icebuss.orgicebuss.org/paper/220.docx · web viewicebuss.org
TRANSCRIPT
1
Exploratory research: Problems and Solutions Competitive Advantage
SMEs Leather Craft in Yogyakarta, IndonesiaOleh:
Dr. Dyah Sugandini, SE, M.SiUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Email: [email protected]
Dra Istiana Rahatmawati, M.SiUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Email: [email protected]
Rahajeng ArundatiUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Email: [email protected]
ABSTRACTThis study aims to find and analyze the problems that exist in SMEs. Furthermore, this study aims to provide solutions and guidance to SMEs leather craft in Yogyakarta to improve performance in order to gain competitive advantage. Exploratory studies are used as a stage towards building models developed and research settings. Data obtained from 92 SMEs active leather craft in the Yogyakarta, Indonesia. The results of an exploratory study conducted by in depth interviews and focus group discussions provide a better understanding to Researchers about the problems that exist in SMEs Leather craft in Yogyakarta. The main problem facing SMEs leather craft in Yogyakarta have not been able to optimize SMEs leather craft in Yogyakarta to be able to compete on a global level. The problems facing SMEs in Yogyakarta Leather craft related issue of raw materials, technology and production processes, products, marketing and distribution, human resources, infrastructure and finance.Keywords: Competitive advantage, SMEs and leather crafts
PENDAHULUAN
Persaingan global menjadi sesuatu yang harus dihadapi perusahaan apabila ingin tetap
bertahan dan harus memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat bersaing di pasar global (Porter,
2006). Agar dapat bersaing dan unggul, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh
perusahaan industri adalah mengadopsi dan menerapkan praktik pengelolaan operasi perusahaan
yang terbaik. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan
dalam lingkungan yang dinamis dan merespon secara proaktif perubahan tersebut melalui
2
perbaikan terus-menerus fungsi operasinya untuk mencapai kinerja yang lebih berkualitas atau
superior (Gavrea, et al, 2011). Setiap Usaha Kecil Menengah (UKM) akan berupaya semaksimal
mungkin untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, pelayanan yang cepat, mudah, dan terus
memberikan perubahan-perubahan yang baru untuk tetap bertahan dan mampu bersaing di pasar.
Dengan meningkatnya jumlah kompetitor asing dan dalam negeri, UKM diharapkan dapat
meningkatkan kinerja eksternal dan internal nya agar tetap dapat bersaing di pasaran. Sehingga
untuk perkembanganya perusahaan perlu untuk selalu bersikap proaktif dalam menanggapi
berbagai perubahan lingkungan yang bersifat dinamis dengan menciptakan dan mengembangkan
strategi bisnis (Wortzel dan Wortzel, 1981).
Keberadaan UKM merupakan sumber kehidupan ekonomi selayaknya ditempatkan
sebagai pilar utama dalam mengembangkan system ekonomi kerakyatan. Dengan representasi
dalam unit usaha yang sangat besar maka keberadaan UKM merupakan representasi perwujudan
ekonomi rakyat. UKM terbukti mempunyai daya tahan yang kuat terhadap krisis dan lebih
mampu memeratakan konsepsi pembangunan ekonomi termasuk peluang kerja. Yogyakarta
memang dikenal sebagai kota pusat berbagai kerajinan dan kesenian. Yogyakarta diresmikan
sebagai kampung industry kerajinan kulit pada tahun 2006. Kerajinan kulit di Yogyakarta
beberapa tahun terakhir ini menoreh prestasi hingga tingkat nasional dalam berbagai ajang lomba
dan memendam potensi yang mendunia. Produk kerajinan dari bahan kulit telah mampu
menembus pasar internasional seperti Amerika, Jepang, Jerman dan Korea. Industri kecil skala
rumahan marak dan semakin berkembang pesat pada beberapa tahun ini. Terdapat tak kurang
dari 92 unit usaha industri kerajinan. Kerajinan kulit mendominasi jumlah pengrajin yang ada.
Industri mikro dan kecil tersebut mendominasi dan berpengaruh besar terhadap perputaran
perekonomian wilayah. Pasaran lokal Yogyakarta dan sekitarnya mencapai sekitar 60%.
Jangkauan pasaran nasional seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Jawa Timur,
Palembang dan Sulawesi mencapai 35%. Dan 5% lainnya berhasil menembus pasar
internasional.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menganalisis permasalahan yang ada di UKM.
