document
DESCRIPTION
rrrTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orang yang pertama kali melakukan persilangan dengan dengan menggunakan
tumbuhan sebagai bahan adalah seorang alim ulama berkebangsan Australia bernama
GEOGOR MENDEL (1822-1884) pada tahun 1866. Mendel diakui sebagai bapak genetika.
Dalam percobaan awal Mendel ia menggunakan 1 sifat beda pada tumbuhan sebagai alat
uju silang. Yang mana dalam persilangan monohybrid didapat hasil anakan dengan rasio
fenotip 3 : 1. Hali ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Ini dikenal sebagai
Hukum I Mendel (Suryo, 1996).
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat
yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang
bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk
setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data
kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat
(polihibrid) (Suryo,1996).
Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda.
Prinsip-prinsip hereditas atau persilangan ini ditulis oleh Gregor Johann Mendel pada
tahun 1865. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa
gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan
dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Seringkali terjadi
penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan
sebagainya (Campbell, 2008).
Oleh sebab itu untuk membuktikan hukum mendel II ini maka dilakukan percobaan
imitasi perbandingan genetis yang diharapkan dapat memberikan gambaran
kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet tertentu secara acak atau random.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
kemungkinan gen-gen yang dibawah oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu secara
acak atau random.
1.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 14 Maret 2013, mulai pukul
14:30-17:30 WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Lantai 1, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian (Irham, 2012):
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagaiHukum Pertama
Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum Mendel 1 (hukum segragasi) menyatakan bahwa
pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok ( Campbell, 2008):
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter yang
diwarisi.
2. Setiap karakter, organisme mewarisi dua alel, satu dari masing-masing induk
3. Jika dua alel pada suatu lokus berbeda, maka salah satunya, alel dominan menentukan
kenampakan organisme, yang satu lagi alel resesif, tidak memiliki efek nampak pada
kenampakan organisme.
Contoh :
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara
fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe
berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan
dari genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru
(semuanya bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama
ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada
baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4
kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe:
RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna
merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1 (Anonim, 2012).
Hukum kedua Mendel (Hukum Absortasi Bebas) menyatakan bahwa bila
dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat
secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata
lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Apabila domonansi
nampak penuh ,maka perkawinan dihibrid menghasilka keturunan dengan perbandingan
fenotip 9:3:3:1.Pada semidominansi (artinya domonansi tidak tampak penuh,sehingga ada
sifat intermedier) maka hasil perkawinan monohibrid menghasikan keturunan dengan
perbandingan 1:2:1.Tentunya mudah di mengerti bahwa pada semidominansi,perkawinan
dihibrid akan mengahsilkan keturunan dengan perbandingan
1:2:1:2:4:2:1:2:1(Suryo,2004).
Contoh:
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan
panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat
dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara
gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Kombinasi
gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua
sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu
keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil
individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2
bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss);
dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika
genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail
mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:
1:2:1:2: 1 (Anonim, 2012).
Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang di peroleh benar menyimpang dari
nisbah yang di harapkan,tidak secara betul.Perbandingan yang di harapkan berdasarkan
pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas. Perlu di adakan evaluasi
terhadap kebenaran atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan di bandingkan
dengan keadaan secara teoritis.suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu adalah
melakukan test “chi-squre”.Di nyatakan dengan rumus :
X2= ∑
Keterangan : X2 = chi kuadrat
∑ = Jumlah
e = hasil yang di ramal/di harapkan (inggrisnya “expected”)
d = deviasi / penyimpangan (inggrisnya “observed”) dan hasil yang diramal
( Suryo,2004).
Tabel Chi Square passel.unl.edu
Dalam hitungan,harus di perhatikan besarnya derajat kebebasan (bahasa inggrisnya :
degree of freedom),yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip di kurangi dengan
satu.Dalam tabel,makin kekanan nilai kemumgkinan itu makin menjauhi nilai 1,yang
berarti bahwa data hasil percobaan yang di peroleh itu tidak baik.Makin kekiri nilai
kemungkinan makin mendekati 1 (100%),yang berarti bahwa data percobaan yang di
peroleh adalah baik.Apabila nilai x2 yang di dapat dari perhitungan terletak di bawah
kolom nilai kemungkinan 0,05 atau kurang (0,1 atau 0,01) itu berarti bahwa faktor
kebetulan hanya berpengaruh sebanyak 5% atu kurang,sehingga data percobaan yang di
dapat di nyatakan buruk.Apabila nilai x2 yang di dapat dari perhitungan letaknya di
dalam kolom kemungkinan 0,01 atau ahkan 0,001 itu berarti bahwa data yang di peroleh
pada percobaan itu sangat buruk, (Suryo,2004).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat dan Bahan
III. 1. 1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah perlengkapan alat tulis menulis
dan kantong baju.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 20 biji genetik yang masing-
masing terdiri dari 5 warna hijau-kuning, 5 merah-hitam, 5 merah-hijau, dan 5 kuning-
hitam.
