al Jami'atul Washliyah, NU, Muhammadiyah, dan

    organiasi-organiasi pergerakan lain. 

    Di Tapanuli terdapat pula organisasi keagamaan, khususnya gerejani yang

    masuk ke daerah ini sejak abad 19. Pengaruh nasionalisme mulai terasa dalam gereja

    sekitar tahun 1930. Sejumlah orang Batak yang tergabung dalam perkumpulan

    Hatopan Kristen Batak mengkritik gereja yang masih dipimpin oleh bangsa asing. 

    Pada tanggal 13 Maret 1942, Tentara Jepang memasuki Medan. Mereka

    kemudian menduduki Mesjid Raya untuk dijadikan benteng. Dalam waktu ingkat,

     pasukan Jepang dapat menduduki kota-kota penting di Sumatera Utara. Raja-raja di

    Sumatera Utara kemudian diperintah untuk membantu pelaksanaan berbagai kebijakan

     pemerintah Jepang. Jepang memerintah di Sumatera Utara secara sewenang-wenang,

    dan menyengsarakan rakyat. Diantara kebijakan yang menyengsarakan rakyat adalah

     Romusha. Romusha bertujuan memobilisasi seluruh rakyat untuk membantu Jepang

    dalam pembangunan pertahanan di kawasan Asia Tenggara. Banyak diantara para

    romusha ini dikirim ke luar negeri seperti Birma, Thailand dan tempat lain untuk

    dipekerjakan secara paksa dan tidak manusiawi. 

    Dua hari setelah Jepang menyerah kepada sekutu, yaitu pada17 Agustus 1945,

     bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Di awal kemerdekaan ini,

    Sumatera Utara termasuk dalam wilayah provinsi Sumatera. Seperti diuraikan di atas,

     pada tanggal 15 April 1948, Sumatera Utara terbentuk dengan wilayah mencakup tiga

    keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli.

  • 8/19/2019 09E01033

    38/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Pada tanggal 3 Oktober 1945, Dr. F. Lumbantobing diangkat sebagai residen

    Tapanuli. Selanjutnya dilakukan pembentukan KNI di seluruh wilayah yang disertai

    dengan pembentukan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Dalam memperingati tiga

     bulan proklamasi kemerdekaan, tapatnya tanggal 17 Oktober 1945, di Tarutung

    dilakukan rapat umum yang dihariri oleh seluruh rakyat setempat. Dalam kesempatan

    itu, rakyat mengucapkan ikrar setia kepada pemerintah Republik Indonesia.

    Pada era RIS, identitas Sumatera Utara hilang karena wilayahnya masuk dalam

     Negara Sumatera Timur. Pada tanggal 15 Agustus 1950, pasca kembalinya RI dari

     bentuk RIS ke NKRI, provinsi Sumatera Utara kembali terbentuk dengan wilayah

    mencakup tiga keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli dengan

    Medan ditetapkan sebagai Ibukotanya. Gubernur definitif pertamanya adalah A.

    Hakim yang kemudian pada tahun 1953 diganti oleh Mr. S.M. Amin. Pada tahun

    1956, Aceh berdiri sendiri sebagai provinsi, dengan demikian wilayah Sumatera Utara

    hanya mencakup wilayah Sumatera Timur dan Tapanuli. Kondisi wilayah ini tetap

    sampai sekarang. Pada tahun 1956 ini SM. Amin diganti oleh St. Kumala Pontas yang

    menjabat gubernur sampai tahun 1960.

  • 8/19/2019 09E01033

    39/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    BAB III

    PROSES TERBENTUKNYA BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DI

    SUMATERA UTARA

    3.1. Sejarah Terbentuknya Kepolisian Republik Indonesia

    Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan

    kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri

    telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan

    dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam

     pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama-sama satuan

    angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri

    lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.

    Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945,

    secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi

    Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad

    Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan

     pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan

    semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang

    sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang.

    Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat

    ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara

    Jepang. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda

    menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu perang antara sekutu dengan pasukan

    Indonesiapun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 Nopember

  • 8/19/2019 09E01033

    40/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    1945, yang dikenal sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu kemudian dijadikan

    sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa

    Indonesia.

    Pertempuran 10 Nopember 1945.di Surabaya menjadi sangat penting dalam

    sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari

    itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi

     bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan

    semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar.alam menciptakan keamanan

    dan ketertiban didalam negeri, Polri juga sudan banyak disibukkan oleh berbagai

    operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI RMS RAM

    dan G 30 S/PKI serta berbagai penumpasan GPK.

    Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan

    global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan

    tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun

    internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta

     pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi

    kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).

    3.2. Sejarah Terbentuknya Brigade Mobil

    Pada saat pemerintahan tentara Jepang berada di indonesia, di tiap – tiap

    keresidenan di bentuk kepolisian keresidenan disebut “chiang-bo” dan kepolisian

    keresidenan ini membawahi kantor kepolisian kabupaten disebut “keisatsu – syo“ dan

     juga membawahi kesatuan cadangan yang disebut “ toko betsu kaisatsu tai.yang dalam

     bahasa indonesianya “Pasukan Polisi Istimewa “.

  • 8/19/2019 09E01033

    41/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Toko betsu kaisatsu tai dibentuk pada tahun 1943 yang anggotanya berasal dari

     polisi – polisi remaja lulusan dari pendidikan polisi keresidenan yang pada umum nya

    dari bangsa Indonesia, para calon anggotanya diasramakan mendapat pendidikan dan

    latihan kemiliteran dari tentara Jepang baik yang di adakan di indonesia maupun yang

    dikirim keluar negeri, hasilnya gemlengan tersebut menjadikan anggota toko betsu

    kaisatsu tai menjadi terlatih, berdisiplin tinggi terorganisir rapi dan memiliki

     persenjataan yang lengkap sehingga kesatuan ini merupakan kesatuan yang tangguh

    dan lengkap. Di daerah Balige ada keresidenan Tapanuli dan dibentuk toko betsu

    kaisatsu tai dipimpin oleh Mas kadiran anggota dari kesatuan polisi Balige

     berpangkat junso butyo (komandan polisi) berkedudukan di natal.

    Dengan kalahnya tentara Jepang dalam Perang Dunia ke II dan menggemanya

     pekik kemerdekaan bagi rakyat indonesia ke seluruh pelosok tanah air, begitu juga

    keresidenan Tapanuli berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara T.M Hasan

    diangkatlah Dr.Ferdinan Lumban Tobing sebagai Residen Tapanuli yang

     berkedudukan di Tarutung dan pada awal Oktober 1945 dikibarkanlah bendera Merah

    Putih di Lapangan Tarutung yang dipimpin oleh keresidenan tapanuli Dr.F.Lumban

    Tobing.

    Dengan berangkatnya Tentara Jepang/pemerintah sipil Jepang di Balige maka

    mas kadiran langsung mengambil alih tugas Kepala Polisi untuk toba di balige

    dipegang oleh Mas Kadiran beserta anggota bekas polisi pemerintahan Belanda dan

    Jepang pulang kembali ke Jawa dan ada yang kembali ke kampung masing – masing ,

    yang masih tinggal hanya 25 orang yang berjiwa setia dan patuh di bawah pimpinan

    mas kadiran dengan kesadaran dan tanggung jawab pada nusa dan bangsa dan pada

  • 8/19/2019 09E01033

    42/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    saat itu pemerintah Jepang hanya memberikan 10 pucuk senjata karabyn dan 15 buah

    samurai.