Lebih lanjut penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi dan arahan kepada UKM kerajinan
kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperbaiki kinerja dalam rangka mendapatkan
3
keunggulan bersaing. Studi eksploratori digunakan sebagai tahapan terhadap bangunan model
yang dikembangkan dan seting penelitian. Studi ini dilakukan untuk mengetahui area baru agar
mendapatkan pemahaman lebih lanjut atas fenomena yang terjadi (Neuman, 2000). Studi
eksploratori ini digunakan sebagai studi awal menggunakan analisis kualitatif yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai karakteristik subyek dan obyek penelitian
dan juga digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang baik mengenai konsep-konsep dalam
model penelitian. Studi eksploratori memberikan ruang kebebasan dan eksplorasi yang luas bagi
peneliti. Keleluasaan ini dapat memunculkan kemungkinan terjadinya kesalahan arah interpretasi
data sehingga membentuk suatu kesimpulan atau penggunaan teori yang salah (Cooper dan
Schindler, 2003). Namun demikian, dalam studi ini kemungkinan kesalahan direduksi dengan
menggunakan analisis isi (content analysis) dalam melakukan interpretasi data kualitatif.
Analisis isi adalah studi yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi.
Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi UKM Kulit Yogyakarta dan kurang dapat
mengantisipasi dinamika lingkungan yang berkembang di masyarakat.
TINJAUAN TEORI
Keunggulan Bersaing
Persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Hal ini mengandung
pengertian bahwa kegagalan tergantung pada keberanian perusahaan untuk bersaing, tidak
mungkin keberhasilan bisa diperoleh (Porter, 2006). Persaingan menentukan ketepatan aktivitas
perusahaan yang dapat menyokong kinerjanya,seperti inovasi,budaya kohesif atau pelaksanaan
yang baik. Strategi bersaing adalah pencarian akan posisi bersaing yang menguntungkan di
dalam suatu industri, area fundamental tempat persaingan terjadi. Strategi bersaing bertujuan
untuk menegakan posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kerkuatan-
kekuatan yang menentukan persaingan industri. Menurut (Goyal, 2001) adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di
pasar dalam industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa
memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi
pemasaran yang efektif. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat
keuntungan dan posisi yang langgeng ketika menghadapi persaingan.
4
Keunggulan bersaing adalah keuntungan lebih daripada pesaing yang diperoleh dengan
menawarkan nilai konsumen yang lebih besar, baik harga yang lebih rendah atau dengan
memberikan keuntungan lebih besar dan layanan yang membenarkan harga yang lebih tinggi
(Porter, 2006). Keunggulan bersaing didefinisikan sebagai “kemampuan dari sebuah organisasi
untuk membuat posisi pertahanan terhadap pesaing" (Li et al. 2006). Ini terdiri dari kemampuan
yang memungkinkan organisasi untuk membedakan dirinya dari para pesaingnya dan merupakan
hasil dari keputusan manajemen kritis.
Keunggulan bersaing menurut Porter (2006) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam
industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki
kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih strategi pemasaran
yang efektif.
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat
dijalankan secara aktual dan misi perusahaan tercapai (Steers, 2003). Kinerja perusahaan
mengacu pada seberapa baik suatu perusahaan mencapai tujuan yang berorientasi pada pasar dan
keuangan (Yamin et al., 1999). Untuk meningkatkan distribusi barang dan jasa, serta sharing
informasi dan financial dari hulu ke hilir dalam UKM, maka diperlukan pengelolaan secara
komprehensif. Selain hasil kinerja dan efisiensi yang perlu ditingkatkan, perusahaan juga harus
memahami dan mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen. Li et al., (2006)
menggunakan dimensi pengukuran strategi bersaing dengan menggunakan harga, kualitas,
delivery dependability, inovasi produk dan time to market sebagai tolak ukur dalam mengelola
dan menerapkan strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat keuntungan dan
posisi yang kuat ketika menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan
arah strategi perusahaan yang bukan merupakan tujuan akhir, tetapi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan, yaitu kinerja perusahaan yang menghasilkan keuntungan relatif
tinggi (Ferdinand, 2003).
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki.Kinerja merupakan
suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas
5
dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biayabiaya
masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau
akuntabilitas manajemen dan semacam nya (Yamin et al., 1999). Kinerja adalah kemampuan
kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan
menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Kinerja
usaha mengacu pada seberapa baik suatu perusahaan berorientasi pada pasar serta tujuan
financialnya. Penilaian kinerja mengandung tugas-tugas untuk mengukur berbagai aktivitas
tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan.