III.2 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan disiapkan
2. Masing-masing 10 biji genetik dimasukkan kedalam kantong kanan dan kiri
3. Satu biji genetik diambil dari kantong kiri ddan kantong kanan pada waktu yang
bersamaan sehinggadihasilkan sebuah kombinasi genetik, kemudian dicatat hasil yang
diperoleh
4. Setelah dicatat hasilnya, kembalikan kombinasi biji genetik itu kedalam kantong asalnya,
kemudian dikocok supaya tercampur kembali.
5. Pengambilan biji genetik diulangi sampai 16 kali pengambilan
6. Buatlah tabel dari hasil percobaan yang dilakukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil
IV.1.1 Hasil Data Kelompok
No
Genotip/Fenotip
K-B-(Kuning-Bernas)
K-bb(Kuning-Kisut)
KKB-(Putih-Bernas)
Kkbb(Putih-Kisut)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jumlah 8 5 2 1
IV. 1.2 Hasil Data Kelas B
Kelompok
K-B-(Kuning-Bernas)
K-bb(Kuning-
Kisut)
KKB-(Putih-Bernas)
Kkbb(Putih-Kisut)
1 9 0 5 2
2 8 3 4 1
3 8 5 2 1
4 11 3 1 1
5 9 0 5 2
6 8 2 3 3
7 11 2 2 1
Jumlah 64 15 22 11
IV.1.3 Tabel X2 (Chi Square Text) Kelas
NoK-B-
(Kuning-Bernas)K-bb
(Kuning-Kisut)KKB-
(Putih-Bernas)Kkbb
(Putih-Kisut)
O 64 15 22 11
E 63 21 21 7
D 1 6 1 4
d2/e 0,015 1,714 0,047 2,285
IV.1.4 Tabel X2 (Chi Square Text) Kelompok
NoK-B-
(Kuning-Bernas)K-bb
(Kuning-Kisut)KKB-
(Putih-Bernas)Kkbb
(Putih-Kisut)
O 8 5 2 1
E 9 3 3 1
D -1 2 -1 0
d2/e 0,111 1,333 0,333 0
IV.2 Analisis Data
IV.2.1 chi square kelas
Nilai harapan (o)
∑ nilai harapan (o) = 64 + 15 + 22 + 11= 112
Diramal (e)
e1=
e2=
e3=
e4=
Deviasid1= o – e d3= o -e = 64 – 63 = 22 - 21 = 1 = 1d2= o – e d4= o - e = 15 – 21 = 11- 7 = -6 = 4
X2 = ∑ = 0,015 + 1,714 + 0,047 + 2,285
X2 = 4,061
Jadi derajat kebebasannya 4-1 = 3
K(3) = antara 0,50 sampai 0,25
IV.2.2 chi square kelompok
Nilai harapan (o)
∑ nilai harapan (o) = 8 + 5 + 2 + 1= 16
Diramal (e)
e1=
e2=
e3=
e4=
Deviasid1= o – e d3= o - e = 8 – 9 = 2 - 3 = -1 = -1d2= o – e d4= o - e = 5 – 3 = 1- 1 = 2 = 0
X2 = ∑ = 0,111 + 1,333 + 0,333 + 0
X2 = 1,777
Jadi derajat kebebasannya 4-1 = 3
K(3) = antara angka 0,75 sampai 0,50
IV.2 Pembahasan
Dari percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap
kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen itu berbeda.
Pada percobaan Imitasi Perbandingan Genetis ini dilakukan dengan menggunakan
biji genetis sebanyak 20 buah yang mempunyai warna sangat bervariasi yaitu : 5 warna
merah (k), 5 hijau (B), 5 hitam (b), dan 5 kuning (K). Kemudian dimasukkan dalam
kantong yang berbeda, 10 bji dikantung kiri, dan 10 biji dikantong kanan yang diambil
secara acak sebanyak 16 kali.