    Pada tanggal 19 Oktober 1945 pasukan polisi istimewa di pimpin oleh Mas

    Kadiran dibantu oleh masyarakat merampas gudang senjata jepang di Parapat, dengan

    menggunakan teknik “serangan fajar“ pada pukul 04.00 wib. Pasukan Istimewa yang

    dibantu masyarakat dapat menguasai gudang senjata dan merampas isinya, dari

    rampasan tersebut berhasil menyita 20 pucuk senjata , 60 buah granat tangan dan 50

    stel pakaian tentara jepang dan 2 peti amunisi.

    Berhubungan dengan keadaan Politis, ibukota Tapanuli dipindahkan ke

    Sibolga, maka atas perintah Residen Tapanuli Dr.F.L Tobing maka pasukan Barisan

    Istimewa Polisi Keresidenan Tapanuli dipindahkan Ke Sibolga pada pertengahan Mei

    1946 barisan istimewa polisi keresidenan Tapanuli pindah ke Sibolga. Di Sibolga

    MAS KADIRAN membangun asrama untuk anggota Barisan Istimewa polisi. Pada

    tanggal 4 Februari 1947 berangkatlah barisan istimewa polisi keresidenan Tapanuli

    dipimpin oleh Mas Kadiran dengan 150 anggota ke Front Medan Area. Sampai di

    P.Siantar Mas Kadiran menghadap kepada Kepala Polisi Sumatera yang

     berkedudukan di P.Siantar KBP R. Sulaiman dan bertemu dengan Gubernur Sumatera

    T.M. Hasan di Front Medan Area Barisan Istimewa Polisi ditempatkan di Perbaungan

    dan Tebing Tinggi serta di garis depan T. Morawa.

    Tanggal 15 Februari 1947 dari markas besar pertempuran Medan Area

    diadakan Serangan ke seluruh pertahanan musuh dalam kota Medan, dalam serangan

    umum ini Belanda mengerahkan semua kekuatan dari mulai senjata berat, Tank dan

    Pesawat terbang, dan berhasil mematahkan seranganu umum medan area dari pihak

     pejuang banyak jatuh korban dan akhirnya pasukan Front Medan Area mundur ke

  • 8/19/2019 09E01033

    43/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    garis belakang, begitu juga dengan Barisan Istimewa Polisi keresidenan Tapanuli

     bertahan di Marendal, Tj. Morawa dan L. Pakam dan akhirnya kembali ke

    Perbaungan.

    Berdasarkan surat ketetapan cabang jawatan kepolisian untuk sumatera dan atas

     perintah kepala polisi keresidenan tapanuli di lebur namanya menjadi “Mobil Brigade

    Polisi Keresidenan Tapanuli“ nama Mobil Brigade Polisi ini berdasarkan surat

     perintah kepala muda kepolisian No. : 126/78/91 tanggal 14 Nopember 1946. Perihal

     pembentukan mobile brigade di tiap – tiap keresidenan pembentukan mobile brigade

     polisi dimaksudkan untuk menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata

    cara kerja dari pasukan kepolisian yang terdapat dikeresidenan di Indonesia dimana

    nama polisi beraneka ragam, ada Polisi Pejuang, Polisi Istimewa, Barisan Istimewa

    Polisi, Polisi Gerak Cepat dll.

    Pada tanggal 5 Mei 1949 sekitar pukul 04.00 wib tentara Belanda dari pijor

    koling mengadakan serangan pengepungan dari 4 jurusan yang dibantu oleh 2 orang

     penunjuk jalan anggota mobile brigae Tapanuli yang bernama Maka Leo dan Syamsul

    Bahri, serangan Belanda ini berhasil merebut Benteng Huraba, pasukan MBK

    Tapanuli yang berada di Benteng Huraba mundur ke kampung Tolang dan Pasukan

    Brigade – B Pimpinan Kapten Robinson Hutapea mundur kekampung Tolang.