Perbaikan manajemen meliputi: (a) perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c)
perbaikan evaluasi. Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non
keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu
dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan
customer dan cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas. Setelah pengelolaan
dilakukan terhadap suatu usaha diharapkan kinerja usaha tersebut akan membaik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada UKM Kerajinan Kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia.
yang merupakan UKM yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi dari bahan baku
kulit sapi maupun domba. Populasi pada penelitian ini meliputi beberapa wilayah di Daerah
Istimewa Yogyakarta, yaitu: Patangpuluhan, Keparakan, Sleman, Umbulharjo dan Desa
Manding yang berjumlah 92 UKM aktif. Unit sampel dalam penelitian ini adalah individu. Unit
sampel diambil dengan metode purposive. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan
sampel secara purposive karena responden harus memenuhi kriteria sebagai individu yang
terlibat di dalam proses pengambilan keputusan strategi UKM. Responden dapat berperan
sebagai inisiator, pemberi pengaruh, atau pengambil keputusan di UKM. Responden memiliki
karakteristik sesuai dengan yang ditentukan seperti UKM telah beroperasi lebih dari 3 tahun,
memiliki karyawan minimal 2 orang dan pemilik sekaligus pengelola UKM bertanggung jawab
secara langsung dalam proses produksi.
6
Metode pengumpulan data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer. Data diperoleh
melalui observasi langsung, wawancara personal secara mendalam dan diskusi group terfokus.
Observasi langsung digunakan untuk mengidentifikasi perilaku dan kondisi lingkungan fisik
UKM kerajinan kulit. Observasi langsung memiliki kelebihan dalam menangkap fenomena yang
tidak terungkap melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Teknik penarikan sampelnya
adalah sensus. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth interview) dan
wawancara kelompok secara mendalam (group depth interview).
Tipe data dan metode analisis data
Penelitian ini menghasilkan data kualitatif. Data kualitatif terutama diperoleh melalui wawancara
personal dan observasi. Data kualitatif dianalisis terutama menggunakan content analysis. Hasil
wawancara dan observasi direkam (rekam suara dan gambar) kemudian dilakukan content
analysis dan kodifikasi. Kodifikasi data selanjutnya dapat digunakan untuk memahami fenomena
dan keterkaitan antar fenomena.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi responden
Kuisioner yang dibagikan kepada responden berjumlah 92 kuisioner, yaitu seluruh UKM yang
masih aktif di sentra kerajinan kulit di Desa Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan, Desa
Keparakan Kecamatan Mergangsan, Kecamatan Sleman, Kecamatan Umbulharjo dan Desa
Manding Kecamatan Bantul, yang memiliki karakteristik sesuai dengan yang ditentukan.
Tabel 1Deskriptif karakteristik responden
Variabel Kategori Jumlah PersenJenis Kelamin Laki-laki 73 79.3%
Perempuan 19 20.7%Umur (tahun) < 25 tahun 0 0.0%
25 - 30 tahun 11 12.0%31 - 35 tahun 20 21.7%36 - 40 tahun 18 19.6%> 40 tahun 43 46.7%
Pendidikan SMP 9 9.8%SMA 41 44.6%Diploma 26 28.3%Sarjana S1 16 17.4%
Jabatan responden Pemilik Sekaligus Pengelola 87 94.6%
7
Pengelola 5 5.4%Lamanya usaha < 5 tahun 1 1.1%
5 - 10 tahun 20 21.7%11 - 15 tahun 44 47.8%16 - 20 tahun 27 29.3%> 20 tahun 0 0.0%
Jumlah Karyawan 1 - 3 orang 22 23.9%4 - 6 orang 64 69.6%> 6 orang 6 6.5%
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Hasil Riset Eksploratori
Riset eksploratori menghasilkan temuan-temuan yang memberikan gambaran fenomena dan
permasalahan yang dihadapi oleh UKM Kerajinan kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Permasalahan di UKM kerajian Kulit dan Batik adalah sebagai berikut:
a. Bahan baku (suplai, mutu, alternatif sumber).Bahan baku kulit dengan kulitas yang bagus biasanya diperoleh dati kota Magetan, Di
Magetan proses penyamakan kulitnya sudah relative bagus dan berkualitas eksport. Bahan
baku ini mudah untuk diperoleh dan pengirimannya tepat waktu. Di samping dari Magetan,
bagan baku kulit sudah bisa didapatkan dari indutri penyamakan kulit di Jogja, seperti dari
pabrik kulit yang ada di daerah Prawirodirjan dan Kota Gede. Meskipun kulit dari Jogjakarta
ini tidak selembut dan sebagus kulit yang berasal dari Magetan. Supplier bahan baku untuk
vinel dan batik, sudah tersedia di Yogyakarta dengan harga yang terjangkau dan kualitas
yang bagus.