Seringkali kita ragu apakah data hasil percobaan yang kita lakukan sudah pasti.
Metode X2 (Chi square) adalah cara untuk membandingkan data percobaan yang
diperoleh dari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis
secara teoristis yang harus dievaluasi. Chi- square bertujuan untuk: Mendapatkan
gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet akan bertemu
secara acak (random).
Untuk mencari nilai X2 atau chi square, digunakan rumus X2 = ∑ , pada
perhitungan data chi square kelas menghasilkan 4,061 dri tabel chi-square, angka 4,061
terletak diantara angka 2,366 sampai 4,11. Jadi K(3)= Berada diantara 0,50 - 0,25 karena
nilai kemungkinan lebih besar dari 0.05 (batas signifakan), begitupun dengan hasil data
chi square kelompok yaitu 1,777 dri tabel chi-square, angka 1,777 terletak diantara angka
1,212 sampai 2,366. Jadi K(3)= berada diantara 0,75 - 0,50. Karena nilai kemungkinan lebih
besar dari 0.05 (batas signifakan), maka deviasi tidak berarti dan percobaan dianggap
baik atau benar. Kisaran keduaa nilai jauh diatas nilai probabilitas kritis, yaitu 0.05 atau
5%. Oleh karena itu, kita dapat menerima hipotesis nol dan data yang kita peroleh sebagai
hasil yang sesuai denga ratio 9 : 3: 3 : 1 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan
yang telah dilakukan sesuai dengan teori Hukum Mendel atau tidak melenceng dari apa
yang telah ditetapkan dan telah nonsignifikan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kita dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat
gambaran tentang gen-gen yang diperoleh dari gamet-gamet yang dipilih secara acak atau
random dan hasil yang diperoleh sesuai dengan teori Hukum Mendel atau tidak melenceng
dari apa yang telah ditetapkan dan telah nonsignifikan.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum di butuhkan ketelitian pada saat
mengumpulkan data agar tidak terjadi kesalahan data. Dan dibutuhkan peranan asisten
dalam mendampingi praktikkan ketika sedang melakukan pengamatan agar tingkat
kekeliruan dan kesalahan dalam pengamatan atau praktikum tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2012. Genetika dan Hukum mendel.http://staff.unila.ac.id/gnugroho/ files/2012/09/Genetika-dan-Hukum-Mendel.pdf, diakses pada tanggal 7 maret 2013 pukul 21:15 WITA.Aryom, 2009. Laporan Praktikum Genetika. http://ice-aryom.blogspot.com /2009/08/laporan-praktikum-genetika-imitasi,diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 20.45 WITA.Campbell dkk, 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan Jilid 1. Erlangga: Jakarta.Irham,2012.Imitasi Perbandingan genetis. http://irhamlone24.blogspot.com/2012/11/imitasi-perbandingan-genetis_13.html, diakses pada tanggal 7 Maret 2013 pukul 20.35 WITA.Suryo, 1996.Genetika.Genetika MadaUniversity Press: Yogyakarta.Suryo, 2004. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Makhluk hidup yang ada di muka bumi ini sangat beragam. Setiap jenis makhluk hidup
mempunyai sifat dan ciri tersendiri sehingga dapat membedakannya antara yang satu dengan
yang lainnya. Sifat atau ciri yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup ada yang dapat diturunkan
dan ada pula yang tidak dapat diturunkan. Dalam pewarisan sifat dari generasi ke generasi
berikutnya mengikuti pola tertentu yang khas bagi setiap makhluk hidu. Pewarisan sifat dari
induk kepada keturunannya disebut hereditas. Cabang biologi yang khusus mempelajari tentang
hereditas adalah genetika. Tokoh yang sangat berjasa dalam menemukan hukum-hukum genetika
adalah Gregor Johann Mendel (1822 – 1884) dari Austria. Beliau lahir tanggal 22 Juli 1822.
Karena jasanya itu beliau dijuluki sebagai Bapak Genetika (Elvita, dkk., 2008).