    Belanda yang sudah menduduki Benteng Huraba, pertempuran terjadi kembali

    dengan bantuan penembakan mortir pasukan Mas Kadiran dapat mengusir dari

    Benteng Huraba dan pada pukul 16.30 Wib Benteng Huraba dapat direbut kembali

    dan tentara Belanda mundur ke Padang sidimpuan dari pertempuran Benteng Huraba

    kerugian dipihak pasukan yang dipimpin oleh Mas Kadiran 10 orang anggota MBK

    tewas, 12 orang dari pasukan Brigade – B tewas serta kerugian senjata.

  • 8/19/2019 09E01033

    44/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Dengan surat kepala kepolisian tertanda No. Pol : 04, Tanggal 9 Juli 1951 dan

    kepala Kepolisian Negara No.26/XIII/1952 tanggal 6 Mei 1952 mobil brigade

    direorganisasi,dalam reorganisasi tersebut dijelaskan untuk ditingkat pusat, kepala

     bagian inspeksi mobile brigade Jawatan Kepolisian Negara ditingkat Propinsi,

    coordinator inspektur mobil brigade dan ditingkat keresidenan mobil brigade rayon

     pimpinan tehnis tetap berada pada kepolisian keresidenan. Koordinator inspektur

    mobile brigade S umut – Aceh memiliki kekuatan 8 kompi dan masing – masing

     berkedudukan :

    1.  Markas Koordinator inspektur brigade Sumut – Aceh berkedudukan di medan

     jalan putri hijau.

    2.  Kompi 5129 berkedudukan di Medan

    3.  Kompi 5132 berkedudukan di Binjai

    4.  Kompi 514 berkedudukan di Pematang Siantar

    5.  Kompi 5140 berkedudukan di Sibolga

    6.  Kompi 5134 berkedudukan di Tebing Tinggi

    7.  Kompi 5164 berkedudukan di Banda aceh

    8.  Kompi 5272 berkedudukan di Tanjung balai

    9.  Kompi 5378 berkedudukan di Makorins Mobrig

    Ditingkat jawatan kepolisian Negara disebut komandan mobile brigade pusat.

    Ditingkat propinsi disebut komandan mobile brigade daerah dengan 3 Batalyon

    senapan sebagai unsur pelaksanaan tugas. Ditingkat keresidenan adanya kesatuan

    mobile brigade hanya semata – mata didasarkan atas lokasi pasukan saja Untuk

    koordinator dan inspektur mobile brigade sumut namanya menjadi komandemen

    mobile brigade S umut – Aceh dengan kekuatan 3 Batalyon dengan kedudukan

  • 8/19/2019 09E01033

    45/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Batalyon 515 Rencong Sakti berkedudukan di Aceh dengan kekuatan 1 kompi

     berkedudukan di Banda aceh dengan nama kompi 5164 Batalyon 516 Elang Sakti

     berkedudukan di Medan dengan kekuatan 3 kompi yang terdiri dari.

    1.  Kompi 5378 berkedudukan di Medan

    2.  Kompi 5129 berkedudukan di Medan

    3.  Kompi 5132 berkedudukan di Binjai

    Batalyon 517 Patuan Nagari Anggi berkedudukan pertama di Tarutung kedua

    di P.sidimpuan dan terakhir di P.Siantar dengan kekuatan 4 kompi yang terdiri dari :

    1.  Kompi 514 berkedudukan di P.Siantar

    2.  Kompi 5140 berkedudukan di Sibolga

    3.  Kompi 5134 berkedudukan di Tebing tinggi

    4.  Kompi 5272 berkedudukan di Tanjung balai

    3.3. Proses Peralihan Mobil Brigade Menjadi Brigade Mobil

    Pada peringatan hari ulang tahun mobile brigade yang ke – XVI tanggal 14

     Nopember 1961, nama Mobile Brigade yang disingkat MOBRIG diganti dengan nama

    Brigade Mobil yang disebut dengan BRIMOB oleh Kepala Negar Indonesia Presiden

    Ir.SOEKARNO dan pada hari itu juga dengan Surat Keputusan Presiden RI

     No.591tahun 1961 Korps Brigade mobil mendapat penghargaan “Nugraha Sakanti

    Yana Utama “ karena dengan didirikannya pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan

     penuh kewaspadaan telah mendarma bhaktikan diri nya untuk kepentingan tugas

    kepolisian maupun Negara. Sebagai suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi

    tauladan yang dapat memelihara dan mengembangkan sifat – sifat kepolisian sejati,

    dengan dianugerahkannya penghargaan ini korps Brigade Mobil adalah satu – satunya