b. Teknologi dan proses produksi
Peralatan yang digunakan oleh para pengrajin kulit ini masih sangat sederhana. Mesin utama
yang digunakan oleh setiap pengrajin adalah mesin jahit. Dengan mesin ini para pengrajin
mampu memproduksi berbagai jenis produk.Terdapat mesin jahit khusus untuk pembuatan
tas (flatbed). Namun para pengrajin tas kulit juga bisa menggunakan mesin jahit tangan untuk
kain dengan sedikit modifikasi. Flatbed modifikasi ini memerlukan penambahan pegas pada
struktur mekanik mesin yang dimaksudkan untuk memperkuat daya tekan jarum sehingga
mampu menembus kulit yang relatif lebih kuat dari pada kain. Mesin yang lain seperti mesin
seset digunakan untuk menipiskan bagian-bagian kulit yang akan disambung satu dengan
yang lain, mesin jahit postbed digunakan untuk menjahit bagian-bagian yang sulit seperti
8
sudut-sudut tas, serta mesin stamping yang digunakan sebagai pencetak merk pada proses
finishing. Selain mesin-mesin tersebut, diperlukan peralatan seperti pisau kulit, pisau seset,
gunting, pensil, penggaris, jarum tangan, plong, serta palu. Sedangkan alat bantu utama
lainnya adalah meja potong dan meja gambar. Semua fasilitas ini disediakan oleh pengusaha
pengrajin pada para pengrajinnya. Sarana produksi berupa alat pres sandal sebanyak, mesin
potong berbagai jenis produk, mesin jahit juki, mesin jahit biasa, etalase, peta lokasi para
perajin, papan penunjuk arah, papan nama usaha dan Mesin Hembos (untuk pengecapan
merek), Kapasitas yang bisa dihasilkan dari pembuatan sandal rata-rata 100 sandal per hari,
tas bisa terseleaikan dalam waktu 2 hari per tas. Layout di UKM Kerajian Kulit ini, hampir
semuanya tidak memiliki layout yang teratur. Para pengrajin di UKM ini tidak
mememtingkan layout. Bahkan ruang tempat produksi juga masih bercampur dengan
ruangan kerja lainnya. Ada juga yang bercampur dengan kegiatan rumah tangga si pemilik.
Jaminan mutu produk, biasanya hanya dinilai oleh pihak yang pesan. Pengrajin di UKM ini
belum mendapat sentuhan untuk standarisasi produk. Ini yang membuat produk UKM
ketrajian kulit dan lainnya ini sering kalah di pasaran internasional. Cara pengusaha
melakukan kontrol terhadap pengrajinnya dan penggunaan bahan baku adalah dengan
membandingkan kuantitas bahan baku yang digunakan dengan jumlah produk yang
dihasilkan.
c. Produk (jenis, jumlah, spesifikasi, mutu).
Selain tas kulit dan koper sebagai produk utamanya, para pengrajin kulit juga memproduksi
berbagai produk dari kulit yang berupa ikat pinggang, dompet, sepatu, jaket, dan juga
gantungan kunci. Produk-produk tersebut dihasilkan tanpa adanya pemisahan produksi.
UKM ini juga menghasilakan sandal kulit, yang merupakan perpaduan antara kulit dan batik.
Umumnya semua jenis produk yang dihasilkan pengusaha pengrajin akan mereka tawarkan
di showroom yang mereka miliki. Selain bentuknya yang beragam, harga masing-masing
produk juga bisa beragam. Perbedaan harga dikarenakan perbedaan banyaknya bahan baku
yang digunakan dan tingkat kesulitan pembuatannya. Semakin banyak bahan kulit yang
digunakan dan semakin rumit produknya akan semakin mahal harganya. Selain harga dan
bentuk, merk juga beragam. Beberapa produk dipasarkan tanpa merk, sebagian yang lain
dengan merk sendiri, dan sisanya bisa terdiri dari berbagai merk baik dalam negeri maupun
merk asing. Setiap minggunya ukm ini mampu memproduksi 100 sandal. Sandal yang sudah
9
jadi akan dijual ke Pasar Beringharjo, dikirim ke Semarang, Solo, Surabaya, Bekasi, Jakarta,
Kalimantan dan kota-kota besar lainnya. Ada juga yang dikirim ke Jepang namun tidak
banyak, hanya menyesuaikan pesanan saja. Standar Nasional Indonesia mengenai produk
dari kerajinan kulit membuat kualitas yang dihasilkan sangat beragam. Keadaan yang
demikian menyulitkan para pengusaha untuk mencapai standar kualitas yang baik.
d. Pemasaran dan Distribusi produk hingga ke tangan konsumen.