Genetika berasal dari kata genos yang artinya suku bangsa asal- usul atau asal mula
kejadian; dibentuk dari bahasa yunani genno yag berarti “melahirkan” ; adaptasi dari bahasa
inggris genetics dipinjam dari bahasa belanda genetic, ilmu genetika adalah cabang ilmu biologi
yang mempelajari seluk beluk dan mekanisme pewarisan sifat berupa sifat keturunan atau
hereditas yang diwariskan dari generasi ke generasi serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya. Unit hereditas yang dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut
gen. Gen berperan penting dalam menentukan bentuk tubuh, struktur sel dan jaringan, dan
aktivitas fisiologis. Selain oleh gen, bentuk dan sifat tubuh mahluk hidup juga dipengaruhi oleh
lingkungannya (Elvita, dkk., 2008).
Genetika juga sangat bermanfaat bagi kehidupan seperti :
1. Sebagai ilmu pengetahuan dasar genetika dengan konsep-konsep didalamnya dapat berinteraksi
dengan berbagai bidang lain untuk memberikan kontribusi terapannya.
2. Pertanian sebagai seleksi bibit unggul (tanaman, ternak), teknik-teknik khusus pemuliaan seperti
kultur jaringan, beberapa produk pertanian (pangan) berasal dari organisme hasil rekayasa
genetika telah dipasarkan cukup luas.
3. Kesehatan sebagai pendiaknosa kelainan pranatal contohnya penyakit fenilketonuria.
4. Industri farmasi yaitu produksi biomolekul penting seperti insulin, interferon, dan beberapa
hormon pertumbuhan melalui teknik rekayasa genetik.
5. Hukum sebagai penguji golongan darah dan penguji DNA dengan membandingkan pola restriksi
molekul DNA.
6. Kemasyarakatan dan kemanusiaan yaitu dengan gerakan yang berupaya untuk memperbaiki
kualitas genetik manusia.
I.2. Tujuan percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan
gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu secara acak atau random.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Imitasi Perbandingan Genetis dilakukan pada hari Selasa, 5 maret 2013pukul
14.30-17.30 WITA, bertempat di Laboratorium Genetika Dasar lantai 1, Jurusan
Biologi/Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abad ke-2 ditandai dengan ditandai dengan perkembangan di bidang molekuler dengan
ditemukannya teknik manipulasi genetik atau lebih dikenal dengan istilah rekayasa genetik pada
organisme yang berkembang biak secara seksual, melalui pembelahan miosis dibentuk gamet
yang haploid (n) yang jumlah kromosom dalam sel kelamin hanya setengah dari sel somatik.
Reduksi ini penting untuk mempertahankan tetapnya jumlah kromosom individu (Sumastri,
2005).
Setiap jenis hewan atau manusia mempunyai jumblah kromosom yang tetap dan spesifik.
Jumblah kromosom dalam sel somatik manusia adalah 23 pasang, pada tikus 20 pasang,
padaDrosophila hanya 4 pasang, jagung 10 pasang. Kromosom sel somatik berpasang-pasang,
kecuali kromosom seks tidak berpasangan. Karena kromosom ini berpasangan dikatakan sel
somatis ini mempunyai kromosom yang diploid (Sumastri, 2005).
Dalam sel, molekul DNA membentuk lingkaran yang berlipat yang disebut kromosom.
Pada sel eukariota, kromosom ini berenang dalam sitoplasma dan berikatan dengan sejenis
protein yang disebut histon. Pada sel prokariota biasanya hanya terdiri atas satu kromosom dan
beberapa lingkaran DNA kecil disebut kromosom ekstra. Kromosom ekstra ini bervariasi dalam
ukuran maupun jumlahnya pada setiap organisme. Pada sel eukariota kromosom berada dalam
inti yang dibungkus oleh membrane dan dikelilingi oleh endoplasmik retikulum (suryadi, 2005).
Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad
ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis Pisum sativum. Mendel
menyilangkan tanaman kacang Ercis yang tinggi dengan yang pendek, sehingga mendapatkan
tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya tanaman tinggi hasil persilangan dibiarkan
menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman
tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3:1 (Susanto, 2011).
Keuntungan dari penggunaan ercis adalah waktu generasinya yang pendek dan jumlah
keturunan yang banyak dari setiap perkawinan. Selain itu, Mendel juga dapat mengontrol
perkawinan antar tanaman dengan ketat. Organ-organ reproduksi tanaman ercis terletak pada
bunganya, dan setiap bunga ercis memiliki organ penghasil polen (Stamen atau benang sari)
sekaligus organ pengandung sel telur (Karpel atau putik) (Campbell, dkk., 2010).