  • 8/19/2019 09E01033

    46/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    dilingkungan kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat penghargaan dari

    kepala pemerintahan dan Negara Republik Indonesia. Berdasarkan surat keputusan

    Menteri/Panglima angkatan kepolisian No Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 maret

    1965 Organisasi Korps Brigade Mobil ditetapkan sebagai berikut:

    1.  Di pusat disebut Markas Besar

    2.  Di propinsi – propinsi di sebut Resimen Korps Brimob

    3.  Lembaga pendidikan korps Brimob

    4.  Kesatuan bantuan umum dan kesatuan pelayan korps Brimob

    5.  Kesatuan tugas khusus korps Brimob

    Untuk komandemen Brimob daerah Sumut – Aceh diganti namanya menjadi

    Korps Brigade Mobil Resimen V dan sebagai komandemennya adalah AKBP K.E.

    Lumi. Korps Brigade mobil V Sumut – Aceh berkekuatan masih 3 Batalyon yang

    diganti namanya seperti :

    Markas Resimen V korps Brimob Sumut – Aceh Putri Hijau, terdiri dari :

    1.  Markas Batalyon 515 di Banda Aceh dengan kekuatan 1 kompi dengan

    sebutan kompi A

    2.  Markas Batalyon 516 di Medan jalan sei wampu dengan kekuatan 3 kompi,

    yaitu :

    a.  Kompi A berkedudukan di Medan

     b.  Kompi B berkedudukan di Binjai

    c.  Kompi C berkedudukan di Medan

    3.  Markas Batalyon 517 di pematang siantar kekuatan 4 kompi, yaitu :

    a.  Kompi A berkedudukan di P.Siantar

  • 8/19/2019 09E01033

    47/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

     b.  Kompi B berkedudukan di T.tinggi

    c.  Kompi C berkedudukan di Sibolga

    d.  Kompi D berkedudukan di T.balai

    Sesuai Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI. No. Pol. Kep / 05 / III / 1972

    tanggal 17 Maret 1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Korps Brigade

    Mobil Polri diatur sebagai berikut :

    1.  Ditingkat Pusat Markas Korps Bbrimob Polri dengan kesatuan – kesatuan di

     pusat dimasukkan dalam organic Komando Samapta Selaku Unsur Komando

    Samapta maka status dari status tersebut diatas ialah Markas Pusat Brigade

    Mobil POLRI.

    2.  Pimpinan Korps Brigade Mobil Polri disebut Komando Korps Brigade Mobil

    kesatuan – kesatuandan Staf Brimob yang di daerah dimasukkan dalam

    Organik KOMDAK dimana kesatuan ini berada di Resimen – V Sumut – Aceh

    diganti menjadi SAT BRIMOBDAK – II / SU

    Dengan demikian Korps Brimob Resimen – V Sumut – Aceh masuk dalam

    markas Komando Daerah Kepolisian – II Sumatra Utara (KOMDAK – II / SU )

    Seluruh Bataliyon di bubarkan sehingga menjadi 3 Kompi saja yang berkedudukan

    di :