Harga untuk tas kulit sapi untuk wanita dan pria produksi mulai harga Rp 250 ribu. Sabuk
kulit yang satunya dijual dari harga Rp 80 ribu hingga Rp 200 ribu, serta dompet kulit
seharga Rp 12S ribu. Sandal kulit dihargai sebesar Rp. 15.000 / pasang. Sepatu dan sandal
hasil karya pengrajin dari Kampung Kerajinan Kulit Yogyakarta ternyata diminati masyarakat
luar negeri. Untuk menciptakan peluang-peluang pasar yang baru, para pengrajin juga sering
mengadakan acara yang bertujuan untuk memperkenalkan produknya pada konsumen, dalam
bentuk promosi secara langsung menggunakan brosus atau lewat internet, mengadakan
pameran bersama dengan Disperindagkop. Pemasaran produk kulit umumnya dibedakan
dalam dua bentuk. Pertama adalah penjualan langsung, baik melalui toko-toko, counter
ataupun melalui agen-agen dari pengusaha yang bersangkutan. Kedua adalah melalui pesanan.
Untuk penjualan langsung ternyata kurang memberikan keuntungan karena tidak cepat laku.
Omzet terbesar di dapat dari pesanan. Proses pemasaran dimulai dari pilihan konsumen.
Konsumen yang dalam hal ini adalah pemesan memilih salah satu desain produk atau juga
bisa juga memiliki desainnya sendiri kemudian memesan produk pada pengrajin. Jika pesanan
dalam jumlah besar, maka pengrajin akan membuat model terlebih dahulu dan kemudian
diberikan kepada pemesan untuk melihat hasil tersebut. Jika pemesan cocok, maka akan
dibuat kontrak untuk menyelesaikan seluruh pesanan. Dalam memilih merk, pemesan juga
bisa memilih untuk menggunakan merk dari pengrajin (beberapa pengrajin memiliki merk
sendiri dan telah dipatenkan), tanpa merk, atau juga bisa menggunakan merk si pemesan
sendiri. Produk yang telah selesai bisa diambil pemesan atau juga bisa diantarkan oleh pihak
pengrajin. Ongkos kirim bisa ditanggung pemesan, atau dibebankan pada harga pokok
produksi.
e. SDM (kualifikasi dan jumlah, peluang training).
Tenaga kerja pada usaha kerajinan kulit terbagi menjadi dua. Yaitu pengrajin dan manajemen
(termasuk didalamnya adalah pengusaha pengrajin). Sementara pekerja adalah keluarga dari
10
pengrajin yang membantu dalam proses produksi. Para pekerja ini tidak dibayar karena
mereka dihitung sebagai bagian dari penghasilan pengrajin. Pekerja ini ada lebih sebagai
proses pembelajaran untuk menghasilkan generasi pengrajin berikutnya. Status para
pengrajin ini terikat pada satu pengusaha. Dalam proses produksi kesehariannya, para
pengrajin memproduksi berdasarkan target. Pengusaha yang menerima pesanan dalam
jumlah besar, menawarkan kepada para pengrajinnya kuantitas yang mampu diproduksi
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian, pengusaha akan menyediakan semua
bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah produk yang mampu dihasilkan tersebut.
Selain itu untuk peningkatan SDM juga telah dilakukan pelatihan pengembangan desain,
pelatihan manajemen pemasaran, pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan penataan ruang
kerja dan pelatihan e-comerce.
f. Sarana dan Prasarana
UKM kerajinan kulit mempunyai ruang administrasi, ruang kerja dan showroom yang
menjadi satu. Karena kurangnya lahan yang mereka miliki sehingga menyebabkan UKM
menempatkan mesin produksi, bahan baku dan produk akhir pada satu tempat. Akses UKM
ke jalan raya relatif dekat.
g. Keuangan
Untuk pembiayaan usaha kerajinan, pihak bank biasanya membedakan pembiayaan untuk
industri kecil dan besar. Pembiayaan bank hanya untuk modal kerja sedangkan untuk
investasi para pengusaha menggunakan modal sendiri. Hal ini terjadi karena masih sulitnya
untuk meminjam kredit investasi dari bank. Kredit diberikan sebagai kredit modal kerja.
Pengrajin yang memperoleh kredit umumnya telah menjalankan usaha cukup lama, sehingga
bank memperoleh informasi yang cukup mengenai karakter dan kemampuan pengusaha.