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat
missalnya bunga pukul empat Mirabilis jalaps berbunga merah yang disilangkan dengan yang
berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut
monohibrida ini bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot. Jika tanaman F1 ini kita
biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan,
maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan
tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji F2 yang
berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-
biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih.
Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga
merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi.
Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih.
Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet (Djidjosepoetro, 1974).
Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah hipotesis
“pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik yang disumbangkan kedua orang tua
bercampur dengan cara didapatkannya warna hijau dari pencampuran warna biru dan kuning.
Hipotesis ini memprediksi bahwa dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas
akan memunculkan populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap
hari, dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata bertolak belakang
dengan prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran juga gagal untuk menjelaskan fenomena lain
dari penurunan sifat , misalnya sifat – sifat yang melompati sebuah generasi (Elvita dkk., 2008).
Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar tentang pewarisan sifat dengan cara
membiakkan ercis kebun dalam percobaan-percobaan yang dirancang secara hati-hati, dengan
meneliti ercis yang tersedia dalam banyak varietas, misalnya satu varietas memiliki bunga ungu,
sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat terwariskan yang berbeda-beda diantra
individu, misalnya warna bunga, disebut karakter. Setiap Varian untuk satu karakter, misalnya
warna ungu atau putih untuk buanga, disebut sifat (trait) (Campbell dkk., 2010 ).
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada
penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita
terima.Menurut perhitungan para ahli statistik tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih
dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan
analisis Chi-square (Nio, 1990).
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam
ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum
peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominan
penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan teori. Kita dapat menguji
penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut (Noor, 1996 ):
X 2 = ∑ (O.E)2/E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak
sesuai dengan hukum Mendel. Unjuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau disebut juga dengan
Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi ( ƒ ).Untuk memudahkan mengingatnya
dikatakan test X (Suryo, 1984).
Frekuensi gen merupakan pernyataan metematis suatu gena yang tersebar dalam suatu
populasi yang bereproduksi secara seksual. Bagi suatu lokus genetik yang memiliki produk gena
lebih dari satu atau bersifat alelik,maka frekuensi gena tersebut juga frekuensi alel dari lokus
tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa untuk menghitung frekuensi suatu gena atau
frekuensi alel perlu diketahui dulu sebaran genotip dalam populasi yangt diperiksa (Sofro,1992).
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Pengunaan teori ini memungkinkan kita untuk
menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut. Metode chi
kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh
dari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan
cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis
itu (Kusdianti, 1986).
Peristiwa yang mungkin terjadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak
mungkin terjadi bersama-sama. Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya
peristiwa lain. Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar minyimpang dari
nisbah yang diharapkan,tidak secara betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan
hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas (Kusdianti, 1986).
Pada kenyataanya nisbah teoritis yang merupakan peluang diperolehnya suatu hasil
percobaan persilangan tidak selalu terpenuhi. Penyimpangan (devisiasi) yang terjadi bukan
sekedar modifikasi terhadap nisbah Mendel seperti yang telah diuraikan di atas, melainkan
sesuatu yang adakalanya tidak dapat diterangkan secara teori (Susanto, 2011).
Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoritis ( 9:3:3:1)
atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji
X2(Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit). apabila
x2hlebih kecil daripada x2
t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil
persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar
daripada X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel
pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05) (Susanto, 2011).
Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk mengetahui/menguji perbedaan proporsi antara 2
atau lebih kelompok. Syaratnya yaitu Kelompok yang dibandingkan independen dan Variabel
yang dihubungkan katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu Ada tidaknya asosiasi
antara 2 variabel (Independent test), Apakah suatu kelompok homogen atau tidak(Homogenity
test), dan Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data (Goodness of fit test) (Endista,
2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat dan Bahan
III. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah dua kantung dan pulpen.
III. 2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah 20 biji genetic berbagai warna
III. 3 Prosedur percobaan
Adapun prosedur kerja dalam percobaan ini adalah:
a. Mengambil 20 biji genetic dan memasukkanya pada 2 kantong, masing-masing kantong berisi 10
biji genetic.
b. Mengambil satu biji genetic dari kantong kanan dengan tangan kanan dan satu biji genetic dari
kantong kiri dengan tangan kiri pada waktu bersamaan dan akan menghasilkan sebuah kombinasi
genetic.
c. Mencatat hasil yang diperoleh, kemudian mengembalikan kombinasi biji genetic itu ke kantong
asalnya, dan Mengocok supaya tercampur kembali.
d. Mengulangi pengambilan (biji genetik), sampai 16 kali dan membuat tabel dari hasil percobaan
yang anda lakukan.