    1.  Kompi 03 Berkedudukan di P. Siantar

    2.  Kompi 04 Berkedudukan di Binjai

    3.  Kompi 05 Berkedudukan di Sibolga

    Pada tahun 1994 Dibawah kepemimpinan Dansat Brimobda Sumut Letkol Pol

    Bambang Suedi mulai merencanakan dan merumuskan piranti lunak serta pelaksanaan

  • 8/19/2019 09E01033

    48/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

     penataan sarana dan prasarana guna meningkatkan pendayagunaan Sat Brimobda

    Sumut dan pembangunan Markas Batalyon di Binjai dan Markas Batalyon di Tebing

    Tinggi, sebagai satuan pelaksana dibentuk tiga Batalyon kerangka dengan kedudukan

    di :

    1.  Batalyon-A berkedudukan di Binjai dengan kekuatan 6 Kompi :

    a.  Kompi Markas berkedudukan di Binjai

     b.  Kompi 1 berkedudukan di Medan

    c.  Kompi 2 berkedudukan di Tanjung Morawa

    d.  Kompi 3 berkedudukan di Binjai

    e.  Kompi 4 berkedudukan di Binjai

    f.  Kompi Bantuan berkedudukan Binjai

    2.  Batalyon-B berkedudukan di Tebing Tinggi dengan kekuatan 6 Kompi :

    a.  Kompi Markas berkedudukan di Tebing Tinggi

     b.  Kompi 1 berkedudukan di Tebing Tinggi

    c.  Kompi 2 berkedudukan di Pematang Siantar

    d.  Kompi 3 brkedudukan di TanjungBalai

    e.  Kompi 4 berkedudukan di Tebing Tinggi

    f.  Kompi Bantuan berkedudukan di Tebing Tinggi

    3.  Batalyon-C berkedudukan di Padang Sidempuan

    3.4. Tupoksi dan Peranan Brimob

    Tugas pokok Korps Brimob Polri adalah membina kemampuan dan

    mengerahkan kekuatan Brimob guna menanggulangi gangguan Kamtibmas tinggi,

    utamanya kerusuhan massa, kejahatan teroganisir bersenjata api dan bahan peledak

  • 8/19/2019 09E01033

    49/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    dan bersama – sama dengan unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya untuk

    mewujudkan tertib hokum dan ketertiban di seluruh Wilayah Yuridiksi Nasional

    Republik Indonesia.

    Sebagai salah satu fungsi tehnis Polri, meliputi segala penyelenggaraan, usaha

    dan kegiatan dibidang pencegahan dan penindakakn pelanggaran hokum berkadar

    tinggi yang dilaksanakan dengan cepat dan mobile dalam bentuk ikatan satuan serta

    secara khusus.

    Adapun peranan Brimob Polri, antara lain :

    1.  Dalam posisi melaksanakan tugas pokoknya, maka Brimob Polri akan

    menampilkan dirinya dalam mewujudkan peranannya, seperti :

    a.  Satuan penindakan hura – hura

     b.  Satuan reserse dan intelijen

    c.  Satuan penjinak bahan peledak

    d.  Satuan search and rescue

    e.  Satuan lawan insurjensi

    f.  Satuan combat intelijen

    g.  Satuan Grilya lawan Griliya

    h.  Satuan lawan terror

    2.  Dalam posisi sebagai bantuan taktis operasional fungsi teknis kepolisian yang

    serbaguna yang berlandaskan keahlian, keterampilan taktis, teknis Brimob

    Polri dalam bentuk :

    a.  Patroli daerah rawan

     b.  Pelatihan

    c.  Pengamaan VIP/WIP

  • 8/19/2019 09E01033

    50/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    d.  Pengawal perbatasan

    e.  Eksekusi

  • 8/19/2019 09E01033

    51/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    BAB IV

    PERAN BRIGADE MOBIL

    DALAM MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN

    4.1. Perkembangan Brimob di Sumatera Utara (1961-1971)

    Sepanjang tahun 1961 – 1971 Brimob di Indonesia banyak mengalami

     perkembangan, diantaranya :

    a. Reorganisasi Ke – IV : Mobrig Diganti Menjadi Brimob 

    Pada peringatan Hari Ulang Tahun Mobile Brigade yang ke XVI tanggal 14

     Nopember 1961, Nama Mobile Brigade yang di singkat Mobrig diganti dengan nama

    Brigade Mobil yang di sebut dengan Brimob oleh Kepala Negara Indonesia Presiden

    Ir. Soekarno dan pada hari itu juga dengan surat Keputusan Presiden R.I Nomor: 591