Laporan Keuangan masing-masing UKM belum dibuat, sehingga masing-masing UKM ini
tidak bisa menginformasikan laporan keuangannya.
Pembahasan dan Altenatif Solusi
Keunggulan bersaing sebagai variabel intervening juga memiliki peran sebagai strategi
bersaing dalam operasional yang berbeda dengan perusahaan lain maka dalam bisnisnya UKM
akan memperoleh hasil yang maksimal dan menguntungkan, selain itu perusahaan selalu
mengikutsertakan pemasok dalam membuat perancangan strategi serta perusahaan juga selalu
berinteraksi dengan pelanggan untuk menetapkan standar (standar pengiriman, dalam merespon
11
pelanggan). Hasil pengumpulan dan analisis data yang dilakukan peneliti terkait kondisi yang
dihadapi UKM kerajinan kulit dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel. 2Matrik Permasalahan dan Solusi serta strategi keunggulan bersaing
UKM Kerajinan Kulit
Bidang Persoalan prioritas mitra
Solusi penyelesaian masalah Strategi keunggulan BersaingTahap 1 Tahap2 Tahap3
Bahan baku Ketersediaan bahan baku kulit halus
- Pembelian lewat internet
- Jaminan pembayaran
- Jaminan pemesanan secara rutin
- Pencarian sumber bahan baku terdekat dan termurah bagi UKM kerajinan kulit
- Bahan baku utama dan bahan baku penjunjang serta asesoris bisa diupayakan mudah untuk diperoleh
- Jadwal produksi sudah ada, sehingga ketersediaan bahan baku bisa direncanakan dengan baik dan kelangkaan bahan baku bisa diminimalkan.
- Membuat link UKM dengan penyedia bahan baku
- Menjadikan supplier bahan baku sebagai mitra
- Perbaikan kemampuan mengelola pengembangan produk dan jejaring mitra
Ketersediaan bahan penunjangKetersediaan asesoris
Teknologi dan proses produksi
- Kurangnya teknologi desain
- Layout- Mesin produksi- keterbatasan
peralatan- masih manual dan
belaum menggunakan teknologi modern
Link dengan pelaku-pelaku seni yang bergerak bidang disain kerajinan.Perubahan layout yang mempermudah proses produksi
Mengupayakan proses produksi yang lebih modernAda penjadwalan produksiMenyediakan Skema kebutuhan bahan baku, wipMelakukan studi keseuiaan alat dengan proses serta produk yang dihasilkan UKM
- diupayakan pengadaan alat-alat modern untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
- ketersediaan peralatan yang dibutuhkan
- mesin-mesin produksi dilengkapi
- mengupayakan standar internasional untuk produk yang dihasilkan.
Kemandirian UKM dalam membuat disain produk yang tidak mudah ditiru, dan mempunyai nilai estetika dan nilai jual yang tinggi. Proses produksi diarahkan menggunakan teknologi.
Penanganan produk jadi lebih sedikit
Produk - Belum ada perencanaan material (MRP)
- Produk masih diproduksi manual
Mengupayakan disain produk yang marketable
Pengawasan kualitas produk
Mengupayakan disain produk yang marketable
Pengawasan kualitas produk
Mengupayakan paten atas produk yang dihasilkan
Mengupayakan Standardize produk
Perencanaan material mulai diterapkan, permintaan produksi muali dibuat dan ada continuous improvement untuk produk yang dihasilkan.
12
Perbaikan kualitas produk
Perbaikan kualitas produkMelakukan karakteristik dan klasifikasi produk
Produk mendapatkan ISO
Produk sudah mendapatkan hak patenSertifikasi produk dan standar kualitas sudah diakui secara internasional
Pemasaran dan Distribusi
- berkurangnya minat masyarakat terhadap produk kulit
- harga yang relatif mahal
- Belum memiliki showroom
- merk si pemesan- kurangnya promosi- belum memahami
penjualan mengunakan on line
- perbaikan segmentasi
- perbaikan target pasar
- perbaikan cara promosi dan periklanan produk
- Pelatihan Ekspor-impor
- Perbaikan pengelolaan dan pengembangan usaha lewat website
- Membangun kemitran dengan disperindagkop untuk ikut mempromosikan produk kerajian UKM Kerajinan kulit
- Membangun link dengan agen-agen promosi daerah
- Membangun hubungan dengan agen-agen wisata
Melakukan posisioning produkMelakukan strategi pengemasan, pelabelan, penjaminan dan garansiMembuat blogMembuat websitePembuatan discount produkMembuat penjadwalan pameranMembuat trial produkPenyempurnaan dan revisi brosur, katalog, penataan showrom, pameran sesuai dengan permintaan
Minat masyarakat menggunakan produk berbahan baku kulit meningkatHarga bisa bersaingPromosi sudah dilakukan secara kontinyuUKM sudah rutin terlibat dalam even-even pameran, baik skala nasional maupun internasional.Branding untuk produk UKM sudah bagusUKM sudah menjual produknya melalui on line shopping.Produk UKM bisa merambah ke International secara konsisten.