IV.2 Pembahasan
Chi-square test adalah metode untuk menguji kecocokan (goodness of fit). Tujuannya
untuk menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa b hasil percobaan dimasukkan kedalam kolom O sesuai dengan kelas fenotipnya masing-
masing. Untuk nilai E, dilakukan perhitungan menurut proporsi tiap kelas fenotip. Nilai d
(deviasi) adalah selisih antara O dan E.
Pada kolom akhir nilai d dikuadratkan dan dibagi dengan nilai E masing-masing,
sehingga menghasilkan X2h. Nilai X2 h pada tabel diatas adalah 1,777. Setelah itu menentukan
nilai derajat bebas(db) yaitu banyanya fenotip-1 (4-1=3). Karena nilainya 3 maka terletak pada
baris 3 pada tabel x2, pembanding dilihat kolom peluang 0,05. Dengan demikian, nilai x2t pada
tabel tersebut adalah 7,815. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil persilangan tersebut masih
memenuhi nisbah Mendel oleh karena nilai x2h (1,777) lebih kecil daripada nilai x2
t (7,815)
sesuai dengan teori bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoretis ( 9:3:3:1) atau
menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika, yaitu
denganUji X2 (Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit).
apabila x2h lebih kecil daripada x2
t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil
persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar
daripada X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel
pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05). Dan pada percobaan ini dimana x2h lebih kecil
daripada x2t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji
masih memenuhi nisbah Mendel.
Penyimpangan hokum mendel dapat terjadi karena adanya kodominansi, Gen letal dan
interaksi gen. kodominansi yaitu keadaan dalam heterizigot dimana dua anggota dari sepasang
alela menyokong fenotip, yang kemudian merupakan campuran dari sifat-sifat fenotip yang
dihasilkan olel salah satu keadaan homozigot. Gen letal yaitu keadaan homozigotik
menyebabkan matinya individu, gen resesip letal Ichtiosis congenital ( bayi lahir dengan kulit
tebal dan banyak luka terutama di tempat-tempat lekukan). Dan interaksi gen yaitu gen-gen
komplementer dimana gen-gen yang berlainan tetapi bila terdapat bersama-sama dalam genotip
akan saling membantu dalam menentukan fenotip. Contoh bisu-tuli.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah benar bahwa ada kemungkinan
gen-gen yang bias dibawa oleh gamet-gamet tertentu bertemu secara acak atau random. Sesuai
dengan hasil percobaan Mendel dengan perbandingan 9 : 3 3 : 1 dan data yang diperoleh tidak
menyimpang terlalu jauh dari teori Mendel dimana diperoleh perbandingan 8 : 2 : 3 : 3.
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A,Recce, J.B. 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Didjosepoetro.1974. Pengantar Genetika. DeptDikBud. Jakarta.Elvita, asmi., dkk.2008. Genetika dasar. http:/ yayanakyar. files. wordpres.com /2009/01 /genetika-dasar
files-of drsmed.pdf. diakses pada tanggal 5 Maret 2013, Pukul 13.20 WITA, Makassar.
Endista, Amiyella. 2008. Uji Chi-Square. http:/berandakami. file. wordpress.com /2008 /11/uji-chi-square baru.pdf. diakses pada tanggal 5 Maret 2013, pukul 13.20 WITA, Makassar.
Kusdiarti, lilik. 1986. Genetika Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Nio, Tjan Kwiauw.1990. Genetika Dasar. ITB Press. Bandung.
Noor, R.R,1996. Genetika Ternak. Penebar swadaya. Jakarta.
Sofro, Abdul Salam.1992. Keanekaragaman Genetik. Andiofsel.Yogyakarta.Sumastri. 2005. Genetika. http:/yayanakyar. files .wordpres. com / 2009/01/genetika files -of- drsmed.
pdf. diakses pada tanggal 5 Maret 2013, Pukul 13.20 WITA, Makassar.
Suryo. 1984. Genetika. UGM Press. Yogyakarta.
Susanto, Hery Agus. 2011. Genetika. Graham Ilmu. Yogyakarta.