    Tahun 1961 Korps Brigade Mobil mendapat Penghargaan “ Nugraha Sakanti Yana

    Utama” karena dengan di dirikannya pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan penuh

    Kewaspadaan telah mendarma Bahktikan dirinya untuk kepentingan tugas Kepolisian

    maupun Negara, sehingga sebagai suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi

    Tauladan yang dapat memelihara dan mengembangkan sifat-sifat Kepolisian Sejati,

    dengan di anugrahkannya Penghargaan ini Korp Brigade Mobile adalah satu satunya

    Kesatuan di Lingkungan Kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat

    Penghargaan dari Kepalan Pemerintah dan Negara Republik Indonesia

    b. Persiapan Pasukan Brimob Ke Irian Barat Dalam Rangka Ops Trikora 

    Pada Ulang Tahun Penyerahan kedaulatan RI di Jogjakarta pada tanggal 19

    Desember 1961 dicanangkan oleh Presiden RI Ir Soekarno, Tri Komando Rakyat,

    guna mengembalikan Wilayah Irian Barat ke Wilayah Indonesia, dimana Irian Barat

  • 8/19/2019 09E01033

    52/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    masih diduduki oleh kekuatan Belanda. Sadar akan panggilan Tugas maka Markas

    Besar Korp Brimob menyusun strategi tugas yang sifatnya lebih besar dalam bentuk

    Resimen Pertempuran, dalam penyusunan ini Koordinator Brimob Daerah Sumut-

    Aceh disiapkan untuk sewaktu-waktu diberangkatkan, namun karena Ops Trikora

    tidak memakan waktu lama maka yang diberangkatkan ke Irian Barat pada waktu itu

    hanya Resimen Pelopor yang tergabung dengan Pasukan-Pasukan Istimewa/khusus

    TNI.

    c. Mas Kadiran Memasuki Masa Persiapan Pensiun 

    Pada Tahun 1962 Mas Kadiran mamasuki masa persiapan Pensiun dan Jabatan

    Komandan Brimob Daerah Sumut-Aceh diserah terimakan kepada Bapak AMIR

    SUNARYO, pada tahun 1969 Mas Kadiran dipensiunkan dari tugas-tugasnya sebagai

    Anggota Kepolisian RI, dengan alasan mengundurkan diri.

    d. Persiapan Pasukan Brimob Ke Perbatasan Malaysia Ops Diwikora 

    Dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia, karena berdirinya Negara

    Malaysia diperkirakan dapat mengakibatkan gangguan Keamanan baik Fisik maupun

    Psychologis. Baik pada sebagian wilayah maupun seluruh wilayah Indonesia, maka

     bersama Satuan ABRI lainya segera membentuk Satuan Tugas menjaga Perbatasan.

    Sementara itu Sukarelawan-Sukarelawan Kepolisian RI / Korp Brimob / Menpor dan

    Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh disiapkan juga untuk mengambil bagian

    dalam Penyusupan ke Malaysia dan Singapura, tak sedikit Sukarelawan-Sukarelawan

    kita yang gugur dan Tentara dalam menjalankan Tugas tersebut.

    e. Pergantian Jabatan Komandan KOMOBDA Sumut - Aceh 

  • 8/19/2019 09E01033

    53/96

     

    Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara(1961-1970), 2009.USU Repository © 2009

    Pak Amir Sunaryo sebagai Komandan Komobda Sumut – Aceh diganti dengan

    Tumpak Tampubolon dan tak lama kemudian Tumpak Tampubolon diganti dengan