Sumber daya manusia,
- kesejahteraan dan asuransi SDM belum ada
Survey kebutuhan kesejahteraan karyawan dan program asuransi yang tepat
Pelatihan tentang product knowledge
Tenaga kerja didaftarkan pada jaminan kesehatan dan asuransi ketenaga kerjaan yang lain.
Para pengrajin diusahakan mendapatkan sertifikasi pengrajin yang diakui secara internasional
Standar kelayakan memperkerjakan SDM sudah dapat diterapkan
Asuransi karyawan sudah ada
Sertifikasi pengrajin sudah dimiliki semua pengrajinProduk dan desain produk sudah sesuai dengan kualitas internasional dan sudah ada pendampingan dari eksportir dan pemerintah untuk kesiapan sdm kea rah persaingan global.
Peningkatan kemampuan melakukan pengembangan inovasi produk yang berorintasi ekspor secara langsung.
Peningkatan kemandirian dalam berbisnis dengan mitra Luar negeri
- SDM masih melakukan proses produksi otodidak
Pelatihan tentang product knowledge
- Belum mempunyai jiwa entrepreneur
Pelatihan dan pendampingan Kewirausahaan
Pelatihan dan pendampingan Kewirausahaan
- Inovasi masihKurang
Pelatihan keinovasian SDM
Pelatihan keinovasian SDM
Pelatihan tentang product knowledge
- Kemampuan disain produk masih kurang
Pelatihan dan pendampingan dengan team disain perguruan tinggi
Pelatihan dan pendampingan dengan team disain perguruan tinggi, pelaku bisnis dan eksportir.
Pelatihan dan pendampingan Kewirausahaan
- penjadwalan pekerjaan belum
Penjadwalan produksi lengkap
Pelatihan dan pendampingan
13
tepat sehingga penjadwalan pekerjaan bisa berjalan dengan baik
dengan team disain perguruan tinggi
Sarana prasarana
- tempat usaha belum banyak diketahui orang
- belum adanya sarana yang memudahkan ukm untuk mengikuti berbagai ajang pameran.
Pembuatan papan penunjuk lokasi
Rencana pembuatan showroom terpadu
Kemudahan akses ke lokasi produksi dan showroom
Pembuatan papan penunjuk lokasi
Rencana pembuatan showroom terpadu.
Kemudahan akses ke lokasi produksi dan showroom
Pembuatan papan penunjuk lokasi
Kemudahan akses ke lokasi produksi dan showroom
Tersedianya showroom dan took khusus kerajian berbahan dasar batik
Tersedianya papan penunjuk arah menuju kawasan UKM Kulit. Ruang workshop sudah tersedia dan terfasilitasi oleh pemerintahSarana untuk mengikuti pameran nasional dan internasional semakin terjamin.
Produk kerajian ukm bisa masuk ke took-toko
Keuangan Perhitungan biaya produksi belum adaLaporan keuangan belum ada(neraca dan lap R/L).Analisa kelayakan usaha belum pernah dibuat
Pelatihan dan pendampingan, akuntansi dan keuanganStudi banding ke perusahaan yang sudah sukses melakukan ekspor impor
Studi banding ke perusahaan kulit sejenis untuk bench,ark tentang fasilitas yang dibutuhkan, modal, laporan keuangan, dll
Peningkatan pengelolaan catatan akuntansi Pendampingan pelaporan keuangan yang akuntable dan diakui oleh akuntant publicPembelian software akuntansi dan pelatihannya
Peningkatan pengelolaan catatan akuntansiTersedianya laporan keuangan yang akuntable dan transparanLaporan Rugi dan Laba bisa terlihat dengan jelasAdanya laporan kelayakan usaha untuk mempermudah pihak UKM mendapat fasilitas kredit dari perbankan dan mendapatkan bantuan dari investor, baik dari pemerintah maupun dari swasta.
Sumber: Data Primer, 2016
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Hasil studi eksplorasi yang dilakukan dengan in depth interviews dan focus group
discussion memberikan pemahaman yang lebih baik bagi peneliti tentang permasalahan yang ada di UKM kerajinan Kulit di Yogyakarta. Permasalahn yang dihadapi UKM Kerajinan kulit Daerah Istimewa Yogyakarta ini belum bisa mengoptimalkan UKM Kerajinan kulit Daerah Istimewa Yogyakarta untuk bisa bersaing di tingkat global. Adapun masalah yang dihadapi UKM kerajianan Kulit Daerah Istimewa Yogyakarta terkait maslah bahan baku,
14
teknologi dan proses produksi, produk, pemasaran dan distribusi, sumberdaya manusia, sarana prasarana dan keuangan. Beberapa solusi terkait penyelesaian masalah ini dilakukan antara lain, membuat link UKM dengan penyedia bahan baku, menjadikan supplier bahan baku sebagai mitra, perbaikan kemampuan mengelola pengembangan produk dan jejaring mitra. Produk sudah mendapatkan hak paten. Sertifikasi produk dan standar kualitas bisa diakui secara internasional. Meningkatkan minat masyarakat menggunakan produk berbahan baku kulit. Penetapan harga bersaing, promosi sudah dilakukan secara kontinyu, rutin terlibat dalam even-even pameran, baik skala nasional maupun internasional, membuat branding untuk produk UKM, penjualan produk melalui on line shopping.Keterbatasan penelitian dan rekomendasai untuk penelitian berikutnyaPenelitian ini juga hanya menganalisis berbagai permasalahan yang muncul di UKM kerajinan kulit Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan studi eksploratori. Penelitian ini belum melanjutkan pada proses studi kuantitatif untuk mencari sebab dan akibat dari setiap permasalahan yang muncul pada UKM kerajian kulit yang menyebabkan kinerja UKM menjadi buruk sehingga berefek pada menurunnya keunggulan bersaing. Kuantitatif riset sebaiknya dilakukan untuk memperkuat hasil temuan ini untuk dapat memberikan justifikasi yang lebih kuat atas hasil riset ini. Riset kuantitatif memiliki kekuatan untuk menjelaskan hubungan kausalitas dan pengaruh antar konstrak dengan penerapan teori probabilitas yang tercermin dalam analisa statistik. Namun demikian, kelemahan pendekatan kuantitatif adalah dalam memberikan penjelasan atau makna sosial yang terkait dengan angka-angka statistik. Studi kuantitatif lebih tepat digunakan untuk mengidentifikasikan kovariansi variable penelitian tidak berdasarkan urutan waktu terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, D.R and Schindler, P.S (2003), “Business Research Methods,” 8th ed. Boston: McGraw-Hill. Companies
15
Ferdinand, Augusty Tae (2003), Sustainable Competitive Advantage: Sebuah Explorasi Model Konseptual. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gavrea, C, Ilieş, L, Stegerean, R (2011), “Determinants Of Organizational Performance: The Case Of Romania”, Management & Marketing Challenges for the Knowledge Society Vol. 6, No. 2, pp. 285-300.
Goyal, S.K., dan Cardenas-Barrron, L.E. (2001), Note on: ‘An optimal batch size for a production system operating under a just-in-time delivery system’. International Journal of Produciton Economics. Pp: 72:99
Li, S., Ragu-Nathanb, N.B., Ragu-Nathanb, T.S. and Subba R, S. (2006), “The Impact of Supply Chain Management Practise on Competitive Advantage and Organizational Performance,” Omega, 34 (1). 107 – 124.
Neuman, W. L (2000), “Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches,” Boston: Allyn and Bacon.
Porter, ME, 2006.Competitive advantage: creating and sustaining superior performance. New York. The Free Press productivity-technology dilemma. Boston, MA: The Harvard Business School Press; 1985. p. 63– 110.
Steers, R. M. (2003), Organization Effectiveness, A Behavioral View, Good Year Publishing Company
Wortzel, L.H. and Wortzel, H.V. (1981), “Export marketing strategies for NIC- and LDC- based firms”, Columbia Journal of World Business, Vol. 16 No. 1, pp. 51-59.
Yamin, S., Gunasekaran, A. and Mavondo, F. T. (1999), ‘Innovation Index and Its Implications on Organisational Performance: A Study of Australian Manufacturing Firms’, International Journal of Technology Management, vol. 17, no. 5, pp. 495-503.
Yamin S, Gunasekaran A, Mavondo, F.T. (1999), “Relationship between generic strategies, competitive advantage and organizational performance: an empirical analysis”. Technovation 19 (1999) 507–518.